Related Post

blog ini berisi ribuan artikel kesehatan, askep, askeb, KTI, silahkan pakai kolom pencarian berikut:
Showing posts with label Imunisasi. Show all posts
Showing posts with label Imunisasi. Show all posts

Dinkes Surabaya Gelar Imunisasi Difteri Siswa SD dan SMP

SURABAYA - Merebaknya penyakit difteri yang menyerang anak-anak terus diantisipasi Dinas Kesehatan Surabaya. Salah satunya menggelar imunisasi kepada para siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama (SMP).

Kemarin (23/9) dinas kesehatan melalui beberapa puskesmas memberikan imunisasi difteri. Salah satunya Puskesmas Krembangan yang mengimunisasi sekurangnya 1.000 siswa di empat sekolah.

Keempat sekolah itu adalah SD Kawasan Perak Barat, SDK Xaverius, SMPK Angelos Custos, dan SMP Negeri 38. Secara bergilir, dua tim kesehatan puskesmas langsung menyasar ke sekolah-sekolah itu. Bahkan, tidak sedikit siswa yang menangis. Bukan karena kesakitan, tapi ketakutan. Maulani Agustin, siswi SMPN 38, misalnya. Meski telah duduk di bangku kelas 7, dia tak kuasa menahan air mata karena ketakutan. Padahal, seorang guru sudah berupaya membujuknya.

Menurut dokter umum Puskesmas Krembangan dr Dwi Sapta Edy Purnama, saat ini penyakit difteri kian mengkhawatirkan. Dikatakan, hingga awal September ini, setidaknya terdapat 8 anak yang terserang difteri. Padahal, pada tahun lalu dalam kurun waktu satu tahun hanya terdapat 8 pasien. ''Ini berarti ada peningkatan,'' katanya.

Karena itu, perlu program-program penanganan difteri. Sasarannya, siswa SD kelas 4, 5, dan 6, serta SMP kelas 7, 8, dan 9. ''Sebab, tingkat kematiannya tinggi,'' terang dr Dwi.

Difteri merupakan penyakit yang disebabkan kuman yang menyerang tenggorok. Ada gejala warna putih di pangkal tenggorok yang bisa mengakibatkan tersumbatnya saluran tenggorok bagian atas. ''Sehingga pasien kesulitan saat bernapas,'' tambahnya.

Gejala awal memang tidak banyak diketahui. Namun, pada stadium lanjut bisa timbul pembuntuan saluran pernapasan. Menurut dia, imunisasi ini telah diberikan saat balita melalui imunisasi DPT tiga kali. ''Namun, bisa jadi kurang lengkap sehingga daya kekebalan tubuhnya kurang,'' jelas dr Dwi.

Apalagi, anak-anak juga rentan jajan sembarangan. Cokelat, es, dan makanan yang menggunakan banyak pewarna serta pengawet bisa memperberat kondisinya. Penyakit ini juga menular melalui udara dan percikan air ludah. ''Karena itu, diminimalisasi sejak dini dengan imunisasi,'' tambahnya.

Setidaknya ada 26 SD/MI dan 13 SMP di wilayah kerja Kepala Puskesmas Krembangan dr Dayanti Dandiningrum yang mendapat imunisasi. Hampir 11 ribu siswa akan diimunisasi hingga 30 September mendatang.

M. Arsyan Ardhi mengusap lengan kanan di luar ruang kelasnya kemarin (23/9). Hal serupa dilakukan sejumlah teman sekolah siswa kelas IX SMP Muhammadiyah 5 Pucang tersebut.

Seluruh siswa SMP Muhammadiyah 5 Pucang memang mendapatkan suntikan imunisasi antidifteri kemarin. Difteri adalah jenis penyakit kerongkongan yang disebabkan virus. "Waktu disuntik gak sakit. Tapi, pas udah agak lama, baru terasa perih," kata Ardhi ketika diminta menerangkan perasaannya ketika diimunisasi.

Dilanjutkan Ardhi, semester lalu ada temannya yang menderita difteri. Maka, dia antusias mengikuti imunisasi tersebut karena tidak mau terserang penyakit serupa.

Wakil Kepala SMP Muhammadiyah 5 Pucang Muslikan membenarkan ucapan Ardhi. Dia mengatakan, semester lalu memang ada siswa yang terkena penyakit itu.

Setelah dilakukan serangkaian pengetesan lingkungan, diketahui virus yang menyerang murid tersebut bukan berasal dari sekolah. Namun, pihak sekolah tetap mengadakan imunisasi sebagai upaya pencegahan. Tujuannya menghindarkan lingkungan sekolah dari ancaman atau kemungkinan munculnya difteri. "Sekolah juga mendapatkan edaran dari dinas kesehatan tentang rencana imunisasi ini. Kami sepaham dan akhirnya bekerja sama menyelenggarakannya," terang Muslikan.

Di sekolah tersebut ada sekitar 650 siswa. Mereka tersebar di 22 ruang kelas atau romobongan belajar. Ada tujuh rombongan belajar untuk kelas VII, seperti halnya kelas VIII. Sedangkan untuk kelas IX, terdapat delapan rombongan belajar.

"Tim imunisasi yang terdiri atas personel unit kesehatan sekolah dan dinas kesehatan mengunjungi kelas satu per satu," terang Muslikan. Dengan diadakannya imunisasi masal tersebut, imbuh dia, sekolah berharap agar semua siswa bisa menjadi sehat serta termotivasi untuk menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. (puj/rio/c9/ttg)

Sumber: http://www.jawapos.com/
lihat artikel selengkapnya - Dinkes Surabaya Gelar Imunisasi Difteri Siswa SD dan SMP
------------------------------

Jemaah Calon Haji Hamil Tak Divaksin

KOMPAS/LUCKY PRANSISKA
Dwi, staf gudang PT Novartis Indonesia menunjukan vaksin meningitis halal untuk calon jemaah haji di gudang penyimpanan di Jakarta, Selasa (31/8/2010).

LAMONGAN, KOMPAS.com - Tahun ini, Dinas Kesehatan Lamongan menyiapkan 1.560 vaksi meningitis untuk jemaah calon haji. Sebanyak tiga orang dari 1.547 jemaah calon haji asal Kabupaten Lamongan yang sedang hamil, dilarang menerima suntikan vaksin meningitis. Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan, Abdur Rivai menyatakan vaksin meningitis yang berguna untuk mencegah radang selaput otak.

Namun, bagi ibu hamil vaksin itu justru akan mengganggu tumbuh kembang janin.
-- Abdur Rivai

"Namun, bagi ibu hamil vaksin itu justru akan mengganggu tumbuh kembang janin. Kami berhati-hati dengan kondisi kesehatan calon jamaah haji sebelum memberikan vaksin meningitis," ujar Rivai, saat pemberian vaksin mengitis bagi jemaah calon haji di RSUD Dr Soegiri Lamongan, Rabu (22/9/2010).

Menurut Rivai, pemberian vaksin meningitis itu sangat penting karena radang selaput otak banyak menyebabkan kematian bagi jemaah calon haji yang sedang beribadah di tanah suci. Majelis Ulama Indonesia sudah menerbitkan sertifikat halal vaksin meningitis produksi Novartis Vaccines and Diagnostics Srl (NV and D) dari Italia termasuk yang digunakan di Lamongan.

Vaksin meningitis produksi NV & D yang mendapat sertifikat halal itu bermerek Menveo Meningococcal Group A, C, W-135, dan Y Cnnyugate Vaccine. Pemberian vaksin meningitis menjadi klausul yang harus ada di paspor jemaah calon haji seperti yang diwajibkan oleh Pemerintah Arab Saudi.

Sumber: KOMPAS.com

lihat artikel selengkapnya - Jemaah Calon Haji Hamil Tak Divaksin
------------------------------

Vaksin DBD Diuji Coba di Australia

KUPANG--MI: Vaksin untuk mencegah penyakit demam berdarah dengue sedang diuji coba penggunaannya di Perth, Australia, dan tahun depan dapat diperdagangkan apabila sudah ada izin dari badan resmi PBB untuk urusan kesehatan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulagan Masalah Kesehatan (P2MK) Dinas Kesehatan Nusa Tenggara Timur Bobby Koamesah di Kupang, Rabu (22/9), mengatakan sebelum diperjualbelikan, Badan Resmi PBB untuk urusan kesehatan (WHO) melakukan adopsi terlebih dulu.

Ia mengatakan hal ini terkait dengan maraknya penderita penyakit demam berdarah dengue terutama pada peralihan musim dari hujan ke kemarau dan sulit untuk diantisipasi sebelumnya karena keterbatasan fasilitas.

Menurut dia, salah satu fasilitas yang ditunggu adalah vaksin DBD yang sebelumnya akan diadopsi WHO untuk uji kelayakan guna mengetahui apakah vaksin untuk melemahkan virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae ini aman digunakan untuk manusia atau tidak.

Apabila layak, katanya, adakah dampak ikutannya setelah dilakukan vaksinasi untuk pengebalan daya tahan tubuh sehingga tahan terhadap serangan virus DBD.

Peter Richmond dari Perth Institut for Child Health Research menyebutkan kehadiran vaksin DBD penting untuk Asia Tenggara karena setiap tahun sekitar 200 juta orang menderita penyakit DBD. Bahkan akibat penyakit DBD ini, sekitar 50 persen penduduk dunia berada di zona berbahaya.

Peter mengatakan, vaksin ini telah dikembangkan Perusahaan Sanofi Pasteur selama hampir 10 tahun, dan sekarang merupakan tahap terakhir sebelum dipasarkan tahun depan.

Menurut Koamesah, penyakit DBD yang disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae.

"Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi," katanya.

Penyakit ini, katanya, ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya muncul dulu pada bagian bawah badan - pada beberapa pasien.

Dia mengatakan, gejalanya menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare pilek ringan disertai batuk-batuk.

Kondisi waspada ini, katanya, perlu disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera konsultasi ke dokter apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi tiga hari berturut-turut.

"Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan gejala-gejala tersebut," katanya.

Ia mengatakan demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam.

"Sesudah masa tunas atau inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami menderita penyakit ini, Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit," katanya.

Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung epistaksis mimisan, mulut, dan dubur. (Ant/OL-3)

Sumber: mediaindonesia
lihat artikel selengkapnya - Vaksin DBD Diuji Coba di Australia
------------------------------

TEORI AUTOIMUNITAS

TEORI AUTOIMUNITAS

A.Pendahuluan

Dalam keadaan normal, sistem imun dapat membedakan antigen tubuh sendiri dari antigen asing, karena tubuh mempunyai toleransi terhadap self antigen. tetapi pengalaman klinis menunjukkan bahwa adakalanya timbul reaksi autoimunitas.

Reaksi autoimiunitas adalah reaksi system imun terhadaap antigen sel jaringan sendiri. Antigen tersebut disebut autoantigen, sedang antibody yang dibentuk disebut autoantibody. Sel autoreaktif adalah limfosit yang mempunyai reseptor untik autoantigen. Bila sel tersebut memberikan respons autoimun, disebut sel limfosit reaktif (SLR). Pada orang normal , meskipun SLR berpasangan dengan autoantigen, tidak selalu terjadi respon autoimun, karena ada system yang mengontrol reaksi autoimun.

Kadang-kadang tidak jelas apakah autoantibody tersebut merupakan penyebab atau timbul sekunder akibat suatu penyakit. Oleh karena itu harus dibedakan antara fenomena autoimun dengan penyakit autoimu. Reaksi autoantibody dan autoantigen yang menimbulkan kerusakan jaringan dan gejala-gejala klinis disebut penyakit autoimun, sedangkan bila tidak disertai gejala klinis disebut fenomena autoimun.

Burnett mengajukan teori forbidden clones, yang menyatakan bahwa tubuh menjadi toleran terhadap jaringannya sendiri oleh karena sel-sel yang autoreaktif selama perkembangan embriologiknya akan musnah.

B.Teori-teori autoimunitas

1.Teori sequestered antigen atau hidden antigen

Sequestered aatau hidden antigen adalah antigen yang karena sawar anatomic tek pernah berhubungan dengna system imu n misalnya antigen sperma, lensa mata, dan saraf pusat. Bila sawar tersebut rusak, dapat timbul penyakit autoimmun


2.Teori defesiensi immun

Hilangnya self tolerance mungkin disebabkan oleh karena adanya gangguan system limfoid. Penyakit autoimmune sering ditemukan bersamaan dengan defesiensi imun, misalnya pada lanjut usia

3.Determinan antigen baru

Pembentukan autoantibody dapat dicetuskan oleh karena timbul deterrminan antigen baru pada protein normal. Contoh autoantibody yang timbul akibat hal tersebut ialah factor rematoid (FR). FR dibentuk terhadap determinan antigen yang terdapat pada immunoglobulin

4.Reaksi silang dengan mikroorganisme

Kerusakan jantung pada demam reumatik anak diduga terjadi kaibat produksi antigen terhadap streptokok A yang bereaksi silang dengan miokard penderita

5.Virus sebagai pencetus autoimunitas

Virus yang terutama mengginfeksi system limfoid dapat tmempengaruhi mekanisme kontrol imunologik sehingga terjadi autoimunitas

6.Autoantibodi dibentuk sekunder akibat kerusakan jaringan

Autoantibodi terhadap jantung ditemukan pada jantung infark. Pada umumnya kadar autoantibody disini terlalu rendah untuk dapat menimbulkan penyakit autoimmun. Autoantibody dapat dibentuk pula terhadap antigen mitokondria pada kerusakan hati atau jantung. Pada tuberculosis dan tripanosomiasis yang menimbulkan kerusakan luas pada berbagai jaringan, dapat pula ditemukan autoantibody terhadap antigen jaringan dalam kadar gula yang rendah

C.Pembagian Penyakit Autoimmun

Penyakit autoimmun dapat dibagi menajdi 2 golongan yaitu organ spesifik dan non spesifik

Organ spesifik


Non organ spesifik

Tiroiditis hasimoto

Miksidema primer

Tirotoksotosis

Anemia pernesiosa

Gastritis kronik autoimun

Penyakit Addison

Menopause premature

Disbetes juvenile

Sindorm goodpasture

Miastenia gravis

Infertilitas pada pria

Pemfigus vulgaris

Pemfigoid

Oftalmia simpatis

Uveitis vagogenik

Sclerosis multiple

Anemia hemolitik autoimun

Purpura trombositopenik idiopatik

Leucopenia idiopatik

Sirosis bilier primer

Hepatitis kronik aktif dengan HBsAg negative

Sirosis kriptogenik

Colitis ulseratif

Sindrom Sjögren

Arthritis rematoid

Dermatomiositis

Scleroderma

LE discoid

Lupus eritermatosus sistemik (SLE)

D.Kriteria Penyakit Autoimun

Kriteria untuk menegakkan diagnosis penyakit autoimmun adalah sebagai berikut :

1.Penyakit timbul akibat adanya respons autoimun

2.Ditemukan autoantibody

3.Penyakit dpat ditimbulkan oleh bahan yang diduga merupakan antigen

4.Penyakit dapat dipindahkan dari satu binatang ke binatang yang lain melalui serum atau limfosit yang hidup

lihat artikel selengkapnya - TEORI AUTOIMUNITAS
------------------------------

AUTOIMMUN

AUTOIMMUN: "

A.Sklerosis Sistemik

1.Defenisi

Sklerosis sistemik adalah panyakit jaringan ikat yang ditandai oleh fibrosis dan perubahan degeneratif pada kulit, sinovium, dan arteri ; juga pada parenkim organ dalam terutama esophagus, usus, paru, jantung, ginjal dan kelenjar gondok. Penyakit ini dikenal juga dengan nama skleroderma

2.Epidemiologi

Sclerosis sistemik merupakan penyakit yang terdapat diseluruh dunia dan dijumpai pada semua bangsa. Biasanya dimulai pada usis 20-50 tahun, jarang pada anak-anak. Frekwensi pada wakita 3 kali frekwensi pria

3.Patogenensis dan patofisiologi

Etiologi dan patogenesis yang pasti belum diketahui. Diduga patogenesisnya berdasarkan kelainan vascular. Dugaan ini timbul karena sebelum terjadi perubahan pada dermis dan epidermis, telah ada reaksi peradangan vascular dan perivaskular pada jaringan subkutan. Reaksi peradangan dan perubahan vascular subkutan ini akan menyebabkan hilangnya kapiler-kapiler kulit (devaskularisasi) yang selanjutnya mengakibatkan atrofi epidermis dan penebalan dermis

Hipotesis yang diajukan berdasarkan hasil observasi pada biakan jaringan, ternyata pada scleroderma, fibroblast kulit mensintesis koleagen lebih banyak dengan fibroblast kulit normal

Peningkatan produksi kolagen yang dideposit pada jaringan ikat disekitar tunika adventisia akan mengekang arteri kecil/arteriol yang bersangkutan, aehingga kontraktilitas dan vasodilatasi arteri kecil dan arteriol terganggu. Akibatnya timbul gangguan vasomotor seperti yang terlihat pada syndrome raynaud dan sclerosis sistemik progresif. Kolagen ini dapat melekat pada endotel pembuluh darah. Kemudian terjadi adhesi antara trombosit dan kolagen, atau antara trombosit dan leukosit, yangmenyebabkan kerusakan endotel dan membrane basal. Peristiea ini akan diikuti oleh fibrosis reaktif berupa proliferasi intima yang sangat menoniol pada aklerosis sistemik progresif

Penipisan tunika intima media mungkin terjadinya sekunder terhadap perubahan distensibilitas struktur mikrovaskular yang terjepit diantara materi fibrotik yang terdapat pada intima dan adventisia. Dengan demikian, gangguan metabolisme kolagen pada fibroblast dapat menerangkan baik manifestasi vascular maupun manifestasi fibrosis pada sclerosis sistemik progresif

4.Gejala klinis dan konplikasi

a.Kulit

Pada kasus yang khas trias terdiri atas penipisan epidermis, hilangnya alat-alat seperti rambut, kelenjar keringat, kelenjer lemak di epidermis, dan kulit menjadi tegang. Fibrosis menyebabkan kulit melekat pada struktur dibawahnya. Sklerodaktili ialah keadaaan kakunya kulit bagian distal dari sendi interfalangeal proksimal. Terdapat pembengkakan dan ketegangan lengan bawah dan tangan yang difus dan simetris. Klien tidak dapat dicubit, keringat berkurang, rambut dan lemak menghilang. Kulit tampak kering dan retak-retak. Jari-jari mengalami fleksi kontraktur. Terdapat daerah-daerah dengan pegmentasi dan vitiligo. Epidermis mudah terkelupas karena tipis.

b.Saluran pencernaan

Hipomotilitas asofagus merupakan manifestasi paling sering dari terlibatnya organ dalam. Sering timbul dini dan dirasakan swebagai rasa penuh di substernal. Karena timbul dini, sangat berguna sebagai gejala diagnostic. Keluhan akan lebih berat jika terjadi esofagitis atau striktur

Pada keadaaan lanjut, terjadi striktur esophagus yang memerlukan dilatasi mekanis. Dilatasi dan hipoosmolalitas duodenum dan jejunum menyebabkan malabsorbsi sehingga mengakibatkan berat badan menurun. Dapat juga terjadi anemia karena telangiektasis di saluran pencernaan mengalami perdarahan. Ditemukan juga kelainan kolon yang dianggap diagnostic. Kelainan ini ditandai dengan terbentuknya kantong-kantong bermulut lebar pada dinding kolon. Biasanya kalainan ini asimptomatik


c.Paru

Scleroderma paru yang klasik ditandai dengan fibrosis intestinal yang klasik ditandai dengan fibrosis interstitial difus. Keluhan mungkin baru timbul lama setelah terdapat gangguan fungsi paru dan kelainan pada gambaran radiologist. Jarang ditemukan jari clubbing. Pengawasan terhadap perkembangan hipertensi paru dapat dilakukan dengan memperhatikan peningklatan intensitas komponen pulmonal pada bunyi jantung 2 dan derajat pecahnya (splitting bunyi jantung 2. ini penting karena pada kebanyakan penderita telah terdapat hipertensi paru sebelum timbul keluhan pada paru.

d.Jantung

Kelainan jantung pada scleroderma ada 3 macam :

1)Sclerosis koroner : merupakan kelainan yang paling tidak spesifik. Jarang timbul angina atau infark jantung

2)Fibrosis miokard

3)Kelainan perikard : berupa epikarditis akut, efusi perikard tanpa gejala yang berlangsung lambat tapi progresif

Gejala gangguan jantung sering sukar dibedakan dengan gejala gangguan paru, misalnya dyspnea d’effort atau nafas pendek. Untuk ini kadang-kadang diperlukan pemeriksaan penunjang lain seperti foto rongten/analisis jantung, EKG/ekokardiografi dan kateterisasi jantung

e.Ginjal

Tanda-tanda klinis kelainan ginjal yaitu hipertensi ( tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg), proteinuria > 1+, dan uremia. Kelainan ginjal sering timbul akut. Factor presipitasi untuk timbulnya gangguan ini adalah berhurangnya volume darah sehingga aliran darah ginjal terganggu, misalnya karene operasi besar, perdarahan, pemakaian diuretic yang berlebihan.

5.Diagnosis

Sulit untuk menegakkan diagnosis scleroderma sebelum timbul kelaianan kulit yang khas. Scleroderma harus dipikirkan jika pada seorang wamnita berumur 20-50 tahun terdapt syndrome raynaud dan pembengkakan tangan. Syndrome raynaud ini tampak pada jari-jari tangan . mula-mula pucat dan sianosis (karena vasokontriksi), kemudian menjadimerah dan nyeri pada waktu sirkulasi kembali normal. Biasanya timbul akibat pengaruh udara dingin atau ketegangan emosi.

Pemerisaan radiologik banyak membantu dalam menegakkan diagnosis scleroderma . pemeriksaaan radiologik yang biasanya dilakukan adalah :

a.Foto rongten oesophagus maag duodenum (OMD) : tampak hipoosmolalitas esophagus

b.Foto rongten tangan/lengan : tampak resorpsi falang, kalsifikasi subkutan

c.Foto rongten toraks : fibrosis interstitial difus di paru-paru

d.Foto rongten usus halus : dilatasi jejenum , ileum

e.Foto rongten kolon : gambaran kantong-kantong pada kolon

f.Foto rongten gigi : pelebaran membran periodontal

g.Arteriogram perifer : penyumbatan pembuluh darah

h.Arteriogram ginjal disertai pemeriksaan aliran darah korteks ginjal

Gambaran histopatologik kulit menunjukkan adanya penebalan epidermis disertai menghilangnya organ-organ epidermis dan tampak pula bertambahnya jaringan kolagen dalam dermis

6.Penatalaksanaan

a.Medikamentosa

1)Obat vasoaktif

a)Fenoksibenzamin, suatu obat alfa adrenergic, diberikan peroral, 10-40 mg/hari

b)Guanetidin dengan dosis 40 mg, sekali sehari

c)Metildopa, kerjanya menurunkan depot katekolamin. Dimulai dengan dosis rendah sampai mencapai dosis 2 g/hari

d)Reserpin, juga merupakan penghambat simpatis. Dianjurkan pemberian dosis rendah sacara intra arteri untuk menghindari pengaruh sistemik dan mencapai pengaruh maksimal pada arteri perifer. Pemberian 0,5 mg menghasilkan perlindungan terhadap vasokonstriksi perifer selama ± 6 bulan


2)Obat-obat antiinflamasi

a)Asam asetilsilat, terutama untuk atralgia dan mialgia. Dosis mungkin mencapai 4-5 g/hari

b)Kortikosteroid, diberikan jika terdapat tanda-tanda peradangan pada awal penyakit

c)Potassium para-aminobenzoat 12-16 g/hari. Efek sampingnya terhadap saluran pencernaan serta timbulnya reaksi alergi di kulit menyulitkan pemberian jangka lama

d)Antimalaria

3)Lain-lain

a)Rheomacrodex

b)Imunosupresif misalnya klorambusil

c)Colchicines, 7-10 mg/minggu. Mengurangai sekresi proklagen oleh fibroblast

d)D- penisilamin, dosis 0,5-2,0 g/hari

b.Fisioterapi

Fisioterapi merupakan hal yang tak boleh dilupakan pada penatalaksanaan scleroderma. Latihan range of motion aktif/pasif, pemanasan. Keduanya bermanfaat untuk memperbaiki peredaran darah dankontraktur yang disebabkan oleh fibrosis pada sendi dan kulit

Pencegahan vasokonstriksi karena dingin dan usaha mempertahankan pembuluh darah dalam keadaan sedikit vasodilatasi dilakukan misalnya dengan melindungi tubuh terhadap dingin dan melakukan latihanjasmani bertahap

c.Tindakan operatif

Tindakan operatif terutama ditujukan terhadap :

Ulserasi : debridement dan sebagainya

Simpatektomi : hasilnya hanya bersifat sementara, tidak berlangsung lama

Rekontruksi


d.Pengobatan khusus

Bergantung pada organ/system yang terkene misalnya esophagus, usus halus, paru, ginjal, jantung, dan sebagainya

e.Perawatan di Rumah sakit

Perawatan di Rumah sakit perlu silakukan apabila ditemukan kegagalan kardiopulmonal, kegagalan ginjal, gangguan saluran pencernaan yang berat berupa diare, muntah, dehidrasi, malnutrisi, memerlukan bimbingan fisioterapi yang ketat, dan persiapan operasi

f.Aspek psikososial

Perlu penjelasan mengenai penyakit disertai sokongan penderita maupun keluarganya.

B.Arthritis Reumatoid

1.Defenisi

Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Artritis rematoid juga bisa menyebabkan sejumlah gejala di seluruh tubuh. Penyakit ini terjadi pada sekitar 1% dari jumlah penduduk, dan wanita 2-3 kali lebih sering dibandingkan pria. Biasanya pertama kali muncul pada usia 25-50 tahun, tetapi bisa terjadi pada usia berapapun.

2.Penyebab

Penyebab yang pasti tidak diketahui, tetapi berbagai faktor (termasuk kecenderungan genetik) bisa mempengaruhi reaksi autoimun.

3.Patofisiologi

Pada AR, reaksi autoimun terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Pada proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim ini akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membrane sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan meniombulkan erosi tulang. Pada AR, peradangan berlangsung terus menerus dan menyebar ke struktur-struktur sendi disekitarnya termasuk tulang rawansendi dan kapsul fibrosa sendi. Akhirnya ligament dan tendon ikut meradang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan menganggu gerak sendi. Otot akan ikut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot. Pada p[eradangan kronik, membrane sinovium mengalami hipertropi dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan nekrosis sel dan respon peradangan berlanjut. Sinovium yang menebal inilah yang dilapisi oleh jaringan granuler disebut sebagai pannus seeperti yang disebutkan sebelumnya. Pannus ini dapat menyebar ke seluruh sendi dan merangsang proses peradangan dan pembentukan jaringan parut dan secara lambat akan merusak sendi. Hal ini akan menyebabkan nyeri yang sangat hebat dan deformitas.

4.Gejala

Artritis rematoid bisa muncul secara tiba-tiba, dimana pada saat yang sama banyak sendi yang mengalami peradangan. Biasanya peradangan bersifat simetris, jika suatu sendi pada sisi kiri tubuh terkena, maka sendi yang sama di sisi kanan tubuh juga akan meradang. Yang pertama kali meradang adalah sendi-sendi kecil di jari tangan, jari kaki, tangan, kaki, pergelangan tangan, sikut dan pergelangan kaki. Sendi yang meradang biasanya menimbulkan nyeri dan menjadi kaku, terutama pada saat bangun tidur atau setelah lama tidak melakukan aktivitas.

Beberapa penderita merasa lelah dan lemah, terutama menjelang sore hari.

Sendi yang terkena akan membesar dan segera terjadi kelainan bentuk.

Sendi bisa terhenti dalam satu posisi (kontraktur) sehingga tidak dapat diregangkanataudibukasepenuhnya. Jari-jari pada kedua tangan cenderung membengkok ke arah kelingking, sehingga tendon pada jari jari tangan bergeser dari tempatnya. Pembengkakan pergelangan tangan bisa mengakibatkan terjadinya sindromaterowongankarpal. Di belakang lutut yang terkena, bisa terbentuk kista, yang apabila pecah bisa menyebabkan nyeri dan pembengkakan pada tungkai sebelahbawah. Sekitar 30-40% penderita memiliki benjolan keras (nodul) tepat dibawah kulit, yang biasanya terletak di daerah sekitar timbulnya penyakit ini.

Bisa terjadi demam ringan dan kadang terjadi peradangan pembuluh darah (vaskulitis) yang menyebabkan kerusakan saraf atau luka (ulkus) di tungkai.

Peradangan pada selaput di sekitar paru-paru (pleuritis) atau pada kantong di sekitar jantung (perikarditis) atau peradangan dan pembentukan jaringan parut pada paru-paru bisa menyebabkan nyeri dada, gangguan pernafasan dan kelainan fungsi jantung. Penderita lainnya menunjukkan pembengkakan kelenjar getah bening, sindroma Sjögren atau peradangan mata.

Penyakit Still merupakan variasi dari artritis rematoid dimana yang pertama muncul adalah deman tinggi dan gejala umum lainnya.

Sindroma Felty terjadi jika pada penderita artritis rematoid ditemukan pembesaran limpa dan penurunan jumlah sel darah putih.

5.Diagnosa

Membedakan artritis rematoid dari berbagai keadaan lainnya yang bisa menyebabkan artritis, tidaklah mudah.

Keadaan-keadaaan yang menyerupai artritis rematoid adalah:

a. Demamrematik

b. Artritisgonokokal

c. PenyakitLyme

d. SindromaReiter

e. Artritispsoriatik

f. Spondilitisankilosing

g. Gout

h. Pseudogout

i. Osteoartritis.

Pola gejalanya sangat khas, tetapi untuk memperkuat diagnosis perlu dilakukan:

1.Pemeriksaan darah

- 9 dari 10 penderita memiliki laju endap eritrosit yang meningkat

- sebagian besar menderita anemia

- kadang jumlah sel darah putih berkurang

- 7 dari 10 penderita memiliki antibodi yang disebut faktor rematoid; biasanya semakin tinggi kadar faktor rematoid dalam darah, maka semakin berat penyakitnya dan semakin jelek prognosisnya. Kadar antibodi ini bisa menurun jika peradangan sendi berkurang dan akan meningkat jika terjadi serangan.

2.Pemeriksaan cairan sendi.

3.Biopsi nodul.

4.Rontgen, bisa menunjukkan adanya perubahan khas pada sendi.

Mengenali artritis rematoid.

Seseorang yang memiliki 4 dari 5 gejala berikut, kemungkinan menderita artritis rematoid:

1.Kekakuan di pagi hari yang berlangsung lebih dari 1 jam (selama minimal 6 minggu)

2.Peradangan (artritis) pada 3 atau lebih sendi (selama minimal 6 minggu)

3.Artritis pada persendian tangan, pergelangan tangan atau jari tanan (selama minimal 6 minggu)

4.Faktor rematoid di dalam darah

5.Perubahan yang khas pada foto rontgen.

6.Pengobatan

Prinsip dasar dari pengobatan artrtitis rematoid adalah mengistirahatkan sendi yang terkena, karena pemakaian sendi yang terkena akan memperburuk peradangan.

Mengistirahatkan sendi secara rutin seringkali membantu mengurangi nyeri.

Pembidaian bisa digunakan untuk imobilisasi dan mengistirahatkan satu atau beberapa sendi, tetapi untuk mencegah kekakuan, perlu dilakukan beberapa pergerakan sendi yang sistematis.

Obat-obatan utama yang digunakan untuk mengobati artritis rematoid adalah obat anti peradangan non-steroid, obat slow-acting, kortikosteroid dan obat imunosupresif. Biasanya, semakin kuat obatnya, maka semakin hebat potensi efek sampingnya,sehingga diperlukan pemantauan ketat.

Obat anti peradangan non-steroid.

Yang paling banyak digunakan adalah aspirin dan ibuprofen.

Obat ini mengurangi pembengkakan pada sendi yang terkena dan meringankan rasa nyeri.

Aspirin merupakan obat tradisional untuk artritis rematoid; obat yang lebih baru memiliki lebih sedikit efek samping tetapi harganya lebih mahal.

Dosis awal adalah 4 kali 2 tablet (325 mgram)/hari.

Telinga berdenging merupakan efek samping yang menunjukkan bahwa dosisnya terlalu tinggi.

Gangguan pencernaan dan ulkus peptikum, yang merupakan efek samping dari dosis yang terlalu tinggi, bisa dicegah dengan memakan makanan atau antasid atau obat lainnya pada saat meminum aspirin.

Misoprostol bisa membantu mencegah erosi lapisan lambung dan pembentukan ulkus gastrikum, tetapi obat ini juga menyebabkan diare dan tidak mencegah terjadinya mual atau nyeri perut karena aspirin atau obat anti peradangan non-steroid lainnya.

Obat slow-acting.

Obat slow-acting kadang merubah perjalanan penyakit, meskipun perbaikan memerlukan waktu beberapa bulan dan efek sampingnya berbahaya.

Pemakaiannyaharusdipantausecaraketat. Obat ini biasanya ditambahkan jika obat anti peradangan non-steroid terbukti tidak efektif setelah diberikan selama 2-3 bulan atau diberikan segera jika penyakitnya berkembang dengan cepat.

Yang sekarang ini digunakan adalah senyawa emas, penisilamin, hydroxycloroquinine dan sulfasalazine.

1.Senyawa emas.

Senyawa emas berfungsi memperlambat terjadinya kelainan bentuk tulang. Biasanya diberikan sebagai suntikan mingguan.

Suntikan mingguan diberikan sampai tercapai dosis total 1 gram atau sampai timbulnya efek samping atau terjadinya perbaikan yang berarti.

Jika obat ini efektif, dosisnya dikurangi secara bertahap.

Kadang perbaikan dicapai setelah diberikannya dosis pemeliharaan selama beberapa tahun. Senyawa emas bisa menimbulkan efek samping pada beberapa organ, karena itu obat ini tidak diberikan kepada penderita penyakit hati atau ginjal yang berat atau penyakit darah tertentu.

Sebelum pengobatan dimulai dan setiap seminggu sekali selama pengobatan berlangsung, dilakukan pemeriksaan darah dan air kemih.

Efek sampingnya berupa ruam kulit, gatal dan berkurangnya sejumlah sel darah.

Jika terjadi efek samping yang serius, maka pemakaiannya segera dihentikan.

2.Penisilamin.

Efeknya menyerupai senyawa emas dan bisa digunakan jika senyawa emas tidak efektif atau menyebabkan efek samping yang tidak dapat ditoleransi.

Dosisnya secara bertahap dinaikkan sampai terjadinya perbaikan.

Efek sampingnya adalah penekanan terhadap pembentukan sel darah di dalam sumsum tulang, kelainan ginjal, penyakit otot, ruam kulit dan rasa tidak enak di mulut. Jika terjadi efek samping tersebut, maka pemakaian obat harus dihentikan.

Obat ini juga bisa menyebabkan miastenia gravis, sindroma Goodpasture dan sindroma yang menyerupai lupus. Selama pengobatan berlangsung, dilakukan pemeriksaan darah dan air kemih setiap 2-4 minggu sekali.

3.Hydroxycloroquine.

Digunakan untuk mengobati artritis rematoid yang tidak terlalu berat.

Efek sampingnya biasanya ringan, yaitu berupa ruam kulit, sakit otot dan kelainan mata. Tetapi beberapa kelainan mata bisa menetap, sehingga penderita yang mendapatkan obat ini harus memeriksakan matanya sebelum dilakukan pengobatan dan setiap 6 bulan selama pengobatan berlangsung.

Jika setelah 6 bulan tidak menunjukkan perbaikan, maka pemberian obat ini dihentikan. Jika terjadi perbaikan, pemakaian obat ini bisa dilanjutkan sesuai dengan kebutuhan.

4.Sulfasalazine.

Obat ini semakin banyak digunakan untuk mengobati artritis rematoid.

Dosisnya dinaikkan secara bertahap dan perbaikan biasanya terjadi dalam 3 bulan.

Sulfasalazine bisa menyebabkan gangguan pencernaan, kelainan hati, kelainan sel darah dan ruam kulit.

Kortikosteroid.

Kortikosteroid (misalnya prednison) merupakan obat paling efektif untuk mengurangi peradangan di bagian tubuh manapun.

Kortikosteroid efektif pada pemakaian jangka pendek dan cenderung kurang efektif jika digunakan dalam jangka panjang, padahal artritis rematoid adalah penyakit yang biasanya aktif selama bertahun-tahun.

Kortikosteroid biasanya tidak memperlambat perjalanan penyakit ini dan pemakaian jangka panjang menyebabkan berbagai efek samping, yang melibatkan hampirsetiaporgan.

Efek samping yang sering terjadi adalah penipisan kulit, memar, osteoporosis, tekanan darah tinggi, kadar gula darah yang tinggi dan katarak.

Karena itu obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi kekambuhan yang mengenai beberapa sendi atau jika obat lainnya tidak efektif.

Kortikosteroid juga digunakan untuk mengobati peradangan diluar sendi, seperti peradangan selaput paru-paru (pleuritis) atau peradangan kantong jantung (perikarditis).

Untuk menghindari resiko terjadinya efek samping, maka hampir selalu digunakan dosis efektif terendah. Obat ini bisa disuntikkan langsung ke dalam sendi, tetapi bisa menyebabkan kerusakan jangka panjang, terutama jika sendi yang terkena digunakan secara berlebihan sehingga mempercepat terjadinya kerusakan sendi.

Obat imunosupresif.

Obat imunosupresif (contohnya metotreksat, azatioprin dan cyclophosphamide) efektif untuk mengatasi artritis rematoid yang berat.

Obat ini menekan peradangan sehingga pemakaian kortikosteroid bisa dihindari atau diberikan kortikosteroid dosis rendah.

Efek sampingnya berupa penyakit hati, peradangan paru-paru, mudah terkena infeksi, penekanan terhadap pembentukan sel darah di sumsum tulang dan perdarahan kandung kemih (karena siklofosfamid).

Selain itu azatioprine dan siklofosfamid bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker.

Metotreksat diberikan per-oral (ditelan) 1 kali/minggu, digunakan untuk mengobati arthritis rematoid stadium awal. Siklosporin bisa digunakan untuk mengobati artritis yang berat jika obat lainnya tidak efektif.

Terapi lainnya.

Bersamaan dengan pemberian obat untuk mengurangi peradangan sendi, bisa dilakukan latihan-latihan, terapi fisik, pemanasan pada sendi yang meradang dan kadang pembedahan.

Sendi yang meradang harus dilatih secara halus sehingga tidak terjadi kekakuan.

Setelah peradangan mereda, bisa dilakukan latihan aktif yang rutin, tetapi jangan sampai terlalu lelah. Biasanya latihan akan lebih mudah jika dilakukan di dalam air. Untuk mengobati persendian yang kaku, dilakukan latihan yang intensif dan kadang digunakan pembidaian untuk meregangkan sendi secara perlahan.

Jika pemberian obat tidak membantu, mungkin perlu dilakukan pembedahan.

Untuk mengembalikan pergerakan dan fungsinya, biasanya dilakukan pembedahan untuk mengganti sendi lutut atau sendi panggul dengan sendi buatan.

Persendian juga bisa diangkat atau dilebur (terutama pada kaki), supaya kaki tidak terlalu nyeri ketika digunakan untuk berjalan. Ibu jari bisa dilebur sehingga penderita bisa menggenggam dan tulang belakang di ujung leher yang tidak stabil bisa dilebur untuk mencegah penekanan terhadap urat saraf tulang belakang.

Penderita yang menjadi cacat karena artritis rematoid bisa menggunakan beberapa alat bantu untuk menyelesaikan tugas sehari-harinya. Contohnya adalah sepatu ortopedik khusus atau sepatu atletik khusus.

C.Anemia Pernesiosa

1.Defenisi

Anemia Karena Kekurangan Vitamin B12 (anemia pernisiosa) adalah anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12. Selain zat besi, sumsum tulang memerlukan vitamin B12 dan asam folat untuk menghasilkan sel darah merah. Jika kekurangan salah satu darinya, bisa terjadi anemia megaloblastik.

Pada anemia jenis ini, sumsum tulang menghasilkan sel darah merah yang besar dan abnormal (megaloblas).Sel darah putih dan trombosit juga biasanya abnormal.

Anemia megaloblastik paling sering disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan asam folat dalam makanan atau ketidakmampuan untuk menyerap vitamin tersebut. Kadang anemia ini disebabkan oleh obat-obat tertentu yang digunakan untuk mengobati kanker (misalnya metotreksat, hidroksiurea, fluorourasil dan sitarabin).

2.Penyebab

Anemia Karena Kekurangan Vitamin B12 (anemia pernisiosa) adalah anemia megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12.

Selain zat besi, sumsum tulang memerlukan vitamin B12 dan asam folat untuk menghasilkan sel darah merah. Jika kekurangan salah satu darinya, bisa terjadi anemia megaloblastik. Pada anemia jenis ini, sumsum tulang menghasilkan sel darah merah yang besar dan abnormal (megaloblas). Sel darah putih dan trombosit juga biasanya abnormal. Anemia megaloblastik paling sering disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan asam folat dalam makanan atau ketidakmampuan untuk menyerap vitamin tersebut. Kadang anemia ini disebabkan oleh obat-obat tertentu yang digunakan untuk mengobati kanker (misalnya metotreksat, hidroksiurea, fluorourasil dan sitarabin).

3.Gejala

Selain mengurangai pembentukan sel darah merah, kekurangan vitamin B12 juga mempengaruhi sistem saraf dan menyebabkan:

- Kesemutan ditangan dan kaki

- Hilangnya rasa ditungkai, kaki dan tangan

- Pergerakanyangkaku.

Gejala lainnya adalah:

- Buta warna tertentu,termasuk warna kuning dan biru

- Luka terbuka di lidah atau lidah seperti terbakar

- Penurunan berat badan

- Anoreksia

- Warna kulit menjadi lebih gelap

- Lidah licin

- Pucat

- Linglung

- Depresi

- Penurunan fungsi intelektual.

4.Diagnosa

Biasanya, kekurangan vitamin B12 terdiagnosis pada pemeriksaan darah rutin untuk anemia. Pada contoh darah yang diperiksa dibawah mikroskop, tampak megaloblas (sel darah merah berukuran besar). Juga dapat dilihat perubahan sel darah putih dan trombosit, terutama jika penderita telah menderita anemia dalam jangka waktu yang lama. Jika diduga terjadi kekurangan, maka dilakukan pengukuran kadar vitamin B12 dalamdarah. Jika sudah pasti terjadi kekurangan vitamin B12, bisa dilakukan pemeriksaan untuk menentukan penyebabnya.

Biasanya pemeriksaan dipusatkan kepada faktor intrinsik:

1.Contoh darah diambil untuk memeriksa adanya antibodi terhadap faktor intrinsik.

Biasanya antibodi ini ditemukan pada 60-90% penderita anemia pernisiosa.

2.Pemeriksaan yang lebih spesifik,yaitu analisa lambung. Dimasukkan sebuah selang kecil (selang nasogastrik) melalui hidung, melewati tenggorokan dan masuk ke dalam lambung. Lalu disuntikkan pentagastrin (hormon yang merangasang pelepasan faktor intrinsik) ke dalam sebuah vena.

Selanjutnya diambil contoh cairan lambung dan diperiksa untuk menemukan adanya faktor intrinsik.

Jika penyebabnya masih belum pasti, bisa dilakukan tes Schilling.

Diberikan sejumlah kecil vitamin B12 radioaktif per-oral (ditelan) dan diukur penyerapannya.

Kemudian diberikan faktor intrinsik dan vitamin B12, lalu penyerapannya diukur kembali.

Jika vitamin B12 diserap dengan faktor intrinsik, tetapi tidak diserap tanpa faktor intrinsik, maka diagnosisnya pasti anemia pernisiosa.

5.Pemeriksaan penunjang

Sel darah merah besar-besar (makrositik), MCV ≥ 100fmol/l, neutrofilo hiperpigmentsi. Gambaran sum-sum tulang megaloblastik. Sering ditemukan dengan gastritis atrofi (dalam jangka waktu lama dikaitkan dengan peningkatan risiko karsinoma gaster), sehingga menyebabkan aklorhidria. Kadar vitamin B12 serum kurang dari 100 pg/ml

6.Pengobatan

Pengobatan kekurangan vitamin B 12 atau anemia pernisiosa adalah pemberian vitamin B12. Sebagian besar penderita tidak dapat menyerap vitamin B12 per-oral (ditelan),karena itu diberikan melalui suntikan. Pada awalnya suntikan diberikan setiap hari atau setiap minggu, selama beberapa minggu sampai kadar vitamin B12 dalam darah kembali normal. Selanjutnya suntikan diberikan 1 kali/bulan. Penderita harus mengkonsumsi tambahan vitamin B12 sepanjang hidupnya.

7.Pencegahan

Jika penyebabnya adalah asupan yang kurang, maka anemia ini bisa dicegah melalui pola makanan yang seimbang.

lihat artikel selengkapnya - AUTOIMMUN
------------------------------

AUTOIMUNITAS

AUTOIMUNITAS

A.Pendahuluan

Dalam keadaan normal, sistem imun dapat membedakan antigen tubuh sendiri dari antigen asing, karena tubuh mempunyai toleransi terhadap self antigen. tetapi pengalaman klinis menunjukkan bahwa adakalanya timbul reaksi autoimunitas.

Reaksi autoimiunitas adalah reaksi system imun terhadaap antigen sel jaringan sendiri. Antigen tersebut disebut autoantigen, sedang antibody yang dibentuk disebut autoantibody. Sel autoreaktif adalah limfosit yang mempunyai reseptor untik autoantigen. Bila sel tersebut memberikan respons autoimun, disebut sel limfosit reaktif (SLR). Pada orang normal , meskipun SLR berpasangan dengan autoantigen, tidak selalu terjadi respon autoimun, karena ada system yang mengontrol reaksi autoimun.

Kadang-kadang tidak jelas apakah autoantibody tersebut merupakan penyebab atau timbul sekunder akibat suatu penyakit. Oleh karena itu harus dibedakan antara fenomena autoimun dengan penyakit autoimu. Reaksi autoantibody dan autoantigen yang menimbulkan kerusakan jaringan dan gejala-gejala klinis disebut penyakit autoimun, sedangkan bila tidak disertai gejala klinis disebut fenomena autoimun.

Burnett mengajukan teori forbidden clones, yang menyatakan bahwa tubuh menjadi toleran terhadap jaringannya sendiri oleh karena sel-sel yang autoreaktif selama perkembangan embriologiknya akan musnah.

B.Teori-teori autoimunitas

1.Teori sequestered antigen atau hidden antigen

Sequestered aatau hidden antigen adalah antigen yang karena sawar anatomic tek pernah berhubungan dengna system imu n misalnya antigen sperma, lensa mata, dan saraf pusat. Bila sawar tersebut rusak, dapat timbul penyakit autoimmun


2.Teori defesiensi immun

Hilangnya self tolerance mungkin disebabkan oleh karena adanya gangguan system limfoid. Penyakit autoimmune sering ditemukan bersamaan dengan defesiensi imun, misalnya pada lanjut usia

3.Determinan antigen baru

Pembentukan autoantibody dapat dicetuskan oleh karena timbul deterrminan antigen baru pada protein normal. Contoh autoantibody yang timbul akibat hal tersebut ialah factor rematoid (FR). FR dibentuk terhadap determinan antigen yang terdapat pada immunoglobulin

4.Reaksi silang dengan mikroorganisme

Kerusakan jantung pada demam reumatik anak diduga terjadi kaibat produksi antigen terhadap streptokok A yang bereaksi silang dengan miokard penderita

5.Virus sebagai pencetus autoimunitas

Virus yang terutama mengginfeksi system limfoid dapat tmempengaruhi mekanisme kontrol imunologik sehingga terjadi autoimunitas

6.Autoantibodi dibentuk sekunder akibat kerusakan jaringan

Autoantibodi terhadap jantung ditemukan pada jantung infark. Pada umumnya kadar autoantibody disini terlalu rendah untuk dapat menimbulkan penyakit autoimmun. Autoantibody dapat dibentuk pula terhadap antigen mitokondria pada kerusakan hati atau jantung. Pada tuberculosis dan tripanosomiasis yang menimbulkan kerusakan luas pada berbagai jaringan, dapat pula ditemukan autoantibody terhadap antigen jaringan dalam kadar gula yang rendah

C.Pembagian Penyakit Autoimmun

Penyakit autoimmun dapat dibagi menajdi 2 golongan yaitu organ spesifik dan non spesifik

Organ spesifik


Non organ spesifik

Tiroiditis hasimoto

Miksidema primer

Tirotoksotosis

Anemia pernesiosa

Gastritis kronik autoimun

Penyakit Addison

Menopause premature

Disbetes juvenile

Sindorm goodpasture

Miastenia gravis

Infertilitas pada pria

Pemfigus vulgaris

Pemfigoid

Oftalmia simpatis

Uveitis vagogenik

Sclerosis multiple

Anemia hemolitik autoimun

Purpura trombositopenik idiopatik

Leucopenia idiopatik

Sirosis bilier primer

Hepatitis kronik aktif dengan HBsAg negative

Sirosis kriptogenik

Colitis ulseratif

Sindrom Sjögren

Arthritis rematoid

Dermatomiositis

Scleroderma

LE discoid

Lupus eritermatosus sistemik (SLE)

D.Kriteria Penyakit Autoimun

Kriteria untuk menegakkan diagnosis penyakit autoimmun adalah sebagai berikut :

1.Penyakit timbul akibat adanya respons autoimun

2.Ditemukan autoantibody

3.Penyakit dpat ditimbulkan oleh bahan yang diduga merupakan antigen

4.Penyakit dapat dipindahkan dari satu binatang ke binatang yang lain melalui serum atau limfosit yang hidup

lihat artikel selengkapnya - AUTOIMUNITAS
------------------------------

Jenis-jenis Imunisasi

Jenis-jenis Imunisasi
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau “liar”. Berasal dari kata vaccinia, penyebab infeksi cacar sapi yang ketika diberikan kepada manusia, akan menimbulkan pengaruh kekebalan terhadap cacar. Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.)
Jenis-jenis vaksin antara lain:
Berikut ini adalah Jenis-jenis imunisasi pada balita :

a. Imunisasi BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Imunisasi BCG dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan, lalu DPT diberikan tiga kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal empat minggu. Imunisasi polio diberikan empat kali pada bayi 0-11 bulan dengan interval minimal empat minggu. Sedangkan campak diberikan satu kali pada bayi usai 9-11 bulan. Terakhir, imunisasi hepatitis B harus diberikan tiga kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval minimal empat minggu.

b. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.

c. Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus. Setiap orang dewasa harus mendapat vaksinasi lengkap tiga dosis seri primer dari difteri dan toksoid tetanus, dengan dua dosis diberikan paling tidak berjarak empat minggu, dan dosis ketiga diberikan enam hingga 12 bulan setelah dosis kedua. Jika orang dewasa belum pernah mendapat imunisasi tetanus dan difteri maka diberikan seri primer diikuti dosis penguat setiap 10 tahun.

d. Imunisasi TT
Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Jenis imunisasi ini minimal dilakukan lima kali seumur hidup untuk mendapatkan kekebalan penuh. Imunisasi TT yang pertama bisa dilakukan kapan saja, misalnya sewaktu remaja. Lalu TT2 dilakukan sebulan setelah TT1 (dengan perlindungan tiga tahun). Tahap berikutnya adalah TT3, dilakukan enam bulan setelah TT2 (perlindungan enam tahun), kemudian TT4 diberikan satu tahun setelah TT3 (perlindungan 10 tahun), dan TT5 diberikan setahun setelah TT4 (perlindungan 25 tahun).

e. Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih.

f. Imunisasi MMR
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan. Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebabkan pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.

g. Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Sampai saat ini, imunisasi HiB belum tergolong imunisasi wajib, mengingat harganya yang cukup mahal. Tetapi dari segi manfaat, imunisasi ini cukup penting. Hemophilus influenzae merupakan penyebab terjadinya radang selaput otak (meningitis), terutama pada bayi dan anak usia muda. Penyakit ini sangat berbahaya karena seringkali meninggalkan gejala sisa yang cukup serius. Misalnya kelumpuhan. Ada 2 jenis vaksin yang beredar di Indonesia, yaitu Act Hib dan Pedvax.

h. Imunisasi Varisella
Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas.

i. Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Karena itu imunisasi hepatitis B termasuk yang wajib diberikan. Jadwal pemberian imunisasi ini sangat fleksibel, tergantung kesepakatan dokter dan orangtua. Bayi yang baru lahir pun bisa memperolehnya. Imunisasi ini pun biasanya diulang sesuai petunjuk dokter. Orang dewasa yang berisiko tinggi terinfeksi hepatitis B adalah individu yang dalam pekerjaannya kerap terpapar darah atau produk darah, klien dan staf dari institusi pendidikan orang cacat, pasien hemodialisis (cuci darah), orang yang berencana pergi atau tinggal di suatu tempat di mana infeksi hepatitis B sering dijumpai, pengguna obat suntik, homoseksual/biseksual aktif, heteroseksual aktif dengan pasangan berganti-ganti atau baru terkena penyakit menular seksual, fasilitas penampungan korban narkoba, imigran atau pengungsi di mana endemisitas daerah asal sangat tinggi/lumayan. Berikan tiga dosis dengan jadwal 0, 1, dan 6 bulan. Bila setelah imunisasi terdapat respon yang baik maka tidak perlu dilakukan pemberian imunisasi penguat (booster).

j. Imunisasi Pneumokokus Konjugata
Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah).

k. Tipa
Imunisasi tipa diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam tifoid (tifus atau paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama 3 sampai 5 tahun. Oleh karena itu perlu diulang kembali. Imunisasi ini dapat diberikan dalam 2 jenis: imunisasi oral berupa kapsul yang diberikan selang sehari selama 3 kali. Biasanya untuk anak yang sudah dapat menelan kapsul. Sedangkan bentuk suntikan diberikan satu kali. Pada imunisasi ini tidak terdapat efek samping.

l. Imunisasi Hepatitis A
Penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya. Tetapi bila terkena penyakit ini penyembuhannya memerlukan waktu yang lama, yaitu sekitar 1 sampai 2 bulan. Jadwal pemberian yang dianjurkan tak berbeda dengan imunisasi hepatitis B. Vaksin hepatitis A diberikan dua dosis dengan jarak enam hingga 12 bulan pada orang yang berisiko terinfeksi virus ini, seperti penyaji makanan (food handlers), mereka yang sering melakukan perjalanan atau bekerja di suatu negara yang mempunyai prevalensi tinggi hepatitis A, homoseksual, pengguna narkoba, penderita penyakit hati, individu yang bekerja dengan hewan primata terinfeksi hepatitis A atau peneliti virus hepatitis A, dan penderita dengan gangguan faktor pembekuan darah.

5 jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah, dalam hal ini masih mendapat subsidi dari pemerintah sehingga biayanya relatif lebih murah
  1. Imunisasi BCG, Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus tubercle bacii yang hidup didalam darah. Itulah mengapa agar memiliki kekebalan aktif, dimasukkan jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG (Bacillus Celmette-Guerin)
  2. Imunisasi Hepatitis B, Imunisasi ini merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya VHB, yaitu virus penyebab penyakit hepatitis B. Hepatitis B dapat menyebabkan sirosis atau pengerutan hati, bahkan lebih buruk lagi mengakibatkan kanker hati.
  3. Imunisasi Polio, Imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio. Penyakit akibat virus ini dapat menyebabkan kelumpuhan.
  4. Imunisasi DTP, Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit difteri, tetanus, dan pentusis, menyingkir jauh dari tubuh si kecil.
  5. Imunisasi Campak, Sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Penyakit ini disebabkan oleh virus Morbili.
lihat artikel selengkapnya - Jenis-jenis Imunisasi
------------------------------

KOTAK PENCARIAN:

blog ini berisi ribuan artikel kesehatan, askep, askeb, KTI, silahkan pakai kolom pencarian berikut: