Related Post

blog ini berisi ribuan artikel kesehatan, askep, askeb, KTI, silahkan pakai kolom pencarian berikut:
Showing posts with label Kebidanan Patologis. Show all posts
Showing posts with label Kebidanan Patologis. Show all posts

Askeb Patologis Insersia Uteri

ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN PATOLOGIS INERSIA UTERI SEKUNDER TERHADAP Ny. S DI POLINDES DESA


BERI-BERI.com,
LANDASAN TEORI

INERSIA UTERI

A. Pengertian

Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal dalam kekuatan / sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan macet (Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo, 1993).

Menurut Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba (1998) dalam persalinan diperlukan his normal yang mempunyai sifat :

1. Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim.

2. Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim

3. Kekuatannya seperti memeras isi rahim

4. Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim.

Jenis-jenis kelainan his menurut Prof. dr. Sarwono Prawirohardjo (1993) :

1. His Hipotonik

His hipotonik disebut juga inersia uteri yaitu his yang tidak normal, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu daripada bagian lain. Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan jarang. Selama ketuban utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu dan janin. Hisnya bersifat lemah, pendek, dan jarang dari his normal.

Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Inersia uteri primer

Bila sejak awal kekuatannya sudah lemah dan persalinan berlangsung lama dan terjadi pada kala I fase laten.

b. Inersia uteri sekunder

Timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama dan terjadi pada kala I fase aktif. His pernah cukup kuat tetapi kemudian melemah. Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan. Pada bagian terendah terdapat kaput, dan mungkin ketuban telah pecah. Dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama sehingga dapat menimbulkan kelelahan otot uterus, maka inersia uteri sekunder ini jarang ditemukan. Kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan.

2. His Hipertonik

His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<3 href="http://askep-askeb.cz.cc/2010/03/askeb-patologis-insersia-uteri.html">http://askep-askeb.cz.cc/2010/03/askeb-patologis-insersia-uteri.html


silahkan download ASKEB PATOLOGIS INSERSIA UTERI
(isi: tinjauan teoritis; tinjauan kasus dan daftar kepustakaan)
lihat artikel selengkapnya - Askeb Patologis Insersia Uteri
------------------------------

Askeb dengan Post Partum Blues

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
DENGAN POST PARTUM BLUES, TERHADAP Ny. “IR” DI BPS

BERI-BERI.com,
POST PARTUM BLUES
A. Pendahuluan
Masa nifas merupakan masa 2 jam setelah lahirnya placenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka post partum adalah 2-6 jam, 2 – 6 hari, 2 jam – 6 minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari dan 6 minggu) (www.google.com)
Pengawasan dan asuhan post partum masa nifas sangat diperlukan yang tujuannya adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis, melaksanakan sekrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian immunisasi pada saat bayi sehat, memberikan pelayanan KB.
Gangguan-gangguan yang sering terjadi pada masa nifas berupa gangguan psikologis, seperti post partum blues, depresi post partum, depresi berat dan lain-lain.

B. Definisi
Post partum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga 10 hari sejak kelahiran bayinya.
Gejala-gejala post partum blues, sebagai berikut :
1. Cemas tanpa sebab
2. Menangis tanpa sebab
3. Tidak percaya diri
4. Tidak sabar
5. Sensitif, mudah tersinggung
6. Merasa kurang menyangi bayinya
7. Tidak memperhatikan penampilan dirinya
8. Kurang menjaga kebersihan dirinya
9. Gejala fisiknya seperti : kesulitan bernafas, ataupun perasaan yang berdebar-debar.
10. Ibu merasakan kesedihan, kecemasan yang berlebihan
11. Ibu merasa kurang diperhatikan oleh suami ataupun keluarga.

C. Etiologi
Ada beberapa hal yang menyebabkan post partum blues, diantaranya :
1. Lingkungan melahirkan yang dirasakan kurang nyaman oleh si ibu.
2. Kurangnya dukungan dari keluarga maupun suami.
3. Sejarah keluarga atau pribadi yang mengalami gangguan psikologis.
4. Hubungan sex yang kurang menyenangkan setelah melahirkan
5. Tidak ada perhatian dari suami maupun keluarga
6. Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua dimasa kanak-kanak atau remaja. Misalnya tidak mempunyai saudara kandung untuk dirawat.
Dengan kata lain para wanita lebih mungkin mengembangkan depresi post partum jika mereka terisolasi secara sosial dan emosional serta baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang menakan.
Post partum blues tidak berhubungan dengan perubahan hormonal, bikimia atau kekurangan gizi. Antara 8% sampai 12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi sangat tertekan sehingga mencari bantuan dokter.

D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan disini adalah cara mengatasi gangguan psikologis pada nifas dengan post partum blues. Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah ini yaitu :
1. Dengan cara pendekatan komunikasi teraupetik
Tujuan dari komunikasi teraupetik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi.
b. Dapat memahami dirinya
c. Dapat mendukung tindakan konstruksi

2. Peningkatan support mental/dukungan keluarga dalam mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan masa nifas dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase, sebagai berikut :
a. Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu hanya pada dirinya sendiri, pengalaman selama proses persalinan sering berulang-ulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
b. Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah persalinan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidak mampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
c. Fase letting go, merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.

E. Pencegahan
Post partum blues dapat dicegah dengan cara :
1. Aanjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk selalu memperhatikan si ibu
2. Menu makanan yang seimbang
3. Olah raga secara teratur
4. Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.
5. Rencanakan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami
6. Rekreasi
http://askep-askeb.cz.cc/2010/03/askeb-dengan-postpartum-blues.html

silahkan download bentuk dokumen word ASKEB DENGAN POSTPARTUM BLUES
(isi: tinjauan teoritis; tinjauan kasus dan daftar kepustakaan)
lihat artikel selengkapnya - Askeb dengan Post Partum Blues
------------------------------

Askeb dengan Persalinan Palsu

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DENGAN KASUS PERSALINAN PALSU
TERHADAP Ny. J DI BPS

LANDASAN TEORI
PERSALINAN PALSU
BERI-BERI.com
Selama beberapa waktu tertentu sebelum terjadinya persalinan yang sesungguhnya, wanita hamil dapat mengalami persalinan semu/palsu. Pada persalinan semu/palsu kontraksi uterus tidak teratur, pendek dan umumnya hanya menimbulkan perasaan tidak enak pada perut bawah dan pantat. Sebaiknya pada persalinan sesungguhnya kontraksi uterus akan menimbulkan rasa sakit. Mula-mula pada daerah fundus uteri dan menjalar ke seluruh uterus sampai ke bagian bawah punggung.
Irritabilitas dari uterus yang menimbulkan rasa tidak enak, dapat terjadi setiap saat pada kehamilan, tetapi bukan merupakan tanda bahwa persalinan yang sesungguhnya akan dimulai (di sisi tidak terjadi pembukaan serviks). Persalinan semu pada umumnya terjadi pada akhir kehamilan dan dan pada multipara sering berhenti spontan, tetapi kadang-kadang berlanjut menjadi kontraksi efektif dari persalinan yang sesungguhnya. Oleh karena itu keluhan dari wanita hamil tentang adanya kontraksi yang tidak teratur, pendek tetapi menimbulkan rasa tidak enak. Tidak boleh begitu saja dianggap tidak ada apa-apa, karena bila hal ini dilakukan sering kali terjadi persalian tampa bantuan personil yang profesional atau fasilitas yang memadai sehingga perawatan ibu dan anak tidak optimal.
(dikutip dari Obstetri Williams hal 357)
Sangat sulit membedakan antara persalinan sesungguhnya dan persalinan semu. Indikator persalinan sesungguhnya ditandai dengan kemajuan penipisan dan pembukaan serviks. Ketika ibu mengalami persalinan palsu, ia merasakan kontraksi yang menyakitkan. Namun kontraksi tersebut tidak menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks. Persalinan semu/palsu bisa terjadi beberapa hari atau minggu sebelum permulaan persalinan sesungguhnya. Karena persalinan semu sangat menyakitkan, mungkin sulit bagi ibu untuk menghadapi masa ini dalam kehamilannya.
Dengan menberikan dukungan tersendiri dan pemastian ulang bahwa persalinan semu/ palsu menunjukan bahwa persalinan sesungguhnya akan tiba, bidan dapt membantu ibu untuk menghadapi masa sulit tersebut.
Kontraksi pada persalinan semu / palsu
1. Berlangsung pada interval yang tak teratur
2. Interval tetap panjang
3. Intensitas tetap
4. Rasa sakit terutama pada perut bagian bawah
5. Serviks tidak membuka
6. Biasanya hilang dengan sedatif
(dikutip dari obstetri Williams edisi 17 Hal 384 dan Keperawatan Ibu-BBL)
Perbedaan dari persalinan sesungguhnya dan persalinan semu/palsu adalah sebagai berikut :
Persalinan sesungguhnya
1. Serviks menipis dan membuka
2. Rasa nyeri dengan interval teratur
3. Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek
4. Waktu dan kekuatan berkontraksi semakin bertambah
5. Rasa nyeri terasa dibagian belakang dan menyebar ke depan
6. Berjalan menambah intensitas
7. Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi uterus dengan intensitas rasa nyeri
8. Lendir darah sering tampak
9. Ada penurunan bagian kepala bayi
10. Kepala janin sudah terfiksasi di PAP diantara kontraksi
11. Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan sesungguhnya


Persalinan Semu / Palsu
1. Tidak ada perubahan pada serviks
2. Rasa nyeri tidak teratur
3. Tidak ada perubahan interval antara rasa nyeri satu dengan yang lain
4. Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi
5. Kebanyakan rasa nyeri di bagian depan
6. Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan
7. Tidak ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi uterus dengan intensitas rasa nyeri
8. Tidak ada lendir darah
9. Tidak ada kemajuan penurunan bagian terbawah janin
10. Kepala belum masuk PAP walaupun ada kontraksi
11. Pemberian obat penenang yang efisien menghentikan rasa nyeri pada persalinan semu
(Dikutip dari Buku Modul Asuhan Postpartum)
http://askep-askeb.cz.cc/2010/03/askeb-dengan-persalinan-palsu.html

silahkan download bentuk dokumen word ASKEB DENGAN PERSALINAN PALSU
(isi: tinjauan teoritis; tinjauan kasus dan daftar kepustakaan)
lihat artikel selengkapnya - Askeb dengan Persalinan Palsu
------------------------------

Askeb Bumil dengan Pre Eklamsi Sedang

TUGAS DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN KEPADA IBU HAMIL
DENGAN PRE-EKLAMPSI SEDANG



TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
(Menurut Sarwono, 2005 “ILMU KEBIDANAN”)
Pre eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan protein urine yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul dalam triwulan ke-3 kehamilan. Hipertensi biasanya timbul lebih dulu daripada tanda-tanda lain. Umumnya untuk menegakkan diagnostik pre-eklampsia, kenaikan tekanan siskolik harus 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mmHg atau lebih, Apabila tekanan diastolik naik hingga 15 mmHg / lebih / mencapai 90 mmHg atau lebih. Maka diagnosis hipertensi dapat dibuat. Penentuan TD dilakukan minimal 2x dengan jarak 6 jam pada keadaan istirahat.
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan BB serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Edema Pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa sehingga tidak seberapa berarti untuk penentuan diagnosis pre-eklampsia. Kenaikan BB ½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih dapat dianggap normal. Tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya pre-eklampsia.
Protein Nuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing melebihi 0,3 g/dl. Dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menujukkan ½+ atau 1 g/dl atau lebih dalam air kencing yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang di ambil minimal 2x dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya protein uria timbul lebih lambat daripada hipertensi dan kenaikan BB karena itu dianggap sebagai tanda yang cukup serius.
B. Pre-eklampsia digolongkan menjadi PE ringan, sedang dan berat.
(Menurut Sarwono, 2005 “ILMU KEBIDANAN”)
Diagnosis
Tekanan Darah
Tanda Lain
Pre-Eklamsi Ringan
Kenaikan TD diastolic 15 mmHg/79 mmHg dengan 2x pengamatan berjarak 1 jam / tekanan diastolic mencapai 110 mmHg.
Protein Urin +1
Pre-Eklamsi Sedang
Kenaikan TD systolic 30 mmHg / lebih atau mencapai 140 mmHg
Protein urin positif 2 oedem umum, kaki, jari tangan dan muka, kenaikan BB ³ 1 kg tiap minggu.
Pre-Eklamsi Berat
Tekanan diastolic >110 mmHg
Protein urine positif ¾ oliguria (urine £ 5 gr/L) hiperefleksia, gangguan penglihatan, nyeri epigastrik, terdapat oedem paru dan sinosis.
Frekuensi
(Menurut Sarwono, 2005 “ILMU KEBIDANAN”)
Frekuensi pre-eklampsia untuk tiap Negara berbeda-beda karena banyak faktor yang mempengaruhinya, jumlah primigravida, keadaan social ekonomi, perbedaan kriterium dalam penentuan diagnosis, dll. Dalam kepustakaan frekuensi di laporkan berkisar antara 3 – 10 %.
Pada primigravida frekuensi pre-eklampsia lebih tinggi bila dibandingkan denga multigravida, terutama primigravida muda, DM, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun, dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya pre-eklampsia.
Etiologi
(Menurut Sarwono, 2005 “ILMU KEBIDANAN”)
Penyebab pre-eklampsia bel;um diketahui dengan pasti. Banyak teori yang coba dikemukanan pada ahli untuk menerangkan penyebabnya, namun belum ada jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang dipakai adalah teori isthemik placenta. Namun teori ini juga belum mampu menerangkan semua hal yang berhubungan dengan penyakit ini.
Patofisiologi
(Menurut Sarwono, 2005 “ILMU KEBIDANAN”)
Pada pre-eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsy ginjal ditemukan spasme hebat arteriole glomerulus. Jika semua arteriole dalam tubuh mengalami spasme maka TD akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen tercukupi.
Sedangkan kenaikan BB mungkin disebabkan karena penimbunan air yang belebihan dalam ruangan interstisial karena retensi air dan garam disebabkan oleh arteriole sehingga terjadi perubahan pada glomerolus.
Perubahan Pada Organ-organ
(Menurut Sarwono, 2005 “ILMU KEBIDANAN”)
1. Otak
Pada Pre eklamsi aliran darah dan pemakaian O2 tetap dalam batas-batas normal ditemukan oedem-oedem dan anemia pada kortex serebri.
2. Placenta dan Rahim
Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin karena kekurangan O2 sehingga terjadi gawat janin. Sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya terhadap rangsangan, sehingga sering terjadi partus prematur.
3. Ginjal
Filtasri glomerolus berkurang karena aliran darah ke ginjal menurun. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerolus menurun sehingga akibatnya terjadilah retensi air dan garam. Filtrasi glomerolus dapat terjadi penurunan hingga 50% dari normal sehingga pada keadaan lebih lanjut dapat terjadi oliguria/anuria.
4. Hati
Besarnya normal. Pada permukaan dan pembelahan tampak tempat-tempat perdarahan yang tidak teratur. Pada pemeriksaan miksroskopik dapat ditemukan perdarahan dan nekrosis pada tepi lobulus disertai trombosis pada pembuluh darah kecil, terutama di sekitar vena porta.
5. Retina
Sering ditemukan spasme pada anteride terutama yang dekat pada discus optikus vena tampak lekuk pada persimpanan arteriole. Dapat terlihat oedem pada discus optikus dan retina. Ablasia retina juga dapat terjadi tetapi komplikasi ini prognosisnya baik. Karena retina akan melekat lagi. Beberapa minggu PP (Post Partum) perdarahan dan eksudat jarang ditemukan pada pre-eklampsia biasanya hal ini menunjukkan hipertensi menahun.
6. Paru-paru
Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat oedema dan perubahan-perubahan bronkopnemonia sebagai akibat aspirasi, kadang-kadang ditemukan abses paru-paru.
7. Jantung
Pada sebagian besar penderita yang mati karena eklampsia, jantung biasanya mengalami perubahan degeneratif pada mikardium. Sering ditemukan degerasi lemak dan cludy swelling serta nekrosis dan perdarahan.
8. Kelenjar Adrenalin
Kelenjar adrenal dapat menunjukkan kelainan berupa perdarahan-perdarahan bekrosis dalam berbagai tingkatan.
Gambaran klinisk
(Menurut Sarwono, 2005 “ILMU KEBIDANAN”)
Biasanya tanda-tanda pre-eklampsia timbul dalam urutan:
1. Penambahan BB yang berlebihan.
2. Diikuti dengan oedem.
3. Akhirnya protein nuria.
4. TD yang tinggi di atas 130 mmHg.
Pencegahan
(Menurut Sarwono, 2005 “ILMU KEBIDANAN”)
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda atau gejala dini pre-eklampsia dan dalam hal ini harus dilakukan penanganan sebagaimana mestinya. Harus waspada terhadap faktor-faktor predisposisi yang telah diuraikan diatas. Walaupun timbulnya pre-eklampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan antenatal yang baik pada wanita hamil. Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan istirahat tidak selalu berarti harus berbaring di tempat tidur. Namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan BB yang belebihan perlu dianjurkan, mengenal secara dini pre-eklampsia dan segera merawat penderita tanpa memberikan diuretik dan obat anti hipertensi merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik
Komplikasi
(Menurut FKUI, 2001 “KAPITA SELEKTA KEDOTERAN”)
Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang termasuk komplikasi antara lain atonia uteri (uterus couvelaire), sindrom HELLP (Haemolysis Elevated Liver Enzymes, Low Platelet Cown), ablasi retina, KID (Koagulasi Intra Vaskular Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otal, oedem paru, gagal jantung, syok dan kematian.
Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut kronisnya insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas.
Pemeriksaan Penunjang
(Menurut FKUI, 2001 “KAPITA SELEKTA KEDOTERAN”)
a. Urin : protein, reduksi, bilirubin, sediment urin.
b. Darah : trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LOH dan bilirubin.
c. USG,
Penanganan
(Menurut Sarwono, 2005“BUKU ACUAN NASIONAL PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL DAN NEONATAL”)
Jika kehamilan <>
a. Pantau tekanan darah, proteinuri, refleks, dan kondisi janin.
b. Lebih banyak istirahat.
c. Diet biasa.
d. Tidak perlu diberi obat-obatan.
e. Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit.
1. Diet biasa.
2. Pantau TD 2x sehari, proteinuria 1x sehari.
3. Tidak perlu obat-obatan.
4. Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat oedem paru, dekompensasi cordis atau gagal ginjal akut.
5. Jika tekanan diastolik belum turun sampai normal pasien dapat dipulangkan.
a. Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda PE.
b. Kontrol 2 kali seminggu.
c. Jika tekanan diastolic naik lagi rawat kembali.
6. Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan tetap dirawat.
7. Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan.
8. Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai pre-eklampsi berat.
Jika kehamilan > 37 minggu pertimbangkan terminasi.
a. Jka serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 200 ml dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin.
b. Jika serviks belum matang, berikan prostaglansin, misoprostol atau kateter foly atau terminasi dengan seksia sesarea.
http://askep-askeb.cz.cc/2010/03/askeb-bumil-dengan-pre-eklamsi-sedang.html


silahkan download bentuk dokumen word ASKEB BUMIL DENGAN PRE EKLAMSI SEDANG

(isi: tinjauan teoritis; tinjauan kasus dan daftar kepustakaan)

lihat artikel selengkapnya - Askeb Bumil dengan Pre Eklamsi Sedang
------------------------------

waspada Anemia pada Kehamilan

HAMIL WASPADAI ANEMIA


A. LATAR BELAKANG
Anemia merupakan kekurangan zat besi yang biasa diderita oleh wanita hamil pada dasarnya anemia merupakan masalah rasional dan berpengaruh sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Menurut WHO kejadian anemia hamil berkisar antara 20%-89% dengan menetapkan Hb 11 gr% sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. How Swie Tjioeng menemukan angka anemia kehamilan 3,8% pada trimester I, 13,6% pada trimester II, dan 24,8% pada trimester III. Akrib Sukarman menemukan sebesar 40,1% di Bogor. Bakta menemukan 50,7% di Puskesmas kota Denpasar sedangkan Sindu menemukan 70% ibu hamil di Indonesia menderita anemia kurang gizi.
Selain itu didaerah pedesaan banyak dijumpai ibu hamil dengan malnutrisi atau kekurangan gizi; kehamilan dan persalinan dengan jarak yang berdekatan; dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah.
B. PENGERTIAN
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Anemia hmil disebut ” potential danger to matter and child (potensial membahayangkan ibu dan anak) ”, karena itulah anemia memerlukan perhatian khusus dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan.
Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut menderita anemia bila kadar Hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr %, disebut anemia berat atau bila kurang dari 6 gr %, disebut anemia gravis.
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 – 15 gr % dan hematokrit 35-54 %, angka – angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrit dan hemogloblin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal. Sebaiknya pemerintahan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan akhir.
Penyebab anemia umumnya adalah :
1. Kurang gizi ( malnutrisi )
2. Kurang zat besi dalam diet
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan daerah yang banyak : persalinan yang lalu, haid, dll
5. Penyakit-penyakit kronik : tbc, paru, cacing usus, malaria, dll
Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah ( hiperemia / hipervolumia )karena itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya dengan plasma darah. Perbandingan tersebut adalah :
• Plasma darah bertambah : 30%
• Sel-sel darah bertambah : 18%
• Hemoglobin bertambah : 19%

Secara fisiologis, pengeceran darah ini adalah untuk membantu meringankan kerja jantung.
a.1.1. Bentuk-bentuk Anemia
1. Anemia defresiasi besi (62,3%)
Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik serta banyak dijumpai. Penyebabnya sebagai penyebab anemia umumya.
Pengobatan :
Keperluan zat besi untuk wanita hamil, non-hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah :
FNB Amerika Serikat (1958) : 12 mg-15mg-15mg
LIPI Indonesia (1968) : 12mg-17mg-17mg
Kemsan zat besi dapat diberikan peroral atau parenteral
Peroral : sulfas ferasus ata glukonas ferosus denan dosis 3-5x0,20 mg
Parenteral : diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian peroral atau absorbsi di saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intramuskuler atan intravera. Kemasan ini antara : imferon, jectofer dan ferrigen.
Hasil lebih cepat dari pada peroral.
a.1.2. Anamia Megaloblastik biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa penyebab:
Kekurangan asam folik
Kekurangan Vit B12
Malnutrisi dan infeksi yang kronit
Pengobatan
Asam Folik 15 – 30 mg per hari
Vit B12 3x1 tablet per hari
Sulfas Ferosus 3x1 tablet per hari
Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban maka dapat diberikan tanfusi darah.
a.1.3 Anemia hipoplasti (8,0%)
Disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang belakang, membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan :
Darah tepi lengkap
Pemeriksaan fungsi sternal
Pemeriksaan retikulosh
Penyebab belum diketahui pasti, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis), keracunan, dan sinar rontgen atau sinar radiasi
Pengobatan :
Terapi dengan obat-obatan tidak memuaskan mungkin pengobatan yang paling balik yaitu transfusi darah yang yang perlu sering diulang.
a.1.4. Anemia Hemolitik ( sel sickle )(0,7%)
Disebabkan penghancuran / pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya.
Ini dapat disebabkan oleh :
a) faktor intrakorpuskoler : dijumpai pada anemia hemolitik, heriditer, talasemia, anemia sel sitkle (sabit), hemoglobinopati C,D,G,H,I dan paraksimal noktural hemoglobinuria.
b) Faktor ekstrakorpuskoler : disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam dan dapat beserta obat-obatan : leukimia, penyakit hodgkin,dll.
Gejala utama :
Anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah
Kelelahan dan kelemahan
Gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital
Pengobatan
Bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya, bila disebabkan oleh infeksinya diberantas dan diberikan obat-obatan penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Maka transfusi darah yang berulang dapat membantu penderita.
B. Pengaruh Anemia pada Kehamilan
1. Pengaruh anemia terhadap kehamilan
a. Bahaya selama kehamilan
• Dapat terjadi abortus
• Persalinan prematuritas
• Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
• Mudah terjadi infeksi
• Ancaman dekoinpensasi kordis (Hb < 6 gr%)
• Mola Hidatidosa
• Hiperemesis Gravidarum
• Pendarahan antepartum
• Ketuban pecah dini ( KPO )
b. Bahaya saat persalinan
• Gangguan his – kekuatan mengejan
• Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi portus terlantai
• Kala kedua berlangsung lama sehingga dapat melelehkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan.
• Kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan pendarahan postpartum karena atonia uteri
• Kala keempat dapat terjadi pendarahan post partum sekunder dan atonia uteri
c. Pada Kala nifas
• Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan pendarahan post partum
• Memudahkan infeksi puerpertum
• Pengeluaran ASI berkurang
• Terjadinya dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
• Anemia kala nifas
• Mudah terjadi infeksi mainmae
2. Bahaya terhadap janin
Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk :
• Abortus
• Terjadi kematian intro uterin
• Persalinan prematuritas tinggi
• Berat badan lahir rendah
• Dapat terjadi cacat bawaan
• Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinantal
• Intelegensi lemah

SUMBER PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gede.1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.
Mochtar, Rustam. 1998, Sinopsis Obstetri, Jilid I, EGC Jakarta.
lihat artikel selengkapnya - waspada Anemia pada Kehamilan
------------------------------

tinjauan teoritis KANKER SERVIKS

Bagaimanakah Tanda-tanda Kanker Serviks?
Perubahan awal yang terjadi pada sel leher rahim tidak selalu merupakan suatu tanda-tanda kanker. Pemeriksaan Pap smear test yang teratur sangat diperlukan untuk mengetahui lebih dini adanya perubahan awal dari sel-sel kanker. Perubahan sel-sel kanker selanjutnya dapat menyebabkan perdarahan setelah aktivitas sexual atau diantara masa menstruasi.
Jika anda mendapatkan tanda-tanda tersebut, sebaiknya anda segera melakukan pemeriksaan ke dokter. Adanya perubahan ataupun keluarnya cairan (discharge) ini bukanlah suatu hal yang normal, dan pemeriksaan yang teliti harus segera dilakukan walaupun anda baru saja melakukan Pap smear test. Biarpun begitu, pada umumnya, setelah dilakukan pemeriksaan yang teliti, hasilnya tidak selalu positip kanker.

Pengobatan
Seperti pada kejadian penyakit yang lain, jika perubahan awal dapat dideteksi seawal mungkin, tindakan pengobatan dapat diberikan sedini mungkin. Jika perubahan awal telah diketahui pengobatan yang umum diberikan adalah dengan:

1. Pemanasan, diathermy atau dengan sinar laser.
2. Cone biopsi, yaitu dengan cara mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim, termasuk sel yang mengalami perubahan. Tindakan ini memungkinkan pemeriksaan yang lebih teliti untuk memastikan adanya sel-sel yang mengalami perubahan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh ahli kandungan.

Jika perjalanan penyakit telah sampai pada tahap pre-kanker, dan kanker leher rahim telah dapat diidentifikasi, maka untuk penyembuhan, beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:

1. Operasi, yaitu dengan mengambil daerah yang terserang kanker, biasanya uterus beserta leher rahimnya.
2. Radioterapi yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat dilakukan secara internal maupun eksternal.

Resiko untuk terserang kanker:
Setiap wanita yang pernah melakukan hubungan seksual mempunyai resiko terhadap kanker leher rahim. Sel-sel leher rahim mungkin mengalami perubahan sehingga sangat diperlukan melakukan Pap smear test secara teratur (baik yang telah ataupun yang belum pernah mendapatkan Pap smear test). Demikian juga bagi anda yang merokok kemungkinan untuk mendapatkan kanker leher rahim sangat besar.
Dijumpainya Human Papilloma Virus (HPV) sering diduga sebagai penyebab terjadinya perubahan yang abnormal dari sel-sel leher rahim.
Memiliki pasangan seksual yang berganti-ganti atau memulai aktifitas seksual pada usia yang sangat muda juga memperbesar resiko kemungkinan mendapat kanker leher rahim.
Apa yang harus anda lakukan untuk menghindari kanker leher rahim ?
Yang pertama, jika anda pernah melakukan hubungan seksual anda harus melakukan Pap smear test secara teratur setiap dua tahun dan ini dilakukan sampai anda berusia 70 tahun. Pada beberapa kasus mungkin dokter menyarankan untuk melakukan Pap smear test lebih sering.
Hal yang ke dua adalah melaporkan adanya gejala-gejala yang tidak normal seperti adanya perdarahan, terutama setelah coitus (senggama).
Hal yang ke tiga adalah tidak merokok. Data statistik melaporkan bahwa resiko terserang kanker leher rahim akan menjadi lebih tinggi jika wanita merokok.
Dengan melakukan beberapa tindakan yang dapat memperkecil resiko tersebut, mudah-mudahan kita dijauhkan dari kejadian kanker leher rahim ini. Semoga.
Dapatkah anda membayangkan, bagaimanakah perasaan anda jika mengetahui hasil pemeriksaan 'Pap Smear' anda memberikan hasil abnormal? Tentulah anda akan merasa kuatir dan cemas, manakala anda mendapati bahwa hasil pemeriksaan 'Pap Smear' anda abnormal. Tetapi janganlah terlalu cemas dahulu, karena tidak semua penampakan sel-sel yang abnormal tersebut berarti kanker. Memang 'Pap Smear' dapat mendeteksi kelainan-kelainan perubahan sel-sel leher rahim secara dini. Paradigma yang harus diingat adalah semakin awal ditemukannya kelainan-kelainan pada pemeriksaan 'Pap Smear', maka akan semakin mudah pula diatasi masalahnya.
Apakah artinya jika 'Pap Smear' anda abnormal.
Hasil 'Pap Smear' dikatakan abnormal jika sel-sel yang berasal dari leher rahim anda ketika diperiksa di bawah mikroskop akan memberikan penampakan yang berbeda dengan sel normal. Kejadian ini biasanya terjadi 1 dari 10 pemeriksaan 'Pap Smear'. Beberapa faktor yang dapat memberikan indikasi diketemukannya penampakan 'Pap Smear' yang abnormal adalah:

1. Unsatisfactory 'Pap Smear'
Pada kasus ini, berarti pegawai di Lab tersebut tidak bisa melihat sel-sel leher rahims anda dengan detail sehingga gagal untuk membuat suatu laporan yang komprehensive kepada dokter anda. Jika kasus ini menimpa anda sebaiknya anda datang lagi untuk pemeriksaan 'Pap Smear' pada waktu yang akan ditentukan oleh dokter anda.
2. Jika ada infeksi atau inflamasi
Kadang-kadang pada pemeriksaan 'Pap Smear' memberikan penampakan terjadinya inflamasi. Ini berarti bahwa sel-sel di dalam leher rahims mengalami suatu iritasi yang ringan sifatnya. Memang kadang-kadang inflamasi dapat kita deteksi melalui pemeriksaan 'Pap Smear', biarpun kita tidak merasakan keluhan-keluhan karena tidak terasanya gejala klinis yang ditimbulkannya. Sebabnya bermacam-macam. Mungkin telah terjadi infeksi yang dikarenakan oleh bakteri, atau karena jamur'. Konsultasikan dengan dokter anda mengenai masalah ini beserta pengobatannya jika diperlukan. Tanyakan kapan anda harus menjalani 'Pap Smear' lagi.
3. Atypia atau Minor Atypia
Yang dimaksud dengan keadaan ini adalah jika pada pemeriksaan 'Pap Smear' terdeteksi perubahan-perubahan sel-sel leher rahims, tetapi sangat minor dan penyebabnya tidak jelas. Pada kasus ini, biasanya hasilnya dilaporkan sebagai 'atypia'. Biasanya terjadinya perubahan penampakan sel-sel tersebut dikarenakan adanya peradangan, tetapi tidak jarang pula karena infeksi virus. Karena untuk membuat suatu diagnosa yang definitif tidak memungkinkan pada tahap ini, dokter anda mungkin akan merekomendasikan anda untuk menjalani pemeriksaan lagi dalam waktu enam bulan. Pada umumnya, sel-sel tersebut akan kembali menjadi normal lagi. Jadi, adalah sangat penting bagi anda untuk melakukan 'Pap Smear' lagi untuk memastikan bahwa kelainan-kelainan yang tampak pada pemeriksaan pertama tersebut adalah gangguan yang tidak serius. Jika hasil pemeriksaan menghasilkan hasil yang sama maka anda mungkin disarankan untuk menjalani kolposkopi.

Apakah kolposkopi itu?
Kolposkopi adalah suatu prosedur pemeriksaan vagina dan leher rahims oleh seorang dokter yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Dengan memeriksa permukaan leher rahims, dokter akan menentukan penyebab abnormalitas dari sel-sel leher rahims seperti yang dinyatakan dalam pemeriksaan 'Pap Smear'. Cara pemeriksaan kolposkopi adalah sebagai berikut: dokter akan memasukkan suatu cairan kedalam vagina dan memberi warna saluran leher rahims dengan suatu cairan yang membuat permukaan leher rahims yang mengandung sel-sel yang abnormal terwarnai.. Kemudian dokter akan melihat kedalam saluran leher rahims melalui sebuah alat yang disebut kolposkop. Kolposkop adalah suatu alat semacam mikroskop binocular yang mempergunakan sinar yang kuat dengan pembesaran yang tinggi.
Jika area yang abnormal sudah terlokalisasi, dokter akan mengambil sampel pada jaringan tersebut (melakukan biopsi) untuk kemudian dikirim ke lab guna pemeriksaan yang mendetail dan akurat. Pengobatan akan sangat tergantung sekali pada hasil pemeriksaan kolposkopi anda.

Bagaimanakah dengan aktifitas seksual anda?
Pada tahap ini, anda tidak perlu kuatir dengan aktifitas seksual anda. Anda tidak perlu absen melakukan aktifitas seksual hanya karena pemeriksaan 'Pap Smear' anda positip, karena keadaan kanker atau pre-kanker yang anda derita tidak mungkin ditularkan kepada suami anda. Tetapi jika sedang dalam pengobatan penyembuhan, sebaiknya tanyakanlah kepada dokter anda kapan anda dapat melakukan hubungan sanggama lagi dan seberapa seringnya hubungan tersebut.

Perlukah dilakukan pemeriksaan lanjutan sesudah selesainya pengobatan?
Pemeriksaan lanjutan sesudah selesainya masa pengobatan adalah mutlak diperlukan untuk mendapatkan kepastian bahwa area yang telah diobati telah sembuh sama sekali. Biarpun metode pengobatan yang anda dapatkan sangat efektif, sel-sel yang abnormal kadang-kadang dapat kambuh lagi, bahkan dapat berkembang dengan derajat keparahan yang lebih tinggi. Jadi deteksi dini adalah hal yang sangat esensial sekali. Selama dua tahun pertama masa pengobatan anda, anda disarankan untuk menjalani pemeriksaan 'Pap Smear' setiap tiga bulan atau enam bulan sekali. Jika setelah tiga kali pemeriksaan berturut-turut hasil 'Pap Smear' anda normal, ini berarti anda telah dapat dinyatakan sembuh, dan anda dapat melakukan pemeriksaan 'Pap Smear' tersebut setiap tahun sekali secara kontinyu.
lihat artikel selengkapnya - tinjauan teoritis KANKER SERVIKS
------------------------------

Penyebab Perdarahan Trimester Awal Kehamilan

Penyebab perdarahan di Trimester awal kehamilan adalah : abortus, kehamilan ektopik (luar rahim), mola (hamil anggur) dan sumber lokal dari leher rahim: robekan, polip, kanker leher rahim dan pecahnya varises di leher rahim.

Disini kita akan lebih fokus ke abortus saja. Abortus artinya berakhirnya kehamilan sebelum janin viabel (bisa hidup) yaitu kurang dari 20 minggu atau berat kurang dari 500 mg. Memang janin segitu banyak yang mati dari pada hidup. Dulu defenisi abortus dipakai sampai kehamilan 28 minggu atau berat janin 1 kg.

Ada 4 tahapan proses abortus spontan: Abortus Iminens (Threatened Abortion), Insipiens (Inevitable Abortion), Inkomplit (Incomplete Abortion) dan Komplit (Complete Abortion)

Empat komponen pembeda masing2 abortus adalah : jumlah perdarahan, kolik rahim, pembukaan leher rahim dan ukuran rahim. Contohnya Abortus iminens (Threatened Abortion) jumlah perdarahan sedikit, nyeri kolik rahim tidak ada, pembukaan leher rahim tidak ada dan besarnya rahim masih sesuai dengan usia kehamilan dan seterusnya seperti terlihat pada tabel diatas.

Penyebab

* Kelainan embryo merupakan 80-90% sebagai penyebab abortus Trimester I, berupa kelainan kromosom : trisomi, monosomi, triploidi dll.
* Faktor ibu. Penyakit kronis: diabetes, hipertensi,kelainan ginjal dll. Penyakit akut : infeksi rubella, Cytomegali virus, toxoplasmosis, Mycoplasma dll
* Penyakit atau abnormalitas alat reproduksi : mioma rahim, cervix incompetence dll
* Faktor2 luar : merokok, alkohol, caffeine (banyak pada kopi dan teh) dll

Pengobatan
Abortus Iminens : Bed rest sampai perdarahan berhenti, no sexual intercourse, penenang jika pasien gelisah, hormon progesteron (duphaston), tokolitik (hystolan), antiprostaglandin (aspirin/aspilet), asam folat (folaplus).
Abortus insipien : Usaha untuk mempertahankan kehamilan akan sia2, untuk kehamilan kurang 12 minggu dilakukan kuret dengan vakum maupun kuret biasa. Jika kehamilan lebih dari 12 minggu, janin dilahirkan terlebih dulu dengan menginduksi kehamilan/abortus.
Abortus inkomplit : sama dengan abortus insipien
Abortus komplit : diberi obat uterotonika seperti metergin (metilat) tablet dan anti nyeri (cetalmic).

Kuretase

Video Kuret. Prosedur inti dimulai dari menit ke 1.43 yaitu dilakukan pemasangan spekulum bagiaan bawah dan atas liang vagina. Selanjutnya bagian leher rahim di posisi jam 11 dipasang penjepit untuk menarik leher rahim agar dalam posisi garis lurus dengan rahim. Hasil konsepsi dikeluarkan terlebih dahulu dengan cunam ovum. Setelah sebagian besar keluar, rongga rahim dibersihkan dengan sendok kuret secara sistematis sampai bersih, ditandai dengan darah yang berbuih. Hasil kerokan dimasukkan kedalam larutan pengawet untuk dikirim ke Lab guna pemeriksaan patologi anatomi (dengan mikroskop.)
lihat artikel selengkapnya - Penyebab Perdarahan Trimester Awal Kehamilan
------------------------------

PERSALINAN ATONIA UTERI

PERSALINAN DENGAN ATONIA UTERI

Perdarahan Post Partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Pada kasus perdarahan terutama perdarahan post partum, Atonia Uteri menjadi penyebab lebih dari 90% perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bayi (Ripley, 1999).

Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana Myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. (Apri, 2007).

Beberapa faktor Predisposisi yang terkait dengan perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri, diantaranya adalah :

1. Yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan, diantaranya :
1) Jumlah air ketuban yang berlebihan (Polihidramnion)
2) Kehamilan gemelli
3) Janin besar (makrosomia)
2. Kala satu atau kala 2 memanjang
3. Persalinan cepat (partus presipitatus)
4. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
5. Infeksi intrapartum
6. Multiparitas tinggi
7. Magnesium sulfat digunakan untuk mengendalikan kejang pada pre eklamsi / eklamsia.

Atonia Uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari uterus.

Menurut Roestman (1998), faktor predisposisi terjadinya Atonia Uteri adalah :

1. Umur : umur yang terlalu muda atau tua
2. Paritas : sering dijumpai pada multipara dan grademultipara
3. Obstetri operatif dan narkosa
4. Uterus terlalu diregang dan besar, pada gemeli, hidramnion, atau janin besar
5. Kelainan pada uterus seperti mioma uteri
6. Faktor sosio ekonomi yaitu mal nutrisi

Penatalaksanaan Atonia Uteri

1. Masase Fundus Uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)
Pemijatan merangsang kontraksi uterus sambil dilakukan penilaian kontraksi uterus.
2. Bersihkan bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks.
Bekuan darah dan selaput ketuban dalam vagina dan saluran serviks akan dapat menghalang kontraksi uterus secara baik.
3. Pastikan bahwa kantung kemih kosong
Kandung kemih yang penuh akan dapat menghalangi uterus berkontraksi secara baik.
4. Lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit
Kompresi uterus ini akan memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka di dinding dalam uterus dan merangsang myometrium untuk berkontraksi;
5. Anjurkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal
Keluarga dapat meneruskan proses kompresi bimanual secara eksternal selama anda melakukan langkah-langkah selanjutnya.
6. Keluarkan tangan perlahan-lahan.
lihat artikel selengkapnya - PERSALINAN ATONIA UTERI
------------------------------

distosia bahu adalah

distosia bahu
DISTOSIA BAHU
Distosia bahu adalah :

 Impaksi bahu depan diatas simfisis
 Ketidakmampuan melahirkan bahu dengan mekanisme/cara biasa
Faktor Risiko
 Kehamilan lewat waktu
 Obesitas maternal
 Riwayat distosia bahu sebelumnya
 Persalinan pervaginam dg tindakan
 Partus lama
 DM yg tidak terkontrol
Diagnosis
 “Turtle Sign”
 Tidak terjadi gerakan/ restitusi spontan
 Gagal lahir dg tenaga ekspulsi
 Adanya faktor risiko hanya ditemukan pada 50 % kasus
Pengelolaan
 A sk for help
 L ift the legs & buttocks
 A nterior shoulder
disimpaction
 R otation of posterior
shoulder
 M annual removal posterior
arm
Distosia bahu bukanlah masalah pada soft tissue ibu, namun episiotomi mungkin dapat memfasilitasi manuver2 tsb

Upaya utk memudahkan melakukan manuver2 tsb :
 Episotomi
 Knee chest position

Hindari 4 P :
1. Panic
2. Pulling : menarik kepala bayi
3. Pusshing : dorongan fundus
4. Pivoting : angulasi kepala

LANGKAH :
 Ask for help : 2 tim
 Lift the legs & buttocks (Mc Robert)

Anterior shoulder disimpaction :
- Eksternal : Massanti
- Internal : Rubin (dg episiotomi)
 Rotation :

Bahu blk :
- Wood
- Wood Corkscrew
 Manual removal of posterior arm (Shwartz) dg episiotomi
 Roll over : ulangi
knee chest (Gaskin)

Ask For Help
 Mintalah pertolongan
 Mintalah ibu untuk kooperatif
 Panggil partner
 Beritahu personel lainnya
Lift the legs & buttocks
 McRobert’s Manuver:
Angkat  Kaki & Bokong
 Fleksi paha ke abdomen
 Sudut inklinasi pelvik berkurang
 Membutuhkan asisten
 70% kasus berhasil lahir dg manuver ini


Anterior Shoulder Disimpaction (Eksternal)
 Disimpaksi bahu depan dengan
penekanan di suprapubis
(Massanti Manuver)
 Abdominal approach
 Diameter biakromial lebih kecil

 Tidak menekan fundus


Anterior Shoulder Disimpaction
(Internal)
 Rubin Manuver
 Vaginal approach
 Adduksi bahu depan dg penekanan pd bag belakang bahu  bahu didorong ke depan ke arah dada
 Pertimbangkan episiotomi
 Tidak melakukan dorongan fundus

A. Diameter Bahu-bahu
B. Bahu yg plg mudah dijangkau di tekan kedepan mnj dada bayi  menyebabkan abduksi kedua bahu, shg diameter bahu-bahu mengecil dan impaksi bahu depan terbebas


Rotasi Bahu Belakang
(Wood)
 Tekan bagian depan dari bahu belakang  kearah punggung bayi
 Dapat dikombinasi dg anterior disimpaction
 Tidak melakukan dorongan fundus
Rotasi Bahu Belakang
 Woods Corkscrew Manoeuver
 Dilakukan simultan dg disimpaksi bahu depan
 Bag depan bahu belakang ditekan, dan dilakukan rotasi 180o ke arah anterior (kearah dada bayi)

Woods Maneuver : Tangan diletakkan di blk bahu blk anak,
kmd dirotasi 180 derajat ke anterior 
impaksi anterior terbebas
Removal Posterior Arm
(Shwartz)
 Lengan bayi biasanya fleksi pd siku
 Bila lengan tidak fleksi Dorong lengan pd siku
 Dorong lengan kearah dada
 Ambil tangan  lahirkan tangan

1. Dengan episiotomi
2. Knee chest position : Memudahkan melahirkan
bahu belakang
Tindakan lain
 Patahkan klavikula
 Zavanelli Maneuver: - menempatkan kembali kepala
di pelvik  SC
 Simfisiotomi
Komplikasi
 Fetal/Neonatal :
1. kematian
2. asfiksia dan gejala sisanya
3. fraktur : klavikula, humerus
4. brachial plexus palsy

 Ibu :
1. Perdarahan post partum
2. Ruptura uteri
 Setelah tindakan :
- Waspada perdarahan post
partum
- Inspeksi adanya laserasi dan
trauma maternal
- Periksa bayi : adakah jejas
- Terangkan tindakan yg telah
dilakukan

di ambil dari;
http://groups.zorpia.com/group/kebidanan/forum/346919
lihat artikel selengkapnya - distosia bahu adalah
------------------------------

Polimenorrhea

A. Pengertian Polimenorrhea
Polimenorrhea adalah kelainan haid dimana siklus kurang dari 21 hari5 dan menurut literatur lain siklus lebih pendek dari 25 hari6,12. Gejala haid tidak normal penyebab anemia lain adalah polimenorhea, kondisi siklus haid yang berjalan lebih pendek dari periode haid normal. Haid polimenorhea terjadi jika siklus haid berjalan kurang dari 21 hari.

Akibat siklus haid yang pendek, tentu volume darah yang dikeluarkan juga akan jauh lebih banyak dari haid dengan siklus normal. Ada juga metrohagia, kondisi pendarahan di luar haid yang dapat disebabkan oleh kelainan organik atau kelainan fungsional. "Biasanya ini terjadi pada perempuan usia usia di atas 40 tahun dan perempuan premenopause.

B. Etiologi
Bila siklus pendek namun teratur ada kemungkinan stadium proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau kedua stadium memendek. Yang paling sering dijumpai adalah pemendekan stadium proliferasi. Bila siklus lebih pendek dari 21 hari kemungkinan melibatkan stadium sekresi juga dan hal ini menyebabkan infertilitas. Siklus yang tadinya normal menjadi pendek biasanya disebabkan pemendekan stadium sekresi karena korpus luteum lekas mati. Hal ini sering terjadi pada disfungsi ovarium saat klimakterium, pubertas atau penyakit kronik seperti TBC6.
Kelainan haid biasanya terjadi karena ketidak seimbangan hormon-hormon yang mengatur haid, namun dapat juga disebabkan oleh kondisi medis lainnya. Banyaknya perdarahan ditentukan oleh lebarnya pembukuh darah, banyaknya pembuluh darah yang terbuka, dan tekanan intravaskular. Lamanya pedarahan ditentukan oleh daya penyembuhan luka atau daya regenerasi. Daya regenerasi berkurang pada infeksi, mioma, polip dan pada karsinoma.

Kelainan haid adalah masalah fisik atau mental yang mempengaruhi siklus menstruasi, menyebabkan nyeri, perdarahan yang tidak biasa yang lebih banyak atau sedikit, terlambatnya menarche atau hilangnya siklus menstruasi tertentu.
Kelainan haid sering menimbulkan kecemasan pada wanita karena kehawatiran akan pengaruh kelainan haid terhadap kesuburan dan kesehatan wanita pada umumnya.

Siklus Menstruasi
Menstruasi adalah peluruhan dinding uterus (endometrium) pada setiap bulan secara periodik1,2. Menstruasi biasanya terjadi selama 2-7 hari dengan rata-rata durasi menstruasi + 4,7 hari. Saat menstruasi dapat kehilangan darah sekitar 10-80 cc darah dengan rata-rata 35 cc4,5. Siklus yang normal berlangsung 24-35 hari.
Haid pertama kali disebut menarche1,3,4. Menarche diawali dengan gejala pubertas lainnya seperti pertumbuhan payudara (telarche), tumbuh rambut kemaluan (puberche) dan tumbuh rambut ketiak3. Menarche diikuti oleh siklus yang panjang sekitar 5-7 tahun, lalu regularitas siklus haid meningkat sehingga siklus haid memendek untuk mencapai masa siklus yang tetap4. Perubahan irreguler menjadi reguler ini berhubungan dengan terjadinya pematangan poros Hipotalamus – Hipofise – Ovarium4. Kemudian, saat wanita mulai memasuki masa menopause, irreguleritas siklus terjadi kembali karena mulai didominasi siklus-siklus yang anovulatoir.
Menstruasi terbagi dalam empat stadium yaitu:
1. Stadium Menstruasi atau Deskuamasi,
Pada stadium ini, endometrium luruh dari dinding rahim disertai dengan perdarahan. Hanya lapisan tipis yang tertinggal yaitu stratum basale. Darah ini tidak membeku karena adanya fermen yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan-potongan mukosa3,5. Bila darah banyak keluar, fermen tidak mencukupi hingga timbul bekuan darah dalam darah haid3. Pada saat ini ovarium mulai membentuk estrogen.

2. Stadium Post Menstruum atau Regenerasi,
Pada stadium regenerasi, endometrium mulai menebal. Luka peluruhan ditutup oleh selaput lendir baru yang terbentuk dari sel epitel kelenjar-kelenjar endometrium. Pada saat ini tebal endometrium ± 0,5 mm. Stadium ini sudah mulai saat stadium menstruasi dan berlangsung ± 4 hari.
3. Stadium intermenstruum atau stadium proliferasi
Pada stadium proliferasi, endometrium tumbuh menjadi cepat menjadi tebal ±3,5 mm. Kelenjar endometrium tumbuh lebih cepat hingga berkelok-kelok. Stadium proliferasi berlangsung pada hari ke 5-14 dari hari haid pertama3. Pada saat ini terjadi peningkatan FSH yang memicu terjadinya pematangan folikel di ovarium menjadi folikel de graaf. Folikel ini menghasilkan estrogen dimana estrogen menghambat kerja FSH sehingga pembentukan folikel lainnya dapat dihambat sehingga didapatkan satu folikel de graaf saja yang matang. Estrogen memulai pembentukan lapisan baru pada uterus.

Ketika folikel telah matang, folikel mensekresikan cukup estradiol untuk memacu terjadinya pelepasan LH secara akut3,5. Pelepasan LH ini terjadi pada hari ke-12 dan bertahan selama 48 jam. LH mematangkan ovum, menipiskan dinding folikel sehingga memungkinkan untuk terjadinya letupan pada folikel agar terjadi ovulasi. Pada ovarium manakah ovulasi terjadi masih belum diketahui, ovulasi terjadi pada ovarium secara acak. Pada beberapa wanita, ovulasi disertai oleh nyeri tengah siklus yang disebut mittelschmerz akibat ada cairan yang terbebas dari folikel yang meletup yang jatuh ke rongga abdomen dan merangsang terjadinya rangsang peritoneum. Perubahan hormonal tiba-tiba saat ovulasi dapat menyebabkan perdarahan ringan pada tengah siklus. Pada beberapa penelitian didapatkan peningkatan kemampuan penciuman perempuan saat ovulasi.

4. Stadium praementruum atau stadium sekresi.
Pada stadium sekresi, tebal endometrium kira-kira tetap tetapi bentuk kelenjar menjadi berliku dan mengeluarkan getah. Dalam endometrium sudah terjadi penimbunan glikogen dan kapur untuk makanan telur. Stadium sekresi ini berlangsung pada hari ke 14-28 dari haid hari pertama. Setelah terjadi ovulasi, folikel yang sudah kehilangan ovum berubah menjadi korpus luteum di bawah pengaruh kelenjar hipofise. Korpus luteum menghasilkan progesteron dan tambahan estrogen untuk sekitar 2 minggu, setelah itu korpus luteum mati. Progesteron bertugas untuk menghasilkan lapisan yang cocok untuk implantasi embrio. Progesteron meningkatkan suhu basal sekitar 0,5- 10F. Bila fertilisasi terjadi, embrio akan mengalir ke dalam kavum uteri dan berimplantasi 6-12 hari setelah ovulasi. Segera setelah implantasi embrio memberikan sinyal pada sistem maternal. Sinyal awal berupa hCG. Sinyal ini berguna untuk mempertahankan korpus luteum agar dapat terus menghasilkan progesteron. Bila tidak terjadi kehamilan, endometrium akan meluruh sehingga terjadilah menstruasi prostaglandin dihasilkan dari dinding uterus dan menyebabkan otot uterus kontraksi. Proses ini membantu untuk mengeluarkan darah dari uterus dari dinding rongga uterus. Proses ini juga menjelaskan bagaimana terjadinya nyeri saat haid2.

C. Terapi
Keadaan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan terapi hormonal. Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan estrogen dan stadium sekresi dapat diperpanjang dengan kombinasi estrogen-progesteron.
lihat artikel selengkapnya - Polimenorrhea
------------------------------

Penyakit-penyakit dalam kehamilan

A. Penyakit Saluran Napas
Kehamilan akan menimbulkan perubahan yang luas terhadap fisiologi pernapasan. Ada empat faktor penting yang terjadi dalam kehamilan yang erat hubungannya dengan fungsi pernapasan.
Rahim yang membesar karena kehamilan akan mendorong diafragma ke atas, sehingga rangga dada menjadi sempit, gerakan paru akan terbatas untuk mengambil oksigen selama pernapasan, dan untuk mengatasi kekurangan 02 ini pernapasan menjadi cepat (hiperventilasi).
Perubahan hormonal, terutama hormon progesteron yang meningkat selama kehamilanya membuat otot-otot saluran pernapasan menjadi kendor, dan ini juga akan mendorong terjadinya hiperventilasi.
Meningkatnya volume darah dan cardiac output dalam usaha menyelamatkan Janin serta memenuhi kebutuhan metabolik ibu yang meninggi.
Perubahan imunologik. Faktor daya tahan tubuh ibu sangat erat hubungannya dengan timbulnya penyakit saluran napas selama kehamilan. Kadar imunoglobulin F (IgE) mungkin menaik atau menurun pada seorang wanita hamil. Bila kadar IgE pada penderita asma yang hamil meningkat, ternyata hal ini menyebabkan penderita Icbilv rentan dan lebih sering dapat serangan asma atau lebih berat.


Macam Penyaki Saluran Pernafasan
1. Influensa
Wanita hamil lebih mudah diserang penyakit influensa. Epidemi yaag hebat yang terjadi tahun 1957-1958, menyebabkan kematian ibu yang meningkat. Pada kca(i.v,m biasa, tidak banyak pengaruhnya pada ibu atau pun pada janin. Pengobatan p.nl.r penderita influensa harus dilaksanakan dengan baik, dengan banyak istirahat, banyak minum, dan kalau perlu diberi
analgetika atau antibiotika dan harus d: penggunaan obat-obat batuk yang sifatnya supresi dan obat antihistamin Tidak ada indikasi tindakan abortus provokatus pada penderita hamil influensa. Bila ada komplikasi ke arah pneumonia penderita segera dirawat da antibiotika. Perawatan harus intensif.


2. Bronkitis
Bronkitis akut dapat disebabkan oleh virus atau bakteri. Perlu pengobatan yai dan cepat, agar penyakit tidak menular ke paru-paru sehingga timbul pneu Bila timbul pneumonia, angka mortalitas ibu cukup tinggi dan pada janii terjadi abortus atau partus prematurus.
Pengobatan: penderita harus banyak istirahat baring, minum banyak, dar obat-obat bronkodilator. Antibiotika ampisilin 200 - 500 mg peroral tiap 6 jam sangkaan ada infeksi bakteri. Lakukan pengambilan sputum untuk biakan kepekaan kuman. Kemudian pemberian antibiotika yang lebih tepat bila


3. Pneumonia
Pneumonia dalam kehamilan merupakan penyebab kematian non obstetri terbesar setelah penyakit jantung. Oleh karena itu pneumonia harus segera di dalam kehamilan, segera dirawat dan diobati secara intensif untuk m( timbulnya kematian janin/'ibu, terjadinya abortus, persalinan prematur atau ks dalam kandungan. Pneumonia dapat disebabkan oleh virus, bakteri maul kimia. Untuk keperluan diagnostik dan pengobatan perlu dilakukan pemeriksaan penunjang, antara lain:
1) foto toraks anterior posterior dan lateral;
2) pemeriksaan gas darah (darah arterial);
3) sputum diambil dan diperiksa menurut pulasan gram, dan dibiak;
4) darah diambil, juga dibiak
Pengobatan: penderita diistirahatkan dalam keadaan berbaring, diberi 02 memberikan obat-obat yang sifatnya narkotik atau menahan batuk. Diberiob antipiretika untuk menurunkan suhu badan penderita, koreksi kelainan el, atau gas darah bila ada, berilah antibiotika, karena sering kali pneumoni disebabkan oleh virus atau zat kimia disertai pula oleh infeksi kuman-kt Pada pneumonia aspirasi karena masuknya isi lambung ke dalam paru-paru sering dijumpai setelah pemberian anestesi pada saat persalinan atau operas penanganannya adalah sebagai berikut.
Segera dipasang tabung endotrakeal dan dilakukan pengisapan, kalaL dilakukan bronkoskopi bila partikel yang masuk terlalu besar. Oksigen di) dan gas darah arterial diperiksa berulang-ulang; segera dilakukan koreksi E kelainan, dan pernapasan dibantu dengan alat ventilator. Diberi aminopilin IN mcncegah bronkospasmus, 4 6 mg/kg dalam 15-30 menit. Berikan kortiku dosis tinggi sepera hidrokortison 1 gram i.v. dalam 24 jam yang diberikan dalam empat kali per hari yaitu tiap 4-6 jam. Pemberian antibiotika untuk mencegah infeksi.


4. Asma bronkiale
Asma bronkiale merupakan salah satu penyakit saluran napas yang sering dijumpai dalam kehamilan dan persalinan. Penderita biasanya pernah berobat ke dokter lain. Pengaruh kehamilan terhadap timbulnya serangan asma tidaklah selalu sama pada setiap penderita, bahkan pada seorang penderita asma, serangannya tak sama pada kehamilan pertama dan berikutnya. Kurang dari sepertiga penderita asma akan membaik dalam kehamilan, lebih dari 1/s akan menetap, serta kurang dari 1/3 lagi akan menjadi buruk atau serangan bertambah. Biasanya serangan akan timbul mulai usia kehamilan 24 minggu sampai 36 minggu, dan pada akhir kehamilan serangan jarang terjadi.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh tim ahli asma Kalifornia (tahun 1983) pada 120 kasus asma yang hamil, dan terkontrol baik, terdapat 90% dari penderita tidak pernah dapat serangan dalam persalinan, 2.2% menderita serangan ringan dan hanya 0.2% yang menderita asma berat yang dapat diatasi dengan obat-obat intravena. Pengaruh asma pada ibu dan janin sangat tergantung dari sering dan beratnya serangan, karena ibu dan janin akan kekurangan oksigen (02) atau hipoksia. Keadaan hipoksia bila tidak segera diatasi tentu akan berpengaruh pada janin, dan sering terjadi keguguran, persalinan prematur atau berat janin tidak sesuai dengan usia kehamilan (gangguan pertumbuhan janin).
Faktor pencetus timbulnya asma, antara lain zat-zat alergi, infeksi saluran napas, pengaruh udara dan faktor psikis. Penderita selama kehamilan perlu mendapat pengawasan yang baik, biasanya penderita mengeluh napas pendek, berbunyi, sesak dan batuk-batuk. Diagnosis dapat ditegakkan seperti asma di luar kehamilan.
Penanganan
1) Mencegah timbulnya stress
2) Menghindari faktor risiko (pencetus) yang sudah diketahui, secara intensif.
3) Mencegah penggunaan obat seperti aspirin dan semacam yang dapat menjadi pencetus timbulnya serangan.
4) Pada asma yang ringan dapat digunakan obat-obat lokal yang berbentuk inhalasi, atau per oral seperti isoproterenol.
5) Pada keadaan lebih berat penderita harus dirawat dan serangan dapat dihilangkan dengan satu atau lebih dari obat di bawah ini.
a. Epinefrin yang telah dilarutkan (1 : 1000), 0,2-0,5 ml, disuntikkan subkutin.
b. Isoproterenol (1 : 100) berupa inhalasi 3-7 hari.
c. Oksigen
d. Aminofilin 250-500 mg (6 mg/kg) dalam infus glukose 5%
e. Hidrokortison 260-1000 mg iv pelan-pelan atau perinfus dalam 10%.


Hindari penggunaan obat-obat yang mengandung iodium karena dapat gangguan pada janin, dan berikan antibiotika kalau ada sangkaan terdap Persalinan biasanya dapat berlangsung spontan akan tetapi bila pende dalam serangan dapat diberi pertolongan dengan tindakan seperti dengai vakum atau forseps. Tindakan seksio sesarea atas indikasi asma jarang atau dilakukan.


5. Tuberkulosis paru
Penyakit ini perlu diperhatikan dalam kehamilan, karena penyakit merupakan penyakit rakyat; sehingga sering kita jumpai dalam kehamilan. ini dapat menimbulkan masalah pada wanita itu sendiri, bayinya dan t sekitarnya.
Kehamilan tidak banyak memberikan pengaruh terhadap cepatnya penyakit ini, banyak penderita tidak mengeluh sama sekali. Keluhan y ditemukan adalah batuk-batuk yang lama, badan terasa lemah, nal berkurang, berat badan menurun, kadang-kadang ada batuk darah, dan sal Pada pemeriksaan fisik mungkin didapat adanya ronkhi basal, suara ka pleural efusion. Penyakit TBC paru ini mungkin bentuknya aktif atau k mungkin pula tertutup atau terbuka.
Pada penderita yang dicurigai menderita TBC paru sebaiknya pemeriksaan tuberkulosa tes kulit dengan PPD (purified protein derivate) hasilnya positif diteruskan dengan pemeriksaan foto dada. Perlu diperh dilindungi janin dari pengaruh sinar X. Pada penderita dengan TBC paru dilakukan pemeriksaan sputum, untuk membuat diagnosis secara past untuk tes kepekaan. Pengaruh TBC paru pada ibu yang sedang hamil 1 dengan baik tidak berbeda dengan wanita tidak hamil. Pada janin jaran TBC kongenital, janin baru tertular penyakit setelah lahir, karena di disusui oleh ibunya.






Penanganan
Pada penderita dengan proses yang masih aktif, kadang-kadang perawatan, untuk membuat diagnosis serta untuk memberikan pendid diterangkan pada penderita bahwa mereka memerlukan pengobatan yang dan ketekunan serta ada kemauan untuk berobat secara teratur. Per sembuh dengan baik bila pengobatan yang diberikan dipatuhi oleh Penderita dididik untuk menutup mulut dan hidungnya bila batuk, Pengobatan terutama dengan kemoterapi, dan sangat jarang diperluka operasi.
Pada penderita TBC paru yang tidak aktif, selama kehamilan tidak perlu dapat pengobatan. Sedangkan pada yang aktif, dianjurkan untuk menggunakan obat dua macam atau lebih untuk mencegah timbulnya resistensi kuman, dan isoniazid (INH) selalu diikutkan dalam regimen pengobatan tersebut.


Obat-obat yang dapai dagunakan
1. Isoniazid (INH), dengan dosis 300 mg/hari. Obat ini mungkin menimbulkan komplikasi pada hati, sehingga timbul gejala-gejala hepatitis berupa nafsu makan berkurang, mual dan muntah. Oleh karena itu perlu diperiksa faal hati sewaktu¬waktu, dan bila ada perubahan, maka obat untuk sementara harus segera dihentikan.
2. Ethambutol dengan dosis 15-20 mg/kg/hari. Dilaporkan obat ini dapat menimbulkan komplikasi retrobulber neuritis akan tetapi laporan samping efek obat ini dalam kehamilan sangat sedikit, dan pada janin belum ada.
3. Streptomycin dengan dosis i g/hari. Obat ini harus hati-hati digunakan dalam kehamilan, dan jangan digunakan dalam kehamilan trimester pertama. Pengaruh obat ini pada janin dapat menyebabkan tuli bawaan (ototoksik), di samping itu pemberian obat ini kurang menyenangkan pada penderita, karena harus disuntikkan setiap hari. Dilaporkan bila dosis yang diberikan <>
4. Rifampisin dengan dosis 600 mg/hari. Obat ini baik sekali untuk pengobatan TBC paru, akan tetapi mempunyai efek potensial teratogenik yang besar pada binatang percobaan. Pada manusia belum banyak laporan, dan dianjurkan untuk tidak menggunakannya dalam trimester pertama.
Pemeriksaan sputum setelah i-2 bulan pengobatan, harus dilakukan dan kalau masih positif, perlu diulang tes kepekaan kuman terhadap obat. Tidak ada indikasi untuk melakukan tindakan pengguguran kehamilan pada penderita TBC paru. Antenatal care dapat dilakukan seperti biasa. Dianjurkan penderita datang sebagai pasien permulaan atau terakhir dan segera diperiksa, agar tidak terjadi penularan pada orang-orang di sekitarnya.
Persalinan pada wanita yang tidak dapat pengobatan dan tidak aktif lagi, dapat berlangsung seperti biasa, akan tetapi pada mereka yang masih aktif, penderita di tempatkan di kamar bersalin tertentu (tidak banyak digunakan penderita lain). Persalinan ditolong dengan tindakan ekstraksi vakum atau forseps, dan sedapat mungkin penderita tidak meneran, diberi masker untuk menutupi mulut dan hidungnya agar tidak terjadi penyebaran kuman ke sekitarnya.
Cegah terjadinya perdarahan postpartum seperti pada pasien-pasien lain pada umumnya. Setelah penderita melahirkan, penderita dirawat di ruang observasi 6-8 jam, kemudian penderita dapat dipulangkan langsung. Diberi obat uterotonika, dan obat TBC paru diteruskan, serta nasihat perawatan masa nifas yang harus mereka lakukan. Penderita yang tidak mungkin dipulangkan, harus dirawat di ruang isolasi. Pcrawatan bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mcndcrita TBC paru haruslah dilakukan dengan sebaik-baiknya, agar anaknya tidak ketularan oleh ibm keadaan ideal bayi setelah lahir segera dipisahkan dari ibunya, sampai il: memperlihatkan tanda-tanda proses aktif lagi setelah dibuktikan dengan p sputum sebanyak 3 kali, yang selalu memperlihatkan hasil negatif. Pada suntikan Mantoux sampai menunjukkan reaksi positif. Bila suntikan BC sebaiknya segera diberikan pada bayi setelah lahir, atau bila reaksi Mantoux negatif.
Yang penting adalah pendidikan pada penderita dan keluarganya tenta penyakit TBC paru yang sedang diidap serta bahaya penularan penyak pada anaknya, sehingga penderita dan keluarganya menyadari sepenuhny na cara melakukan perawatan bayinya dengan baik.


B. Penyakit Traktus Digestivus, Hepar dan Pankrieas
Terdapatnya perubahan fungsi alat pencernaan dalam kehamilan adalah hal yang biasa. Perubahan-perubahan tersebut umumnya tidak berarti dan tidak berbahaya, dan akan dapat ditanggulangi dengan mudah dengan penerangan, obat-obat yang relatif ringan atau dengan melalui pendekatan psikologik.
Ada tiga faktor yang menyebabkan perubahan fungsi alat pencernaan tersebut dalam kehamilan, yaitu perubahan hormonal, anatomik dan fisiologik kehamilan, dan ketiga faktor tersebut akan memberikan pengaruh pada fungsi alat pencernaan. Selama kehamilan akan terjadi pula penurunan gerakan saluran alat cerna karena tonus otot-otot alat pencernaan yang berkurang, di samping itu terdapat pula perubaltan Ietak serta penekanan yang disebabkan oleh pembesaran rahim (uterus). Perasaan mual, muntah, nafsu makan menurun, ketidaksukaan pada makanan tertentu atau bau-bauan yang dapat diobati dengan menghindari makanan atau bau¬bauan tersebut atau dengan pemberian obat-obat yang relatif ringan ternyata sudalt cukup. Akan tetapi kadang-kadang keluhan wanita hamil tersebut sangat berlebihan sehingga dapat membahayakan kesehatan atau jiwanya, maka perlu dipikirkan penyebab lain, yang ikut berperan sebagai penyebabnya seperti seot-ang wanita hamil yang menginginkan makanan tertentu yang tidak lazimnya dimakan orang, umpamanya tepung kanji, makanan mentah, garam, lempung, tanah dan sebagainya. Penyebab kelainan ini sangat erat hubungannya dengan faktor sosial, tingkat kebudayaan dan sebagainya, sehingga pengobatannya haruslah melalui pendekatan psikologik dan kelainan seperti ini disebut pica (ngidam dalam bahasa Jawa). Begitu pula tak jarang disalahtafsirkan gejala-gejala penyakit organ dalam rongga perut yang gawat dianggap sebagai gangguan yang disebahkan oleh kchamilan biasa.














MULUT
1. Ptialismus (syalorea, hipersalivasi)
Pada kehamilan trimester pertama, kemungkinan dijumpai produk berlebihan dari biasa, sehingga menyebabkan wanita hamil terseb~ membuang ludah. Produksi air ludah yang berlebihan ini disebut ptialis karena ketidaksanggupan wanita tersebut menelan air ludahnya sebaga perasaan mual. Pengobatan khusus t:idak ada, cukaap dengan pen penerangan secara psikologik.


2. Gingivitis dan epulis
Dalam kehamilan sering gusi menjadi bengkak dan lemah serta mud terutama pada waktu gosok gig' atau sentuhan yang ringan lainnya. H pengaruh dari hormon estrogen yang meningkat.
Seringkali tirnbul stomatitis dan gingivitis dalam kehamilan, dan un perawatan mulut agar selalu bersih selama kehamilan. Kadang-kadan pula pembengkakan gusi setempat dan banyak mengandung pembuh darah, sehingga mudah berdaralt. Kelainan ini disebut epulis gravidarum khusus tidak ada, dan setelah lahir epulis tersebut akan hilang sendiri


3. Karies dentis
Dalam kehamilan sering dijumpai gingivitis dan karies dentis, akan beralasan kehamilan sebagai penyebab meningkatnya kejadian karies dentis sebelum hamil sudah ada, dan kekurangan kalsium akan kerusakan giginya seperti juga terjadi sebelum ltamil. Pengobatan yaitu dengan merawat gigi, mulut, serta mencukupi kebutuhan kalsium dalam kehamilan.


ESOFAGUS
1. Pirosis (heartburn, nyeri dada)
Pirosis ialah perasaan nyeri di dada, karena masuknya isi lambung ke d bagian bawah. Keluhan sering ditemukan dalam kehamilan, terutama tengkurap, atau menelan sesuatu makanan tertentu atau obat. Pada kehamilan tua mungkin kelainan ini agak sering dijumpai karena pengaruh tekanan rahim yang membesar. Pada esofagus terjadi esofagitis, akan tetapi pada en( kelihatan ada tanda-tanda radang, hanya secara histologik dapat diliha tersebut berisi aa:uo klurida, pepsin serta makanan. pirosis biasan; mcnitnbulkan komplikasi srprrti strikmra, perdar-ahan, karena waktu sebentar saja. Pengobatan cukup dengan memberikan obat antasid, mengubah posisi tubuh dan menegakkan kepala serta mencegah tengkurap setelah makan. Keadaan yang lebih berat, kadang-kadang menyebabkan penderita sulit menelan, ada perdarahan (hematemesis), sebagai akibat terjadi esofagitis erosif. Pengobatannya tetap seperti diuraikan di atas, yaitu konservatif.


2. Esofagftis erosiva
Esofagitis erosiva merupakan akibat yang gawat dari kembalinya isi lambung ke dalam esofagus, dan agaknya tidak mempunyai hubungan dengan hiperemesis gravidarum. Gejala yang paling sering dijumpai ialah nyeri waktu menelan (disfagia) disertai pirosis. Hematemesis dapat terjadi, dan esofagoskopi menunjukkan erosio berdarah pada selaput lendir satu pertiga bawah esofagus.
Penanggulangan sama dengan pada pirosis biasa. Apabila terjadi hematemesis, penderita disuruh minum air es atau menelan es batu kecil-kecil. Biasanya kelainan ini sembuh sama sekali dengan sendirinya setelah kelahiran. Striktura esofagei yang sampai memerlukan dilatasi jarang terjadi.


3. Varises esofagei
Varises esofagei akibat sirosis hepatis menjadi lebih besar dan lebih mudah pecah dalam kehamilan, karena hipervolemia kehamilan dan hipertensi portal.


LAMBUNG
1. Hernia hiatus diafragmatika
Hernia hiatus driafragmatika ialah masuknya bagian atas lambung ke dalam lubang diafragma. Kelainan ini sering dijumpai dalam kehamilan, kira-kira 17%, terutama dalam kehamilan trimester III, dan lebih sering pada multipara dalam usia lanjut. Kelainan ini akan sembuh sendiri, setelah anak lahir. Penderita mungkin mengeluh tentang gangguan pencernaan berupa pirosis, muntah, kadang-kadang hematesis, berat badan menurun, atau kadang-kadang tak ada keluhan sama sekali. Kalau keluhan meningkat, mungkin ada hubungan dengan dua faktor, yaitu wanita tersebut telah rnenderita hernia hiatus dan isi lambung yang bertambah besar. Sering dokter mengira gejala-gejala tersebut disebabkan oleh karena hamil biasa, sedangkan kalau diperiksa dengan foto rontgen mungkin dijumpai adanya hernia. Hernia hiatus jarang mengalami strangulasi hernia dalam kehamilan, dan kalau ada biasanya penderita mengeluh sesak napas, sianotik, kadang-kadang dapat jatuh dalam syok.
Penanganannya adalah simptomatik, penderita ditidurkan setengah duduk, makanan diberikan dalam porsi kecil-kecil. Kalau hernia tersebut telah diketahui sebelum hamil, sebaiknya penderita tidak hamil, atau dilakukan operasi lebih dulu.


2. Ulkus peptikum
Ulkus peptikum jarang dijumpai dalam kehamilan, perjalanan penyakitnya bervaria¬si. Pada wanita yang mempunyai ulkus peptikum sebelum hamil, biasanya setelah hamil, penyakit akan menjadi lebih baik, bahkan dapat sembuh. Terus trimester pertama dan kedua, karena rendahnya sekresi asam lamek, meningkatnya produksi getah lambung, walaupun kadang-kadang ulkus lebih hebat gejalanya dan yang sering dijumpai adalah rasa kejang dan peril bagian atas (yang dapat hilang dengan memakan makanan atau obat alk; panas, rasa tak enak di daerah epigastrium. Gejala lebih sering terjadi atau di atau 3 jam sesudah makan. Perforasi jarang terjadi. Oleh karena itu penanga peptikum dalam kehamilan umumnya konservatif, jarang atau hampir dengan tindakan operatif.


3. Gastritis
Diagnosis gastritis sering dibuat dalam kehamilan muda, hanya atas dasaj penderita, seperti mual, muntah-muntah, tidak ada nafsu makan, nyeri epigastrium dan sebagainya. Dan setelah diperiksa dengan teliti ternyata tidak menderita gastritis akan tetapi. mungkin emesis (hiperemesis), esofagitis. Sering dilakukan pemeriksaan radiologik oleh dokter untuk diagnosis. Hal ini tentu tidak baik, karena sinar X, mempunyai pengaruh t pada janin. Oleh karena itu haruslah hati-hati untuk membuat diagnosis Perhatikanlah dan lakukanlah anamnesis dan pemeriksaan dengan telit penderita sedang hamil muda atau tidak. Bila hamil muda sedapat mungki pembuatan foto riintgen. Penderita diobservasi, dan ditentukan terapi kc seperti gastritis di luar kehamilan. Biasanya keluhan akan hilang setelah tri bila disebabkan oleh kehamilan.


USUS HALUS
1. Ileus
Baik ileus obstruktif maupun ileus paralitik dapat dijumpai dalam keham kadang-kadang tidak diketahui, karena gejala-gejalanya sering disalal sebagai gejala-gejala kehamilan biasa, seperti mual, muntah, konstipas kontraksi, kejang otot dan sebagainya. Ileus obstruksif ini dapat disebal; volvulus, lrernia inkarserata, intususepsi, tumor kolon, dan perlekai merupakan penyebab yang sering dijumpai. Oleh karena itu perlu diperha ditanyakan tentang; operasi perut yang terdahulu. Diagnosis dibuat atas dasar gejala muntah-muntah, konstipasi, bising usus meningkat seperti bunyi logam. Foto abdomen walaupun pemeriksaan X ray secara umum dilarang dalam kehamilam, namun keadaan tertentu perlu dilakukan. Seperti pada sangkaan ileus obstruktil pada gambaran foto rontgen, usus di bagian proksimal obstruksi melebar, bayangan permukaan cairan (fluid Ievel).
Begitu juga bila diagnosis ragu-ragu, maka tindakan laparotomi eksplorasi lebih baik dilakukan daripada bersikap menunggu, yang kemudian menimbulkari keadaan fatal. Dalam kehamilan biasa, tonus dan peristaltik usus berkurang, sehingga tak jarang menyebabkan konstipasi atau sulit buang air besar. Kadang-kadang dapat timbul gejala-gejala ileus paralitik dalam kehamilan dan nifas, dan hal ini haruslah dibedakan dari ileus obstruktif dan peritonitis. Pada ileus paralitik tanpa komplikasi lain sepeni di atas, terapi untuk ini adalah konservatif, yaitu dengan memberikan infus dan makanan parenteral, pemasangan pipa hidung-lambung, dan cairan lambung diisap terus menerus, sena pemberian antibiotika, vitamin aneurin 25-50 mg intra muskular, dan biasanya dalam waktu 3-5 hari akan sembuh.


2. Volvulus
Dengan makin tuanya kehamilan dan makin membesarnya uterus, usus-usus halus dapat terputar pada pangkalnya, sehingga terjadi penjiratan (strangulas:) seluruh ileum. Akibatnya sangat gawat dan menyebabkan kematian apabila tidak segera dikenal dan dioperasi. Keadaan lain yang dapat pula menyebabkan volvulus ialah perpanjangan mesokolon, hernia diafragmatika, perlekatan usus, dan terdapatnya pita kongenital di dalam rongga perut.
Gambaran klinik berupa perut yang menunjukkan tanda-tanda gawat mendadak (acute abdomen) terdiri atas gejala-gejala obstruksi usus disertai muntah-muntah yang hebat. Keadaan umum cepat memburuk akibat gangguan elektrolit dan keracunan; nadi sangat cepat dan suhu meningkat. Penderita harus segera dioperasi.






3. Hernia
Pelbagai macam hernia dapat dijumpai dalam kehamilan, sepeni hernia inguinalis, femoralis, umbilikalis, dan sikatrisea, yang biasanya tidak menimbulkan keluhan. Hernia diafragma telah dibicarakan di atas.
Membesarnya uterus mendorong usus-usus lebih jauh dari cincin hernia, sehingga inkarserasi jarang terjadi dalam kehamilan, juga dalam persalinan kala II, walaupun wanita meneran-neran. Sebaliknya, dalam nifas cincin dapat menjadi lebih besar dan usus dapat masuk ke dalam kantong hernia. Walaupun demikian, inkarserasi juga jarang terjadi dalam nifas. Gejala-gejala ileus pada hernia dapat timbul pada setiap saat dalam kehamilan dan nifas apabila ada perlekatan usus yang terjepit, terputar, atau tenarik.
Penanganan hernia dalam kehamilan sama dengan di luar kehamilan apabila timbul gejala-gejala gawat. Dalam persalinan sebaiknya wanita tidak meneran terlarqpau kuat apabila kantong hernia menjadi lebih besar; dan jikalau syarat-syarat sudah dipenuhi, persalinan diakhiri dengan ekstraktor vakum atau cunam.
Hernia umbilikalis dan hernia sikatrisea tetap membesar oleh kehamilan. Apabila ada perlekatan usus dengan omentum, tarikan pada omentum scring menyebabkan rasa nyeri.


4. Ileitis regionalis
Ileitis regionalis, sepeni dilaporkan oleh Crohn dan Yarnis, merupakan suatu proses granulomatus ileum bagian akhir yang tidak khas yang meliputi peradangan nekrosis, ulserasi, dan perparutan. Penyakit ini biasanya dijumpai pada orang dewasa muda dan jarang pada wanita hamil. Gejala-gejala sangat bervariasi, tergantung lamanya penyakit, bersifat aktif dan luasnya ileum yang terkena proses; diantaranya nyeri perut, diarea, demam ringan, terabanya tumor di perut, perda perforasi usus. Anamnesis yang teliti dan pemeriksaan roentgen dapat r diagnosis. Diagnosis pasti hanya dapat dibuat setelah perut dibuka kehamilan pada ileitis regionalis tidak pasti dan sangat bervariasi; ada ya lebih baik dalam kehamilan, ada yang sama, ada pula yang menjadi lebih buruk
Apabila penderita menunjukkan gejala-gejala yang berat dan rea terhadap kehamilannya, maka bekerja sama dengan psikiater dapat dipertimbagkan abortus buatan, walaupun ini jarang diperlukan.


USUS BESAR
1. Appendisitis akuta
Kejadian appendisitis akuta dalam kehamilan dan di luar kehamilan tidakl: Kejadiannya satu di antara 1000 sampai 2000 wanita hamil. Akan teta perforasi, lebih sering pada kehamilan, yaitu 1,5 sampai 3,5 kali dari a hamil. Hal ini karena diagnosis dini appendisitis akuta kadang-kadang s sering meragukan, atau dikacaukan oleh keadaan-keadaan lain seperti:
a. Gejala dan tanda rasa mual, muntah, anoreksia, perut gembung, dan nyeri sering dijumpai pula pada kelainan lain dari appendisitis.
b. Adanya leukositosis fisiologik dalam kehamilan yang mungkin jumlah leukosit pada appendisitis akuta.
c. Berpindahnya letak soekum akibat dorongan rahim yang makin menyebabkan letak appendiks juga berpindah. Pada akhir penen kelramilan, appendiks terletak di bagian kanan atas, sehingga gambaran yang diberikan oleh appendisitis yang biasa tidak menunjukkan ga seperti di luar kehamilan.
d. Adanya relaksasi otot-otot dinding perut pada kehamilan lanjut, menyebabkan tanda-tanda nyeri, kekakuan dinding perut, menjadi tak jelas.
e. Tanda-tanda appendisitis akuta, kadang-kadang diperlihatkan pula oleh kelainan, seperti pada kehamilan muda dengan adanya kista yang membatu ureter, pielonefritis akuta, salpingitis akuta; rasa nyeri dari rotundum pada kehamilan lebih lanjut, solusio plasenta tingkat permulaan saluran kemilan, perslinan prematur, obstruksi usus Italus. Pada masa nifas adanya andometritis atau adneksitis


Mengambil tindakan konsetvatif adalah salah, sebab bila appendisitis tersebut mengalami perforasi karena tindakan terlambat dapat menimbulkan kematian ibu DAN janin. Insisi perlu dibuat lebih tinggi dari biasa yaitu paramedial kanan kira-kira setinggi fundus uteri. Manipulasi pada uterus gravidus ini sedapat mungkin dihindari, dan drain hanya dipasang apabila ada abses. Biasanya kehamilan akan berlangsung terus sampai saat persalinan. Bila appendisitis akuta dibuat pada kehamilan lebih dari 34-35 minggu, dilakukan seksio sesarea dan appendektomia. Uterus yang membesar tersebut akan menyulitkan mencari appendiks di samping itu bila penderita masuk dalam persalinan pasca laparotomi, luka dapat terbuka kembali karena luka belum sembuh sempurna dan belum kuat. Kalau terjadi perforasi atau abses dipertimbang¬kan untuk melalkukan appendektomia dan seksio histerektomia. Prognosis appendi¬sitis dalam )kehamilan lebih buruk dari di luar kehamilan, dan diagnosis dini serta tindakan yang segera diambil berupa laparatomi dan pemberian antibiotika, akan dapat menolong penderita serta akan memperbaiki prognosis. Komplikasi yang sering atan mungkin dijumpai pada kehamilan adalah abortus atau partus prematuros.


2. Kolitis ulserosa
Kolitis ulserosa yang biasanya menahun merupakan suatu penyakit peradangan disertai ulkus-ulkus pada mulanya di rektum, kemudian menjalar ke atas dan dapat sampai lie usas halus. Perjalanan penyakit dalam kehamilan tak dapat diramalkan sebelumnya, sangat bervariasi. Biasanya bagian usus yang terserang adalah mukosa dan submukosa, jarang lapisan otot DAN serosa. Gejala-gejala klinik tersering adalah diarea dengan darah, nanah atau lendir, badan panas, leukositosis, takikardia, perut terasa tidak enak, malas makan dan berat badan menurun. Komplikasi penyakit ini mungkin dapat terjadi perforasi, perdarahan sehingga penderita jadi anemia, defisiensi protein dan vitamin.
Pengarah penyakit ini terutama terhadap kesehatan ibu, pada janin atau kehamilan tidak begita banyak. Sedangkan pengaruh kehamilan pada penyakit ini, dapat menimbulkan )keadaan lebih berat, yaitu penyakit yang tadinya kurang aktif dapat jadi aktif, terutama pada trimester pertama dapat terjadi perforasi. Etiologi penyakit ini secara pa.sti belum diketahui, akan tetapi faktor psikogenik dianggap mempunyai pengaruh penting pada kolitis ulserasi ini, seperti perubahan-perubahan emosionil, kecemasan, ketakutan dan lain-lain selama kehamilan.
Penerangan segera diberikan pada penderita kolitis ulserosa ini, baik : hamil maupun dalam kehamilan. Perhatikan dan terangkan faktor p penderita, diet yang cukup mudah diserap, kalau perlu diberi antidi, antibiotika. Mereka yang telah hamil, kehamilan dapat diteruskan, dan pe dapat per vaginam. Pada keadaan di mana anak sudah cukup, penderita m( kolitis ulserosa, sebaiknya tidak hamil lagi, DAN ikut keluarga berencana dilakukan sterilisasi.


3. Tumor Ganas Usus Besar
Tumor ganas usus besar, biasanya karsinoma, jarang dijumpai dalam kehamilan tidak terdapat bukti-bukti bahwa kehamilan mempengaruhi jalannya karsino et rekti. Karena itu, abortus buatan tidak dilakukan. Walaupun demikian peny dapat mempersulit persalinan.
Penanggulangan tumor ganas usus besar dalam kehamilan ialah dengai operasi, sama seperti di luar kehamilan. Apabila operasi dilakukan dalam triw dan III, maka mungkin uterus serta isinya perlu diangkat untuk memudahkan, rektum. Pada penderita karsinoma kolon, apabila kehamilannya sudah cukup dapat ditunggu partus per vaginam. Apabila terdapat gejala-gejala obstruks mungkin diperlukan kolostomia sebelum persalinan atau operasi. Dalam keh trimester III sebelum 38 minggu, pada penderita dengan karsinoma rekti dih seksio histerektomia. Setelah anak lahir, selekasnya dilakukan operasi rektum


4. Megakolon
Megakolon sangat jarang dijumpai dalam kehamilan. Usus besar yang sangat dan terisi penuh dengan skibala menyebabkan konstipasi yang kadang-kadang sulit untuk diatasi. Dalam persalinan megakolon yang terisi penuh, menghalang-halangi turunnya kepala, sehingga dapat terjadi ruptura uteri


DAERAH ANUS
1. Pruritus ani
Pruritus ani kadang-kadang dijumpai dalam kehamilan dan dapat sangat mengganggu penderita. Biasanya pengobatan juga sulit. Rasa gatal dapat terbatas di daerah perianal atau menjalar lebih luas sampai di daerah kelamin, bagian dalam paha, dan pantat. Karena rasa gatal, daerah itu digaruk, yang menimbulkan/menambah iritasi kulit; dan seterusnya ini menambah rasa gatal.
Pruritus ani dapat dibagi dalam 2 golongan: 1) yang mempunyai sebab organik, dan 2) yang disebabkan faktor psikogenik. Dalam golongan pertama termasuk pruritus yang disebabkan faktor psikogenik. Dalam golongan pertama termasuk pruritus yang disebabkan oleh fissura et fistula ani, proktitis, wasir, jamur, diabetes mellitus, alergi terhadap benang sintetik pakaian dalam, atau ukuran pakaian yang tidak sesuai. Golongan kedua biasanya disebabkan oleh konflik emosional dalam kehamilan yang berdasarkan ketidakmatangan psiko-seksual.
Penanggulangan harus dimulai dengan menghilangkan/menghindarkan faktor penyebabnya. Iritasi kulit akibat garukan diobati dengan salep kortison. Apabila pengobatan tidak berhasil dan tidak diaemukan sebab organik, maka sebaiknya dimintakan konsultasi pada psikiater.
2. Wasir (hemoroid)
Dalam kehamilan dapat terjadi pelebaran vena hemoroidalis interna dan pleksus hemoroidalis eksterna, karena terdapatnya konstipasi dan pembesaran uterus. Hemoroid ini lebih nyata dan dapat menonjol keluar anus. Wasir yang kecil kadang¬kadang tidak menimbulkan keluhan, sedang yang besar sering menimbulkan keluhan bahkan dapat menimbulkan komplikasi hebat yaitu rasa nyeri serta perdarahan pada saat buang air besar, serta ada sesuatu yang keluar dari anus.
Wasir dapat didiagnosis dengan mudah, yaitu adanya keluhan rasa perih di daerah , perdarahan, serta pada pengamatan diternukan vena yang membengkak di anus atau dl rektum. Pada hemoroid interna dan eksterna yang tidak menimbulkan keluhan, tidak perlu diberi pengobatan, dan setelah melahirkan hemoroid tersebut akan mengecil sendirinya.
Pada hemoroid yang besar, yang menjadi keluar baik dalam kehamilan atau masa nifas, yang menimbulkan keluhan, perlu dilakukan antara lain reposisi oleh dokter maupun oleh penderita sendiri, dengan menggunakan salep antihemoroid. Usahakan penderita agar memakan makanan yang lunak dan tidak meneran. Pada keadaan yang sudah berdarah, diberi anti-salep atau suppositoria. Tindakan sklerosing atau hemoroidektomia jarang diperlukan.


3. Fissura ani
Fisura ani merupakan kelainan yang sering dirasakan sangat nyeri dan terdiri atas luka-luka memanjang pada dinding belakang anus. Asalnya tidak diketahui dengan pasti; mungkin karena trauma pada mukosa dengan kriptitis, atau sebal pecahnya abses kista.
Mula-mula rasa nyeri dialami pada waktu penderita buang air besar, penderita segan untuk ke belakang; kemudian rasa nyeri berlangsun beberapa jam setelah defekasi. Fissura yang baru terjadi dapat diharap sembuh spontan. Akan tetapi, fissura menahun yang disertai peradangan dengan banyak keluhan memerlukan eksisi lebar semua jaringan yang saki insisi muskulus sfingter ani eksternus, juga pada wanita hamil.


HEPAR
Penyakit Hati Bukan Karena Komplikasi Kehamilan
1. Hepatitis infeksiosa
Hepatitis infeksiosa disebabkan oleh virus dan merupakan penyakit hati ya sering dijumpai dalam kehamilan. Pada wanita hamil penyebab hepatitis i terutama oleh Virus hepatitis B, walaupun kemungkinan juga dapat Virus h atau hepatitis C. Hepatitis virus dapat terjadi pada setiap saat kehan mempunyai pengaruh buruk pada janin maupun ibu. Pada trimester perta terjadi keguguran, akan tetapi jarang dijumpai kelainan kongenital (anoi janin), sedangkan pada kehamilan trimester kedua dan ketiga, serin persalinan prematur. Tidak dianjurkan untuk melakukan terminasi pada k dengan induksi atau seksio sesarea, karena akan mempertinggi risiko pada hepatitis B, janin kemungkinan dapat penularan melalui plasenta, waktu ahir atau masa neonatus; walaupun masih kontroversi tentang penularan melalui air susu
Penatalaksanaan yaitu a) istirahat, diberi nutrisi dan cairan yang cukup, kalau perlu intravenus; b) isolasi cairan lambung, darah atau cairan badan lainnya, dan diingatkan ibunya tentang pentingnya janin dipisahkan; c)periksa HBsAg trol kadar bilirubin, Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase (SG07 Glutamik-Piruvik Transaminase (SGPT), faktor pembekuan darah, karena kinan telah ada Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC); e) cegal naan obat-obat yang bersifat hepatotoksik; f) pada ibu yang HBsAg po; diperiksa HBsAg anak karena kemungkinan terjadi penularan melalui I pusat; g) tindakan operasi seperti seksio sesarea akan memperburuk prog h) pada bayi yang baru dilahirkan dalam 2 x 24 jam diberi suntikan anti serum.


2. Penyakit hati karena obat
Obat-obat tertentu dapat menimbulkan gangguan faal hati, bahkan dapat menyebabkan kerusakan fatal seperi fenotiazin, tetrasiklin, klorpeomazin, klorform, arsenamin, fosfor, karbon tetraklorida, isoniazid, asetaminofen. Fenotiazin dan klorpromazin yang digunakan unruk mengurangi rasa mual, muntah-muntah dalam kehamilan dapat menyebabkan ikterus, bila diberikan terlalu lama atau dalam dosis yang besar. Tetrasiklin yang merupakan obat yang dilarang digunakan dalam kehamilan karena dapat menyebabkan kelainan kongenital (teratogenik) pada janin, juga dapat menimbulkan kerusakan pada hati. Begitu pula obat-obat isoniasid, yang selalu diikutkan sebagai obat untuk penyakit TBC, dapat menimbulkan kelainan hati, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan faal hati setelah pengobatan beberapa bulan.


3. Ruptura bepatis
Ruprura hepatis, baik yang traumatik maupun yang spontan, dapat terjadi dalam kehamilan, biasanya yang robek lobus kanan. Mortalitas sangat tinggi, kemungkinan 75% penderita meninggal. Hampir semua penderita yang mengalami ruptura hepatis pernah menderita pre-eklampsia atau eklampsia. Gambaran klinik mencakup nyeri epigastrium, abdomen akut, pekak sisi, pekak beranjak (shifting dullness) dan syok. Penderita dapat diselamatkan apabila ruprura hepatis lekas diketahui dan segera dioperasi.


4. Sirosis bepatis
Kehamilan agaknya tidak mempengaruhi jalannya sirosis hepatis. Sebaliknya, sirosis dapat mempunyai pengaruh tidak baik terhadap kehamilan, tergantung dari beratnya penyakit.
Penderita dengan fungsi hepar yang masih baik dan menjadi hamil, dapat melahirkan biasa tanpa penyakitnya menjadi lebih buruk akibat kehamilannya, asal ia mendapat pengobatan dan perawatan yang baik. Akan tetapi, apabila fungsi hepar sudah terganggu atau ada varises esofagus karena sirosis, sebaiknya penderita tidak hamil. Terutama dalam trimester III dapat terjadi krisis gawat hati (liver failure) dan perdarahan dari varises esofagus. Apabila penderita demikian hamil juga, maka abortus buatan dapat dipertimbangkan, walaupun pada umumnya sirosis saja tidak merupakan indikasi bagi pengakhiran kehamilan.


5. Koklitiasis dan kolesistitis
Kolelitiasis dijumpai 2-3 kali lebih sering pada wanita dari pria, dan kehamilan dianggap sebagai salah satu faktor pencetus dalam terjadinya batu empedu dan penyakit kandung empedu. Kombinasi hiperkolesterolemia dan perlambatan pengosongan kandung empedu dalam kehamilan memudahkan terbentuknya batu empedu. Sebaliknya wanita hamil jarang mengeluh tentang serangan kolik empedu. Hal ini terjadi adanya anggapan bahwa kurangnya tonus otot polos yang memudahkan keluarnya batu-batu kecil saluran empedu ke dalam duodenum. Gejala-gejala kolelitiasis berupa nyeri perut sebela}i kanan atas atau di dacrah epigastrium yang mungkin gradual atau mendadak (tiba-tiba) yang menjalar ke dada bagian kanan atas atau ke bahu belakang kanan. Bila penyumbatan total, n kolik empedu tetap, penderita enek-enek, muntah, demam dan menggigil (k, tis), dan ikterus. Pada penderita mungkin sebelumnya telah ada sakit k empedu, atau makan yang telah diatur, di mana la tak tahan lemak. Pada pemc didapatkan penderita panas, kuning dan nyeri di perut kanan atas, leukc sedangkan urin normal.
Penanggulangan kolelitiasis atau kolesistitis dalam kehamilan, pada un konservatif yaitu istirahat, diet dan antibiotika. Tindakan operasi jarang dil; kecuali disangka atau didapatkan komplikasi berupa infeksi makin berat, n gangren atau perforasi.




Penyakit Hati Akibat Komplikasi Kehamilan
Beberapa komplikasi kehamilan dapat menyebabkan kelainan/penyakit h;
1. Ikterus rekurrens gravidarum
Dalam kehamilan, terutama dalam triwulan terakhir, dapat timbul ikterus ya: diketahui etiologinya, sering dimulai dan disertai dengan rasa gatal di selurul Kelainan ini sembuh dengan sendirinya dalam 2 minggu pertama nifas, untul lagi dalam kehamilan-kehamilan berikutnya. Nama-nama lain yang ser-ing di} untuk kelainan ini ialah ikterus idiopatik kehamilan, kolestatis idiopatik/ini tik, hepatotoksemi endogen, atau hepatosis obstetrik.
Kelainan utamanya ialah kolestasis intrahepatik dengan pewarnaan em tengah lobulus hepatis tanpa peradangan atau proliferasi mesenkim. Sel-sel h mengalami kerusakan. Secara klinis jalannya penyakit ringan. Selain ikte pruritus, gejala-gejala lain dapat pula dijumpai, seperti meningkatnya 1 (ringan), fosfatase alkalis (tidak selalu), dan glutamin oksaloasetik transmina: serum. Anoreksia, mual, muntah, nyeri epigastrium, dan diare serii merupakan keluhan penderita. Dalam diagnosis diferensial perlu disic kemungkinan penyakit hati lain, seperti hepatitis virus, keracunan obat, c empedu. Hilangnya gejala-gejala dalam masa nifas menyokong diagnosis. Pc an terutama simptomatik. Karena jalannya penyakit ringan dan tidak terdap; bukti yang menunjukkan pengaruh tidak baik terhadap janin, maka pen; kehamilan tidak diperlukan. Fenothiazide dengan tujuan untuk mengura gatal tidak boleh diberikan karena obat ini dapat menyebabkan ikterus. kadar protrombin rendah, penderita diberi suntikan vitamin K.


1. Atrofi kuning mendadak bati (acute yellow liver atropby)
Atrofi kuning mendadak hati sangat jarang dijumpai dalam kehamilan, dan dapat dibagi dalam 2 jenis, yakni a) atrofi kuning, mendadak akibat hepatitis virus dankeracunan obat; dan b) atrofi kuning mendadak obstetrik semata-mata akibat kehamilan.
a. Atrofi kuning mendadak akibat hepatitis dan obat ditandai dengan nekrosis luas jaringan hati tanpa infiltrasi lemak, dan dapat disertai gawat ginjal mendadak. Keadaan penderita sangat cepat memburuk, disertai ikterus yang berat dan koma; tidak lama kemudian biasanya penderita meninggal. Penyakit ini dapat dijumpai baik pada wanita hamil maupun pada wanita tidak hamil, dan pria.
b. Atrofi kuning mendadak obstetrik, yang khas bagi kehamilan, dilaporkan oleh Sheehan Ober dan Le Compte, dan Kahil dkk. Gejala-gejalanya biasanya timbul tiba-tiba dalam bulan terakhir kehamilan dengan muntah-muntah hebat dan nyeri epigastrium, disusul oleh ikterus yang progresif, koma, dan biasanya kematian. Penderita dapat melahirkan anak mati 7-12 hari setelah timbulnya gejala-gejala.


Etiologinya tidak diketahui dengan pasti. Mungkin sekali penyakit ini disebabkan oleh reaksi peka yang berlebihan terhadap suatu zat yang dihasilkan oleh kesatuan fetoplasenta, atau terhadap zat-zat eksogen.
Secara histologik kelainan yang sangat menonjol ialah infiltrasi lemak sel-sel hati tanpa peradangan dan nekrosis; selebihnya arsitektur jaringan hati tetap baik. Gambaran ini lazim disebut metamorfosis lemak hati. Atrofi hati tetrasiklin pada dasarnya sama; hanya sel-sel periportal ikut pula mengalami infiltrasi lemak. Sebaliknya, atrofi akibat hepatitis infeksiosa menunjukkan gambaran yang lain: tidak terdapat infiltrasi lemak, melainkan nekrosis sel-sel hati dan sel-sel periportal. Seperti pada atrofi hati mendadak lain-lain, tidak banyak dapat dilakukan untuk menyela¬matkan ibu dan janin. Pengobatan semata-mata simptomatik. Tidak terdapat bukti¬bukti yang meyakinkan bahwa pengakhiran kehamilan mernperbaiki prognosis. Apabila janin masih hidup, induksi persalinan dapat dipertimbangkan. Seksio sesarea merupakan kontraindikasi, kecuali atas tindakan obstetrik.


PANKREAS
Pankreatitis jarang dijumpai dalam kehamilan akan tetapi dapat diderita wanita hamil. Etiologinya belum diketahui, akan tetapi faktor predisposisi adalah adanya penyakit saluran empedu, peminum alkohol, pemberian obat diuretika thiazide dan antibiotika tetrasiklin. Gejala sering dikeluhkan penderita biasanya nyeri hebat di daerah epigastrium yang menjalar ke belakang, mual dan muntah-muntah, perut gembung, demam, bising usus menurun. Kadang-kadang menggigil dan ikterus ringan. Kira-kira 20% penderita dalam keadaan syok, koma. Laboratorium yang sangat membantu dalam mendiagnosis pankreatitis ini adalah meningkatnya kadar amilase serum dalam waktu 8 jam. Amilase urin juga meningkat di atas 300 unit/jam. Klearens amilase, mungkin lebih . spesifik untuk diagnosis pankreatitis. Bila digunakan hasil konsentrasi amilase dan kreatinin urin yang dikumpulkan bersama¬-sama danan amilase serum, maka akan didapat klearen amilase yaitu :


amilase urin x kreatin urin x 100
amilase serum x kreatinin urin


Bila angka hasil klearens amilase ini lebih besar dari 4.5, maka dapat dii diagnosis pankreatitis. Pengaruh pankreatitis ini pada ibu maupun pada jan tinggi, dilaporkan dapat terjadi kematian ibu 37% dan janin 38%. Oleh k diagnosis dan pengobatan haruslah cepat dibuat dan diberikan. Cara penan~ hampir sama dengan di luar kehamilan yaitu:
1. Ganti kekurangan cairan dalam pembuluh darah dengan darah, albur cairan, dan ini dimonitor dengan CVP (central venous pressure).
2. Monitor elektrolit, glukosa, dan kalsium darah, dan segera dikon menunjukkan kelainan.
3. Pasang slang lambung dan isap untuk mengurangi cairan yang d pankreas.
4. Diberi obat analgetika seperti meperidine 75-100 mg im, tiap 3-4 ja menghilangkan rasa sakit.
5. Pemberian antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.
6. Pengakhiran kehamilan tidak dianjurkan dan tidak diperlukan.
7. Operasi hanya dilakukan pada keadaan tertentu, seperti abses yaj membesar, penyumbatan saluran empedu, perforasi.


C. Penyakit Ginjal Dan Saluran Kemih (Traktus Urinarius)
Dalam kehamilan terdapat perubahan-perubahan fungsional dan anatomik gin saluran kemih, yang sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Apabila hal iru tidak diperhatikan dan diperhitu; ada kemungkinan salah membuat diagnosis, sehingga dapat merugikan ibu dar, Perubahan anatomik terdapat peningkatan pembuluh darah, dan ruangan inte pada ginjal. Dan juga ginjal akan memanjang kira-kira 1 cm. Semuanya it, kembali normal setelah melahirkan. Ureter, pielum dan kaliks mengalami pel dalam waktu yang pendek sesudah kehamilan 3 bulan, dan terutama pada sisi s kanan. Pelebaran yang tidak sama ini mungkin karena perubahan uteru; membesar dan mengalami dekstrorotasi atau karena terjadinya penekanan pac ovarium kanan yang terletak di atas ureter, sedangkan pada yang sebelah kit terdapat karena adanya sigmoid sebagai bantalan. Pelebaran juga karena pei progesteron, sehingga terjadi hidroureter dan hidronefrosis fisiologis kehamilan. Ureter juga mengalami pemanjangan, melekuk dan kadang berpindah letak ke lateral, dan akan kembali normal 8-12 minggu setelah melahirkan. Semua hal di atas dapat dilihat dengan pemeriksaan pielografi intravena (IVP = intra pyelography).


Perubahan fungsi
Segera sesudah konsepsi, terjadi peningkatan aliran plasma (Renal Plasma Flow - RPF) dan tingkat filtrasi glomerolus (Glomerolus Filtration Rate = GFR). Sejak kehamilan trimester kedua GFR akan meningkat sampai 30-50%, di atas nilai normal wanita tidak hamil. Akibatnya akan terjadi penurunan dari kadar kreatinin serum dan urea nitrogen darah. Nilai normal kreatinin serum adalah 0,5 mg-0,7 mg/ 100 ml dan urea nitrogen darah 8 mg-12 mg/100 ml.


Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih adalah bila pada pemeriksaan urin, ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml. Urin yang diperiksa harus bersih, segar dan dari aliran tengah (midstream) atau diambil dengan pungsi suprasimfisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 103 per ml ini disebut dengan istilah bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak disertai gejala, disebut bakteriuria asimptomatik, dan mungkin pula disertai gejala-gejala disebut bakteriuria simptomatik. Walaupun infeksi dapat terjadi karena penyebaran kuman melalui pembuluh darah atau saluran limfe, akan tetapi yang terbanyak atau tersering adalah kuman-kuman naik ke atas melalui uretra, ke dalam kandung kemih dan saluran kemih yang lebih atas. Kuman yang tersering dan terbanyak sebagai penyebab adalah Escherichia coli (E. coli), di samping kemungkinan kuman-kuman lain seperti Enterobacter aerogenes, Klebsiel¬la, Pseudomonas dan lain-lain.


a. Bakteriuria tanpa gejalu (asimptomatik)
Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria ini dengan peningkatan kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan prematur, gangguan pertumbuhan janin, dan preeklampsia. Oleh karena itu pada wanita hamil dengan bakteriuria harus diobati dengan seksama sampai air kemih bebas dari bakteri yang dibuktikan dengan pemeriksaan beberapa kali. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian obat sulfonamid, ampisilin, atau nitrofurantoin.


b. Bakteriuria dengan gejala (simptomatik)


1. Sistitis
Sistitis adalah peradangan kandung kemih tanpa disertai radang bagian atas saluran kemih. Sistitis ini cukup scring dijumpai dalam kchamilan dan nifas. Kuman penyebab utama adalah E. coli, di samping dapat pula oleh kuman-ku Faktor predisgosisi lain adalah uretra wanita yang pendek, sistokel, adan kemih yang tertinggal, di samping penggunaan kateter yang sering dipa usaha mengeluarkan air kemih dalam pemeriksaan ginekologik atau F Penggunaan kateter ini akan mendorong kuman-kuman yang ada di ur untuk masuk ke dalam kandung kemih. Dianjurkan untuk tidak mer kateter, bila tidak perlu betul.
Gejala-gejala sistitis khas sekali, yaitu kencing sakit (disuria) terutama 1 berkemih, meningkatnya frekuensi berkemih dan kadang_kadang diserta bagian atas simfisis, perasaan in gin berkemih yang tidak dapat ditahan, kadang-kadang terasa panas, suhu badan mungkin normal atau meningkat, di daerah suprasimfisis. Pada pemeriksaan laboratorium, biasanya ditemuk leukosit dan eritrosit dan kadang-kadang juga ada bakteri. Kadang-kadan€ hematuria sedangkan proteinuria biasanya tidak ada.
Sistitis dapat diobati dengan sulfonamid, ampisilin, eritromisin. Perlu di1 obat-obat lain yang baik digunakan untuk pengobatan infeksi saluran ke tetapi mempunyai pengaruh tidak baik bagi janin, atau pun bagi ibu.




2. Pielonefritis Akuta
Pielonefritis akuta merupakan salah saru komplikasi yang sering dijum kehamilan, dan frekuensinya kira-kira 2%, terutama pada kehamilan te permulaan masa nifas.
Penyakit ini biasanya disebabkan oleh Escherichia coli, dan dapat kuman-kuman lain seperti Stafilokokkus aureus, Basillus proteus, dan pada fase aeruginosa. Kuman dapat menyebar secara hematogen atau limfogen, terbanyak berasal dari kandung kemih. Predisposisinya arltara lain yaitu kateter unruk mengeluarkan air kemih waktu persalinan atau kehamilan, yang tertahan sebab perasaan sakit wakru berkemih kareha trauma persal luka pada )alan lahir. Dianjurkan tidak menggunakan kateter untuk mengel kemih, bila tidak diperlukan betul. Per.derita yang meriderita pielonefri atau glomerulonefritis kronik yang sudah ada sebelum kehamilan, sangat mendorong terjadinya pielonefritis akuta ini.
Gejala-gejala penyakit biasanya timbul mendadak, wanita yang sebelumnya merasa sakit sedikit pada kandung kemih, tiba-tiba mengigil, badan panas, nyeri di punggung (angulus.kostovertebralis) terutama sebelah kanan.
Pengobatan pielonefritis akuta, penderita harus dirawat, istirahat berbaring, dan diberikan cukup cairan dan antibiotika seperti ampisilin atau sulfonamid, sampai tes kepekaan kuman ada, kemudian antibiotika disesuaikan dengan hasil tes kepekaan tersebut. Biasanya pengobatan berhasil baik, walaupun kadang-kadang penyakit ini dapat timbul lagi. Pengobatan sedikitnya dilanjutkan selama 10 hari, dan kemudian penderita harus tetap diawasi akan kemungkinan berulangnya penyakit. Perlu diingat ada obat-obat yang tidak boleh diberikan pada kehamilan walaupun mungkin baik untuk pengobatan infeksi saluran kemih seperti tetrasiklin. Terminasi kehamilan segera biasanya tidak diperlukan, kecuali apabila pengobatan tidak berhasil atau fungsi ginjal makin memburuk. Prognosis bagi ibu umumnya cukup baik bila pengobatan cepat dan tepat diberikan, sedangkan pada hasil konsepsi seringkali menimbulkan keguguran atau persalinan prematur.


3. Pielonefritis Kronika
Pielonefritis kronika biasanya tidak atau sedikit sekali menunjukkan gejala-gejala penyakit saluran kemih, dan merupakan predisposisi terjadinya pielonefritis akuta dalam kehamilan. Penderita mungkin menderita tekanan darah tinggi. Pada keadaan penyakit yang lebih berat didapatkan penurunan tingkat filtrasi glumerolus (G.F.R), dan pada urinalisis urin mungkin normal, mungkin ditemukan protein kurang dari 2 g per hari, gumpalan sel-sel darah putih.
Prognosis bagi ibu dan janin tergantung dari luasnya kerusakan jaringan ginjal. Penderita yang hipertensi dan insufisiensi ginjal mempunyai prognosis buruk. Penderita ini sebaiknya tidak hamil, karena risiko tinggi. Pengobatan penderita yang menderita pielonefritis kronika ini tidak banyak yang dapat dilakukan, dan kalau menunjuk ke arah pielonefritis akuta, terapi seperti yang telah diuraikan. Perlu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan pada penderita yang menderita pielonefritis kronika.


4. Glomerulonefritis Akuta
Glomeruionefritis akuta jarang dijumpai pada wanita hamil. Penyakit ini dapat timbul setiap saat dalam kehamilan, dan penderita nefritis dapat menjadi hamil. Yang menjadi penyebab biasanya Streptococcus beta-haemolyticus jenis A. Sering ditemukan bahwa penderita pada saat yang sama atau beberapa minggu sebelumnya menderita infeksi jalan pernapasan, seperti tonsillitis, atau infeksi lain-lain oleh streptokokkus, suatu hal yang menyokong teori infeksi fokal.
Gambaran klinik ditandai oleh timbulnya hematuria dengan tiba-tiba, edema dan hipertensi pada penderita yang sebelumnya tampak sehat. Kemudian sindroma ditambah dengan oliguria sampai anuria, nyeri kcpala, dan mundurnya visus (retinitis albuminika). Diagnosis menjadi sulit apahila timbul serangan kejang-kejang dengan atau tanpa koma yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi serebral, uremia, atau apabila timbul edema paru-paru akut. Apabila penyakitnya dalam triwulan III, maka perbedaan dengan pre-eklampsia dan eklamp,, harus dibuat. Pemeriksaan air kencing menghasilkan sebagai berikut proteinuria, ditemukan eritrosit dan silinder hialin, silinder korel dan eritrosit.


Pengobatan sama dengan di luar kehamilan dengan perhatian khusus, baring, diet yang sempurna dan rendah garam, pengendalian hipertei keseimbangan cairan dan elektrolit. Untuk pemberantasan infeksi cuku penisillin, karena streptokokkus peka terhadap penisilin. Apabila ini tidak maka harus dipakai antibiotika yang sesuai dengan hasil tes kepekaan.
Biasanya penderita sembuh tanpa sisa-sisa penyakit dan fungsi ginjal y, baik. Kehamilan dapat berlangsung sampai lahirnya anak hidup, dan diinginkan wanita 6oleh hamil lagi di kemudian hari. Ada kalanya penyakit menahun dengan segala akibatnya. Pada umumnya prognosis bagi ibu cuk Kematian ibu sangat jarang, dan apabila terjadi biasanya itu disebabl dekompensasi kordis, komplikasi serebro-vaskuler, anuria dan uremia.
Kehamilan tidak banyak mempengaruhi jalan penyakit. Sebaliknya glom fritis akuta mempunyai pengaruh tidak baik terhadap hasil konsepsi; teruta disertai tekanan darah yang sangat tinggi dan insufisiensi ginjal, dapat meny abortus, partus prematurus dan kematian janin.


5. Glomerulonefritis Kronika
Wanita hamil dengan glomerulonefritis kronika sudah menderita pen3 beberapa tahun sebelumnya. Karena itu, pada pemeriksaan kehamilan pertat dijumpai proteinuria, sedimen yang tidak normal, dan hipertensi. T)iagnosi dibuat bila d:jumpai proteinuria, sedimen yang tidak normal, dan hipertensi. gejala-gejala penyakit baru timbul dalam kehamilan yang sudah lanjut, atau c dengan pengaruh kehamilan (superimposed pre-eklampsia), maka lebih su, membedakannya dari pre-eklampsia murni.
Suatu ciri tetap ialah makin memburuknya fungsi ginjal karena makin Ian banyak kerusakan yang diderita oleh glomerulus-glomerulus ginjal, bahkaj tercapai tingkat akhir, yakni apa yang disebut ginjal kisut. Penyakit ini menampakkan diri dalam 4 macam: (1) hanya terdapat proteinuria menetapatau tanpa kelainan sedimen; (2) dapat menjadi jelas sebagai sindroma nefrotik dalam bentuk mendadak seperti pada glomerulonefritis. akuta; dan (4) gagal ginjal sebagai penjelmaan pertama. Keempat-empatnya dapat menimbulkan gejala insufisiensi ginjal dan penyakit kardiovaskuler hipertensif.
Pengobatan tidak memberi hasil yang memuaskan karena penyakitnya bertambah berat. Peningkatan penyakit, tensi yang sangat tinggi, dan tambahan dengan pielonefritis akuta harus ditanggulangi dengan seksama. Dalam hal- ha1 terakhir pengakhiran kehamilan perlu dipertimbangkan. Sebaiknya penderita glomerulonefri¬tis kronika tidak menjadi hamil. Karena kerusakan ginjal berbeda-beda pada waktu penderita ditemukan hamil, maka sulit untuk menafsirkan pengaruh kehamilan pada jalan penyakit. Yang tanpa kehamilan juga makin lama makin menjadi lebih buruk. Agaknya kehamilan tidak mempercepat proses kerusakan ginjal, walaupun sebalik¬nya dapat pula terjadi.
Prognosis bagi ibu akhiarnya buruk: ada yang segera meninggal, ada yang agak lama. Hal itu tergantung dari luasraya kerusakan ginjal waktu diagnosis dibuat, dan ada atau tidak adanya faktor-faktor yang mempercepat proses penyakit.
Prognosis bagi janin dalam kasus tertentu tergantung pada fungsi ginjal dan derajat hipertensi. Wanita dengan fungsi ginjal yang cukup baik tanpa hipertensi yang berarti dapat melanjutkan kehamilan sampai cukup bulan walaupun biasanya bayinya lahir dismatur akibat insufisiensi plasenta. Apabila penyakit sudah berat, apalagi disertai tckanan darah yang sangat ti.nggi, biasanya kehamilan berakhir dengan abortus dan isartus prematurus, atau janin mati dalam kandungan.


6. Sindroma Nefrotik
Sindroma nefrotik, yang dahulu dikenal dengan nama nefrosis, ialah suatu kumpulan gejala yang terdiri atas edema, proteinuria (lebih dari 5 gram sehari), hipoalbumine¬mia, dan hiperkolesterolemia. Mungkin sindroma ini diakibatkan oleh reaksi antigen¬antibodi dalam pembuluh-pembuluh kapiler glomerulus. Penyakit-penyakit yang dapat menyertai sindroma nefrotik ialah glomerulo-nefritis kronika (paling sering), lupus eritematosus, diabetes mellitus, amiloidosis, sifilis dan trombosis vena renalis. Selain itu sindroma ini dapat pula timbul akibat keracunan logam berat (timah, air raksa), obat-obat anti kejang, serta racun serangga.
Apabila kehamilan disertai sindroma nefrotik, maka pengobatan serta prognosis ibu dan anak tergantung pada faktor penyebabnya dan pada beratnya insufisiensi ginjal.
Sedapat mungkin faktor penyebabnya harus dicari; jikalau perlu, dengan biopsi ginjal. Penderita harus diobati dengan seksama, atau pemakaian obat-obat yang menjadi sebab harus dihentikan. Penderita diberi diet tinggi-protein. Infeksi sedapat¬dapatnya dicegah dan yang sudah ada harus diberantas dengan antibiotika. Tromboembolismus dapat timbul dalam nifas. Siberman dan Adam menganjurkan pengobatan antibeku (heparin) dalam nifas pada wanita dengan sindroma nefrotik. Dapat pula diberi obat-obat kortikosteroid dalam dosis tinggi.


Gagal Ginjal Mendadak Dalam Kehamilan
Gagal ginjal mendadak (acute renal failure) merupakan komplikasi yang san€ dalam kehamilan dan nifas, karena dapat men' mbulkan kematian, atau k fungsi ginjal yang tidak bisa sembuh lagi. Kejadiannya 1 dalam 13 kehamilan.
Kelainan ini didasari oleh dua jenis patologi.
1. Nekrosis tubular akut, apabila sumsum ginjal mengalami kerusakan
2. Nekrosis kortikal bilateral apabila sampai kedua ginjal yang menderita


Penderita yang mengalami sakit gagal ginjal mendadak ini sering dijum kehamilan muda 12-18 minggu, dan kehamilan telah cukup bulan. Pada k, muda, sering disebabkan oleh abortus -septik yang disebabkan oleh Chlostridia welchii atau streptokokkus. Gambaran klinik yaitu berupa sel adanya tanda-tanda oliguria mendadak dan azothemia serta pembekua intravaskuler (DIC = disseminated intravascular coagulation), sehingg nekrosis tubular yang akut. Kerusakan ini dapat sembuh kembali bila k tubulus tidak terlalu luas dalam waktu 10-14 hari. Seringkali dilakukan histerektomi untuk mengatasinya, akan tetapi ada peneliti yang menganjurkan perlu melakukan operasi histerektomi tersebut asal pada penderita.
Penderita dapat meninggal dalam waktu 7-14 hari setelah timbulnya Kerusakan jaringan dapat terjadi di beberapa tempat yang tersebar atau ke jaringan ginjal.
Gagal ginjal dalam kehamilan ini dapat dicegah bila dilakukan:
1) penanganan kehamilan dan persalinan dengan baik;
2) perdarahan, syok, dan infeksi segera diatasi atau diobati dengan bail
3) pemberian transfusi darah dengan hati-hati.


Batu ginjal dan Saluran Kemih (Urolitiasis)
Batu saluran kcmih dalam kehamilan tidaklah biasa. Frekuenyinya sanmpai (0,03---0,07%). Walaupun demikian perlu juga diperhatikan karena urulitiasis mendorong timbulnya infeksi saluran kemih, atau menimbulkan keluhan pada penderita berupa nyeri mendadak, kadang-kadang berupa kolik, dan hematuria. Perlu anamnesis tentang riwayat penyakit penderita sebelumnya, terutama mengenai penyakit saluran kencing, untuk membantu membuat diagnosis urolitiasis. Diagnosis lebih tepat dengan melakukan perneriksaan intravenus pielografi; akdst cetapi janin harus diIindungi dari efek penyinaran. Dewasa ini dapat pula dengan USG (ultrasonografi) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging). Bila diketahui adanya urolitiasis dalam kehamilan, terapi pertama adalah analgetika untuk menghilangkan sakitnya, diberi cairan banyak agar batu dapat ke bawah, karena hampir 80% batu akan dapat turun ke bawah, serta antibiotika. Pada penderita yang membutuhkan tinclakan operasi, sebaiknya operasi dilakukan setelah trimester pertama atau setelah partum.




1. Ginjal Polikistik
Ginjal polikistik merupakan kelainan bawaan (herediter). Kehamilan umumnya tidak empengaruhi perkembangan pembentukan kista pada ginjal, begitu pula sebalik¬ya. Akan tetapi bila fungsi ginjal kurang baik, maka kehamilan akan memperberat atau merusak fungsinya. Sebaliknya wanita yang telah mempunyai kelainan sebaiknya tidak hamil karena kemungkinan timbul komplikasi akibat kehamilan selalu tinggi.


2. Tuberkolosis Ginjal
Jarang dijumpai wanita hamil dengan tuberkulosis ginjal, walaupun dalam literatur disebutkan ada. Kehamilan akan mempengaruhi TBC ginjal tersebut bila tidak diobati. TBC pada ginjal dapat hamil terus, asal fungsi ginjalnya baik. Terapi TBC ginjal sama dengan terapi TBC organ-organ lain. Untuk membuat diagnosis TBC ginjal diperlukan pemeriksaan laboratorium khusus.
lihat artikel selengkapnya - Penyakit-penyakit dalam kehamilan
------------------------------

KOTAK PENCARIAN:

blog ini berisi ribuan artikel kesehatan, askep, askeb, KTI, silahkan pakai kolom pencarian berikut: