Related Post

blog ini berisi ribuan artikel kesehatan, askep, askeb, KTI, silahkan pakai kolom pencarian berikut:
Showing posts with label Asuhan Keperawatan Komunitas. Show all posts
Showing posts with label Asuhan Keperawatan Komunitas. Show all posts

Konsep Dasar Keperawatan Keluarga

Konsep Dasar Keperawatan Keluarga


A. Unit Keluarga menjadi Fokus Sentral dari Perawatan

Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanannya pada unit keluarga. Keluarga, bersama dengan individu, kelompok dan komunitas adalah klien atau resipien keperawatan. Secara empiris, kami menyadari bahwa kesehatan para anggota keluarga dan kualitas kesehatan keluarga, mempunyai hubungan yang sangat erat.

Unit dasar ini memiliki pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembangan seorang individu yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya kehidupan individu tersebut. Keluarga memiliki pengaruh yang penting sekali terhadap pembentukan identitas seorang individu dan perasaan harga diri. Prioritas tertinggi keluarga biasanya adalah kesejahteraan anggota keluarganya.

Minuchin (1977), seorang ahli terapi keluarga ternama, membuat ringkasan dengan begitu indah tentang peran ganda yang dimainkan oleh keluarga:

Keluarga merupakan matriks dari perasaan beridentitas dari anggota-anggotanya, merasa memiliki dan berbeda. Tugas utamanya adalah memelihara pertumbuhan psikososial anggota-anggotanya dan kesejahteraan selama hidupnya secara umum…. Keluarga juga membentuk unit sosial yang paling kecil yang mentransmisikan tuntutan-tuntutan dan nilai-nilai dari suatu masyarakat dan dengan demikian melestarikannya. Keluarga harus beradaptasi dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat sementara keluarga juga membantu perkembangan dan pertumbuhan anggota sementara itu semua tetap menjaga kontinuitas secara cukup untuk memenuhi fungsinya sebagai kelompok referensi dari individu (Friedman, 1998)


Beberapa alasan mengapa unit keluarga harus menjadi fokus sentral dari perawatan :

1. Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan keluarganya, bahwa peran dari keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga secara individu, mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi. Mengkaji/menilai dan memberikan perawatan kesehatan merupakan hal yang penting dalam membantu setiap anggota kelompok untuk mencapai suatu keadaan sehat (wellness) hingga tingkat optimum.
2. Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan perawatan diri (self-care), pendidikan kesehatan dan konseling keluarga serta upaya-upaya yang berarti yang dapat mengurangi risiko yang diciptakan oleh pola hidup dan bahaya dari lingkungan. Tujuannya adalah mengangkat derajat kesehatan keluarga secara menyeluruh, yang mana secara tidak langsung mengangkat derajat kesehatan dari setiap anggota keluarga.
3. Mengingat keluarga merupakan sistem pendukung yang vital bagi individu-individu, sumber dari kebutuhan-kebutuhan ini perlu dinilai dan disatukan ke dalam perencanaan tindakan bagi individu-individu (Friedman, 1998).


B. Definisi-definisi Keluarga

Definisi keluarga sangat bermacam-macam tergantung dari dimensi (sudut pandang) mana seseorang membuat definisi, perbedaan ini dapat terjadi karena dilihat dari dimensi sosial, interaksional, formalitas, tradisional atau yang lainnya.

Definisi yang berorientasi pada formalitas atau legalitas “Keluarga berkumpulnya dua orang atau lebih dan saling berinteraksi yang ada suatu ikatan perkawinan ataupun adopsi”.

Definisi keluarga saat ini harus menggambarkan bentuk-bentuk keluarga yang ada sekarang di masyarakat.

Burgess dkk. (1963) membuat definisi yang berorientasi pada tradisi dan digunakan sebagai referensi secara luas :

1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi.
2. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga sebagai rumah mereka.
3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki dan perempuan, saudara dan saudari.
4. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri (Friedman, 1998).


Whall (1986) dalam analisis konsep tentang keluarga sebagai unit yang perlu dirawat, ia mendefinisikan keluarga sebagai kelompok yang mengidentifikasikan diri dengan anggotanya yang terdiri dari dua individu atau lebih yang asosiasinya dicirikan oleh istilah-istilah khusus, yang boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi yang berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai sebuah keluarga.

Family Service America (1984) mendefinisikan keluarga dalam suatu cara yang komprehensif, yaitu sebagai ”dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan keintiman”.

Dalam menyatukan kedua gagasan sentra dari definisi-definisi diatas, keluarga menunjuk kepada dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Hariyanto, 2005).

Taylor, 1979 memberikan pengertian secara sederhana keluarga dipandang sebagai sebuah sistem sosial, The family is comprised of a network of a continually evolving interpersonal unions (structure). It is linked of bonds of closeness, security, identity, support and sharing (bonding), and is demarcated by genetic heritage, legal sanction, and interpersonal alliance (boundaries). The family is perpetuated to fill individual biologic, economic, psychologic and social needs (function).

Definisi-definisi tambahan tentang keluarga berikut ini mengkonotasikan tipe-tipe keluarga secara umum yang dikemukakan untuk mempermudah pemahaman terhadap literatur tentang keluarga:


* Keluarga inti (konjugal) yaitu keluarga yang menikah, sebagai orang tua atau pemberi nafkah. Keluarga inti terdiri dari suami, istri dan anak-anak kandung mereka, anak adopsi atau keduanya.
* Keluarga orientasi (keluarga asal) yaitu unit keluarga yang didalamnya seseorang dilahirkan.
* Keluarga besar yaitu keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan (oleh darah), yang paling lazim menjadi anggota keluarga orientasi yaitu salah satu teman keluarga inti. Berikut ini termasuk sanak keluarga, kakek/nenek, tante, paman dan sepupu (Hariyanto, 2005).

lihat artikel selengkapnya - Konsep Dasar Keperawatan Keluarga
------------------------------

Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Mengubah Perilaku Masyarakat Menuju Hidup Bersih Dan Sehat

Pdpersi, Jakarta – Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya. Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masayarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah san hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih tertinggal dibandingkan dengan engara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam pembangunan kesehatan.
Reformasi dibidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena yang berpengauh terhadapa pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan pada dinamika kependudukan. Kedua, Temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran. Ketiga, Tantangan global sebagai akibatdari kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan transportasi. Keempat, Perubahan lingkungan.Kelima, Demokratisasi.

Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta semakin maju IPTEK dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit telah menggugurkan paradigma pembangunan kesehatan yang lama yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan
Untuk mencapai taraf kesehatan bagi semua, maka paling sedikit yang harus tercakup dalam pelayanan kesehatan dasar adalah :
1. Pendidikan tentang masalah kesehatan umum, cara pencegahan dan pemberantasannya
2. Peningkatan persediaan pangan dan kecukupan gizi
3. Penyediaan air minum dan sanitasi dasar
4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Imunisasi
6. Pengobatan dan pengadaan obat
Oleh karena pelayanan kesehatan dasar merupakan kunci untuk mencapai derajat kesehtaan yang layak bagi semua, maka perencanaan, pengorganisasian dan penyelenggaraan yang efisien mutlak diperukan disamping harus berdasarkan :
* Perikemanusiaan
* Kesehatan sebagai hak asasi
* Pemberdayaan dan kemandirian masyarakat
* Pengutamaan upaya kesehatan promotif dan upaya kesehatan preventif
* Pelayanan kesehatan perorangan yang sesuai kebutuhan
* Dukungan sumber daya kesehatan
Misi Pembangunan Kesehatan
Dalam mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010, telah ditetapkan misi pembangunan kesehatan (DepKes RI, 1999)
* Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
Untuk dapat terwujudnya Indonesia Sehat 2010, para penanggung jawab program pembangunan harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya. Oleh karena itu seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
* Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan.
* Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak hanya berada ditangan pemerintah, melainkan mengikutsertakan masyarakat dan potensi swasta.
* Memlihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya
Untuk terselenggaranya tugas penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah bersifat promotif dan preventif yang didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif.
Strategi Pembangunan Kesehatan
Strategi pembangunan nasional harus berdasarkan pada kebijakan nasional, mencakup garis besar kegiatan dimana semua sektor yang terlibat untuk mewujudkan kebijaksanaan tersebut. Beberapa hal penting yang harus diterapkan adalah (DepKes RS, 1999)
1. Pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan
Setiap program pembangunan nasional yang diselenggarakan di Indonesia harus memberikan konstribusi positif terhadap kesehatan, yaitu terbentuknya lingkungan sehat dan pembentukan perilaku sehat.
2. Profesionalisme
Untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu dilaksanakan melalui penerapan kemajuan ilmu dan teknologi, serta didukung oleh penerapan nilai-nilai moral dan etika.
3. Desentralisasi
Penyelenggaraan pelbagai upaya kesehatan harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik masing-masing daerah. Disamping itu masalah kesehatan banyak yang bersifat spesifik daerah. Desentralisasi yang pada inti pokoknya adalah pendelegasian wewenang yang lebih besar kepada pemerintah daerah untuk mengatur sistem pemerintah dan rumah tangga sendiri dipandang lebih sesuai untuk pengolahan pembangunan.
Tujuan, Sasaran dan Kebijakan pembangunan Kesehatan
Tujuan pembangunan kesehatan
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidp dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.
Sasaran Pembangunan Kesehatan :
* Kerja sama lintas sektor
* Kemandirian masyarakat dan kemitraan
* Perilaku hidup sehat
* Lingkungan sehat
* Upaya kesehatan
* Manajemen pembangunan kesehatan
* Derajat kesehatan
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, maka ditetapkan Kebijakan umum pembangunan kesehatan (DepKes RI, 2000, Soemantri S, 2001) :
1. Pemantapan kerja sama lintas sektor
2. Peningkatan perilaku, kemandirian dan kemitraan swasta
3. Peningkatan kesehatan lingkungan
4. Peningkatan upaya kesehatan
5. Peningkatan sumber daya kesehatan
6. Peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
7. Peningkatan perlindungan kesehatan masyarakat terhdaap penggunaan sediaan farmasi, makanan dan alat kesehatan yang tidak absah
8. Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi
Program pembangunan kesehatan
Program-program pembangunan kesehatan dikelompokkan dalam pokok-pokok program yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan sektor lain yang memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat. Disusun 7 Program pembangunan kesehatan yaitu (DepKes RI, 1999) :
* Program perilaku dan pemberdayaan masyarakat
* Program lingkungan sehat
* Program upaya kesehatan
* Program pengembangan sumber daya kesehatan
* Program pengawasan obat, makanan dan obat berbahaya
* Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
* Program pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
Untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat yang dinilai penting untuk mendukung keberhasilan program pembangunan nasional ditetapkan 10 pogram unggulan kesehatan(DepKes RI, 1999) :
* Program kebijakan kesehatan, pembiayaan kesehatan dan hukum kesehatan
* Program perbaikan gizi
* Program pencegahan penyakit menular termasuk imunisasi
* Program peningkatan perilaku hidup sehat dan kesehatan mental
* Program lingkungan pemukiman, air dan sehat
* Program kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
* Program keselamatan dan kesehatan kerja
* Program anti tembakau, alkohol dan madat
* Program pengawasan obat, bahan berbahaya, makanan dan minuman
* Program pencegahan kecelakaan, rudapaksa dan keselamatan lalu lintas
Peran tenaga kesehatan masyarakat dalam pembangunan kesehatan
Tenaga kesehatan masyarakat (Kesmas) merupakan bagian dari sumber daya manusia yang sangat penting perannya dalam pembangunan kesehatan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat merupakan upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
Pelayanan promotif, untuk meningkatkan kemandirian dan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan diperlukan program penyuluhan dan pendidikan masyarakat yang berjenjang dan berkesinambungan sehingga dicapai tingkatan kemandirian masyarkat dalam pembangunan kesehatan. Dalam program promotif membutuhkan tenaga-tenaga kesmas yang handal terutama yang mempunyai spesialisasi dalam penyuluhan dan pendidikan.
Pelayanan preventif, untuk menjamin terselenggaranya pelayanan ini diperlukan parar tenaga kesmas yang memahami epidemiologi penyakit, cara-cara dan metode pencegahan serta pengendalian penyakit. Program preventif ini merupakan salah satu lahan bagi tenaga kesmas dalam pembangunan kesehatan. Keterlibatan kesmas dibidang preventif di bidang pengendalian memerlukan penguasaan teknik-teknik lingkungan dan pemberantasan penyakit. Tenaga kesmas juga dapat berperan dibidang kuratif dan rehabilitatif kalau yang bersangkutan mau dan mampu belajar dan meningkatkan kemampuannya dibidang tersebut.
Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Merubah Perilaku Masyarakat Menuju Hidup Bersih Dan Sehat
Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal PHBS/Promosi Higiene merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular yang lain melaui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat luas. Program ini dimulai dengan apa yang diketahui, diinginkan dan dilakukan masyarakat setempat dan mengembangkan program berdasarkan informasi tersebut (Curtis V dkk, 1997; UNICEF, WHO. Bersih, Sehat dan Sejahtera).
Program promosi PHBS harus dilakukan secara profesional oleh individu dan kelompok yang mempunyai kemampuan dan komitmen terhadap kesehatan masyarakat serta memahami tentang lingkungan dan mampu melaksanakan komunikasi, edukasi dan menyampaikan informasi secara tepat dan benar yang sekarang disebut dengan promosi kesehatan. Tenaga kesehatan masyarakat diharapkan mampu mengambil bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS. Tenaga kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal yang cukup untuk dikembangkan dan pada waktunya disumbangkan kepada masyarakat dimana mereka bekerja.
Dalam mewujudkan PHBS secara terencana, tepat berdasarkan situasi daerah maka diperlukan pemahaman dan tahapan sebagai berikut :
Memperkenalkan kepada masyarakat gagasan dan teknik perilaku Program promosi Hygiene Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yang merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit diare melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat secara meluas. Program ini dimulai dari apa yang diketahui, diinginkan, dan dilakukan masyarakat. Perencanaan suatu program promosi hygiene untuk masyarakat dilakukan berdasarkan jawaban atau pertanyaan diatas atau bekerjasama dengan pihak yang terlibat, untuk itu diperlukan pesan-pesan sederhana, positif, menarik yang dirancang untuk dikomunikasikan lewat sarana lokal seperti poster, leaflet.
Mengidentifikasikan perubahan perilaku masyarakat, dalam tahap ini akan dilakukan identifikasi perilaku beresiko melalui pengamatan terstruktur. Sehingga dapat ditentukan cara pendekatan baru terhadap perbaikan hygiene sehingga diharapkan anak-anak terhindar dari lingkungan yang terkontaminasi.
Memotivasi perubahan perilaku masyarakat, langkah-langkah untuk memotivikasi orang untuk mengadopsi perilaku hygiene termasuk ;
* Memilih beberapa perubaha perilaku yang diharapkan dapat diterapkan
* Mencari tahu apa yang dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai perilaku tersebut melalui diskusi terfokus, wawancara dan melalui uji coba perilaku
* Membuat pesan yang tepat sehingga sasaran mau melakukan perubahan perilaku
* Menciptakan sebuah pesan sederhana, positif, menarik berdasarkan apa yang disukai kelompok sasaran
* Merancang paket komunikasi
Merancang program komunikasi, pada tahap ini telah dapat menentukan perubahan perilaku dan menempatkan pesan dengan tepat dengan memadukan semua informasi yang telah dikumpulkan, selanjutnya dikomunikasikan dengan dukungan seperti audio visual (video, film), oral (radio), cetak (poster, leaflet), visual (flip charts).
Sasaran PHBS tidak hanya terbatas tentang hygiene, namun harus lebih komprehensif dan luas, mencakup perubahan lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan sosial-budaya masyarakat sehingga tercipta lingkungan yang berwawasan kesehatan dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan fisik seperti sanitasi dan hygiene perorangan, keluarga dan masyarakat, tersedianya air bersih, lingkungan perumahan, fasilitas mandi, cuci dan kakus (MCK) dan pembuangan sampah serta limbah. Lingkungan biologi adalah flora dan fauna. Lingkungan sosial-budaya seperti pengetahuan, sikap perilaku dan budaya setempat yang berhubungan dengan PHBS.
Perubahan terhadap lingkungan memerlukan intervensi dari tenaga kesehatan terutama Tenaga Kesehatan Masyarakat yang mempunyai kompetensi sehingga terciptanya lingkungan yang kondusif dalam Program Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan menuju masyarakat sejahtera.
Sumber : Media Litbang Kesehatan DepKes RI No.2/Vol.XIII/2003
lihat artikel selengkapnya - Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Mengubah Perilaku Masyarakat Menuju Hidup Bersih Dan Sehat
------------------------------

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

MODEL Community as Partner
Konsep Community as Partner diperkenalkan Anderson dan McFarlane. Model ini merupakan pengembangan dari model Neuman yang menggunakan pendekatan totalitas manusia untuk menggambarkan status kesehatan klien.
Komunitas sebagai klien/partner berarti bahwa kelompok masyarakat tersebut turut berperan serta secara aktif meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya.

PENGKAJIAN
Merupakan upaya untuk mengenal masy. Warga mrp mitra.
Identifikasi faktor (positif & negatif) yg mempengaruhi kes. Masy.
Masy. Satu sistem

pengkajian
Inti komunitas
Sejarah
Demografi
Etnisistas
Nilai & keyakinan
Sub Sistem
Lingkungan
Pelayanan kes. & sosial
Ekonomi
Transportasi & keamanan
Politik pemerintahan
Komunikasi
Pendidikan
rekreasi
Persepsi
Warga masy.
Apa yg mereka anggap kekuatan masy.?
Apa yg mereka anggap masalah masy.?
Analisis data
Suatu studi & pemerikasaan data
Data bisa numerik maupun kualitatif
Langkah :
Kategorisasi
Ringkasan
Pembandingan
Penarikan kesimpulan
Perencanaan
Informasi penting :
Gambaran masalah : tujuan
Etiologi ; program
Tanda gejala ; evaluasi / indikator
STRATEGI INTERVENSI
PENDIDIKAN KESEHATAN

Lewrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh 3 faktor pokok yaitu faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor yang mendukung (enabling factors) dan faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors).
Oleh sebab itu pendidikan kesehatan sebagai faktor usaha intervensi perilaku harus diarahkan kepada ketiga faktor pokok tersebut.


Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan.
Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh kepada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan.
PENGERTIAN
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.



Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat (Green dalam Setiawati, 2008).
Menurut Notoadmodjo (2005) Pendidikan kesehatan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat oleh perawat agar masyarakat tahu, mau dan mampu melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara, mengatasi, dan meningkatkan derajat kesehatannya.
Tujuan pendidikan kesehatan
Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.
Ruang lingkup
Five levels of prevention ;
Health promotion
Specific protection
Early diagnosis and prompt treatment
Disability limitation
rehabilitation
Proses penkes
Input ; latar belakang pendidikan, sosial budaya, kesiapan fisik, kesiapan psikologis.
Proses ; sumberdaya, lingkungan, tujuan, metode, media, alat bantu.
Output ; perilaku baru.
LANGKAH PERENCANAAN
MENENTUKAN PRIORITAS PENGAJARAN
MENETAPKAN TUJUAN BELAJAR
MEMILIH SUBSTANSI / MATERI
MEMILIH STRATEGI / METODE BELAJAR
MEMILIH ALAT BANTU
MEMBUAT RENCANA EVALUASI
MENENTUKAN PRIORITAS
LAKUKAN BERSAMA KLIEN
FUKOS MOTIVASI KLIEN
KEMAMPUAN PERAWAT
KESADARAN AKAN MASALAH
KONSEKUENSI JIKA MASALAH TIDAK DIATASI

MENETAPKAN TUJUAN
TIGA RANAH BELAJAR ; KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR
TUJUAN BELAJAR DINYATAKAN DI ALAM PERILAKU
KOGNITIF ; KLIEN DAPAT MENJELASKAN....
AFEKTIF ; KLIEN DAPAT MENGURAIKAN PERASAAN..
PSIKOMOTOR ; KLIEN DAPAT MENDEMONSTARSIKAN….
TUJUAN BELAJAR DAPAT DI UKUR,SPESIFIK, BATAS WAKTU.

MEMILIH MATERI
ISI DITENTUKAN OLEH TUJUAN
PERAWAT MENINGKATKAN PENGETAHUAN SEBELUMNYA (BUKU, PERAWAT LAIN, DOKTER DLL)
SUMBER YG DIPILIH AKURAT, DISESUAIKAN DENGAN KARAKTERISTIK KLIEN
MEMILIH STRATEGI / METODE
METODE PEMBELAJARAN ADALAH CARA ATAU STRATEGI YG DIGUNAKAN SUPAYA PESAN DENGAN MUDAH DAPAT DIPAHAMI SASARAN
FAKTOR YG MEMPENGARUHI PENENTUAN METODE
PENGAJAR
PESERTA DIDIK
TUJUAN
SITUASI
FASILITAS
JENIS METODE PEMBELAJARAN
ADA DUA JENIS
METODE DIDAKTIF
METODE SOKRATIK
METODE DIDAKTIF
PROSES PEMBELAJARAN SATU ARAH / ONE WAY METHOD
YANG AKTIF ORANG YANG MEMBERIKAN PENDIDIKAN
SASARAN BERSIFAT PASIF, TIDAK DAPAT MENGEMUKAKAN PENDAPAT ATAU MENGAJUKAN PERTANYAAN
YANG TERMASUK METODE INI
LANGSUNG ; CERAMAH
TIDAK LANGSUNG ; POSTER, MEDIA CETAK, ELEKTRONIK

METODE SOKRATIK
METODE DUA ARAH / TWO-WAY TRAFIC METHOD
PESERTA DIDIK DAPAT AKTIF
DIBERIKAN KESEMPATAN UNTUK MENYAMPAIKAN PENDAPAT DAN BERTANYA
YANG TERMASUK METODE INI ; DISKUSI,CURAH PENDAPAT, BERMAIN PERAN,DEMONSTRASI,SEMINAR,STUDI KASUS,LATIHAN LAPANGAN.
MEMILIH ALAT BANTU BELAJAR
ADALAH ALAT-ALAT YG DIGUNAKAN OLEH PENDIDIK DALAM MENYAMPAIKAN BAHAN PENGAJARAN
BIASA DISEBUT JUGA “ALAT PERAGA”
PRINSIP SEMAKIN BANYAK ALAT INDERA DIGUNAKAN DALAM PROSES BELAJAR SEMAKIN BANYAK PENGETAHUAN YANG DIPEROLEH
KERUCUT EDGAR DALE
KATA-KATA
TULISAN
REKAMAN,RADIO
FILM
TELEVISI
PAMERAN
KUNJUNGAN LAPANGAN
DEMONSTRASI
SANDIWARA
BENDA TIRUAN
BENDA ASLI
MANFAAT ALAT PERAGA
MENIMBULKAAN MINAT PESERTA
DAPAT MENCAPAI SASARAN LEBIH BANYAK
MENGATASI HAMBATAN BAHASA
MERANGSANG SASARAN UNTUK MENERUSKAN PESAN KE ORANG LAIN
MEMPERMUDAH PENYAMPAIAN BAHAN PENDIDIKAN
MEMPERMUDAH PENERIMAAN INFORMASI

MENDORONG KEINGINAN ORANG UNTUK MENGETAHUI, MENDALAMI
MEMBANTU MENEGAKKAN PENGERTIAN YANG DIPEROLEH
MENGURANGI KEJENUHAN
LEBIH MELIHAT LEBIH NYATA INTI MATERI SEHINGGA LEBIH M UDAH UNTUK DICERNA
LEVIE & LENTZ (MANFAAT ALAT PERAGA)
FUNGSI ATENSI : MENARIK PERHATIAN PESERTA DIDIK
FUNGSI AFEKTIF ; MEMPENAGRUHI SIKAP DAN EMOSI PESERTA DIDIK
FUNGSI KOGNITIF ; MEMPERMUDAH PROSES PIKIR AKAN INFORMASI
FUNGSI KOMPENSATORI ; PELENGKAP DALAM PEMBERIAN INFORMASI
JENIS ALAT PERAGA
ALAT BANTU PANDANG (VISUAL AIDS)
ALAN BANTU DENGAR (AUDIO AIDS)
ALAT BANTU PANDANG-DENGAR (AUDIO VISUAL AIDS /AVA)
NANA SUDJANA (1991) KRITERIA PENGGUAAN MEDIA
SESUAI DENGAN TUJUAN PEMBELAJARAN
MENDUKUNG BAHAN PELAJAAN YANG DISAMPAIKAN
MUDAH DIPEROLEH
PENGGUNA MENGUASAI MEDIA
TIDAK MENYITA WAKTU
TERJANGKAU PROSES PIKIR PESERTA DIDIK

PERSUASI
SUATU KEMAUAN YD DISADARI DR SEORANG KOMUNIKATOR MLL MANIPULASI MOTIF DARI KOMUNIKAN AGAR KOMUNIKAN DPT BERUBAH PIKIRAN & TINDAKAN SEBAGAIMANA YG DIKEHENDAKI OLEH SUMBER
JENIS PERSUASI
REPETISI
MENYEBUTKAN PESAN BERULANG-ULANG KALI AGAR AUDIENS MENGANGGAP PESAN ITU PENTING SHG MUDAH DIINGAT
“ SEKALILAGI CUCI TANGAN, CUCI TANGAN, CUCI TANGAN SBLM MAKAN !”
ASOSIASI
UNTUK MENGUNGKAPKAN SUATU PESAN SCR “TDK LANGSUNG” SHG PESAN TSB DPT DIPAHAMI JIKA DIHUB. DG SESUATU.
“INGAT, KASUS 100 ORG ANAK SD YG HARUS DIRAWAT DI RS GARA-GARA JAJAN SEMBARANGAN”
JGN JAJAN SEMBARANGAN
KOMPOSISI
MENGUNGKAPKAN PESAN MLL KOMPOSISI BAHASA, BIAS VOKAL ATAU VISUAL
IKLAN DANCOW “ AKU DAN KAU SUKA DANCOW”
ATAU ORG LBH INGAT KATA YG SALAH “ TERMOSES ; TERMOREX”
OMISI
MENYAMPAIKAN PESAN KRITIS DG MENUTUPI KEKURANGAN/KELEMAHAN.
= EUFEMISME ; MENGHALUSKAN SUATU PERNYATAAN SHG ORG TDK TERSINGGUNG
“IBU-IBU INGAT YA, WAKTU MASAK PAKAI GARAM BERYODIUM UNTUK MENCEGAH GONDOK”
DIVERSI
MENYATAKAN KEBURUKAN KITA ATAU MENYATAKAN KEBAIKAN ORANG
“ KEBIASAAN BURUK WARGA KITA DI SINI SUKA…….., COBA LIHAT WARGA…
……….
KONFUSI
MENYATAKAN SESUATU DENGAN JARGON, KONTRADIKTIF, BAHKAN DENGAN LOGIKA YG SALAH
“ANAK SEHAT-REMAJA SEHAT-BANGSA SEHAT” … JARGON
“KALAU MAU ANAK DEMAM BERDARAH DAN MATI DI UGD MAKA BIARKAN DIA BERMAIN DENGAN KALENG-KALENG KOSONG YG ADA DI HALAMAN RUMAH”
KEMITRAAN DALAM KESEHATAN MASYARAKAT

Untuk merealisasikan visi & misi, tdk mungkin hanya dibebankan pada sektor kesehatan saja.
Masalah kes, mrp dampak dari semua sektor pembangunan
Pertimbangan lain masalah kes. Sesuatu yg kompleks yg dipengaruhi banyak faktor.
o/ki masalah kes. Adl tanggung jawab bersama setiap individu, masy., pemerintah dan pihak swasta.

Pemerintah / DEPKES tetap sektor yg paling bertanggung jawab (leading sector), namun dalam implementasi progran, kebijakan bersama sektor lain.
Sektor kesehatan pemrakarsa dalam menjalin kerjasama atau kemitraan (partnership) dg sektor terkait.
PENGERTIAN
Kemitraan adl hub. (kerjasama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan, dan saling menuntungkan (memberi manfaat).
Kemitraan adl upaya untuk melibatkan berbagai sektor, kelompok masy., lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dlm mencapai suatu tujuan bersama berdasrkan atas kesepakatan prinsip dan peranan masing-masing.

Kemitraan dibid. Kes. Adl kemitraaan yg dikembangkan dlm rangka pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

UNSUR KEMITRAAN
SYARAT KEMITRAAN
Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan
Saling mempercayai dan saling mnghormati
Harus saling menyadari pentingnya arti kemitraan
Ada kesepakatan visi,misi, tujuan, dan nilai yg sama
Berpijak pada landasan yg sama
Kesediaan untuk berkorban
LANDASAN KEMITRAAN
7 SALING ;
SALING MEMAHAMI KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI MASING-MASING (STRUCTURE)
SALING MEMAHAMI KEMAMP. MASING-MASING ANGGOTA (CAPACITY)
SALING MENGHUBUNGI (LINKAGE)
SALING MENDEKATI (PROXIMITY) ; KEKELUARGAAN & PERTEMANAN (FREINDSHIP)
Landasan…….
SALING TERBUKA DAN BERSEDIA MEMBANTU (OPENES)
SALING MENDORONG DAN SALING MENDUKUNG (SYNERGY)
SALING MENGHARGAI (REWARD)
TUJUAN KEMITRAAN
TUJUAN UMUM ;
Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kes. Dan upaya pembangunan pada umumnya.
TUJUAN KHUSUS
Meningkatkan koordinasi untuk memenuhi peran masing-masing dlm pembangunan kes.
Meningkatkan komunikasi antar sektoral.
Meningkatkan kemamp. Bersama dlm menanggulangi masalah kes.
Meningkatkan apa yg menjadi komitmen bersama
Tercapainya upaya kes. Yg efisien dan efektif.
LANGKAH-LANGKAH KEMITRAAN
Penjajakan/ persiapan ; identifikasi mitra yg potensial untuk diajak bermitra dlm rangka pemecahan amsalah yg dihadapi bersama
Penyamaan persepsi ; pertemuan awal, agar masing-masing memahami kedudukan, tugas, peran dan fungsi
Pengaturan peran ; peran berbeda, pengaturan peran dibicarakan bersama, ada kesepakatan tertulis scr jelas

Komunikasi intensif ; untuk menjalin dan mengetahui perkemb. Program perlu komunikasi teratur dan terjadual, apabila ada masalah pt dilakukan penanganan scr cepat dan tepat.
Melaksanakan kegiatan ; kegiatan yg disepakati dilaksanakan sesuai rencana kerja.
Pemantauan dan penilaian ; evaluasi pelaksanaan upaya penanggulangan masalah kes.
PELAKU KEMITRAAN
UNSUR PEMERINTAHAN
UNSUR SWASTA
UNSUR ORGANISASI NON PEMERINTAHAN (NGO)
SWADAYA MASYARAKAT / ORMAS
ORGANISASI PROFESI
WHO (2000)
Policy-makers
Health managers
Health professionals
Academic institutions
Communities institutions
PILAR KEMITRAAN
mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan
3 tahap yaitu ; tahap pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri, tahap kedua kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah dan yang tahap ketiga adalah membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor. lintas bidang dan lintas organisasi
INDIKATOR KEBERHASILAN
INPUT
BANYAKNYA MITRA YG TERLIBAT
SUMBER DAYA YG TERSEDIA
PROSES
PERTEMUAN-PERTEMUAN / LOKAKARYA
KESEPAKATAN BESAMA
KONTRIBUSI MITRA
FREKUENSI PERTEMUAN
JUMLAH KEGIATAN
KEBERLANGSUNGAN

Indikator…..
OUTPUT ;
TERBENTUKNYA JARINGAN KERJA
TERSUSUN PROGRAM DAN PELAKSANAAN KEGIATAN BERSAMA
PERCEPATAN UPAYA
EFEKTIFITAS
EFISIENSI
HASIL ;
MEMBAIKNYA INDIKATOR DERAJAT KESEHATAN
PERAN PERAWAT DLM KEMITRAAN BID. KESEHATAN
INITIATOR ; MEMPRAKARSAI KEMITRAAN
MOTOR / DINAMISATOR ; SEBAGAI PENGGERAK KEMITRAAN MLL PERTEMUAN, KEGIATAN BERSAMA DLL
ANGGOTA AKTIF ; BERPERAN SBG ANGGOTA KEMITRAAN YG AKTIF
Peran…..
PESERTA KREATIF ; MEMBERI MASUKAN, IDE, PENDAPAT.
FASILITATOR ; MEMFASILITASI, MEMBERI KEMUDAHAN SHG KEMITRAAN DPT BERJALAN LANCAR
PEMASOK INPUT TEKNIS ; MEMBERI MASUKAN PROGRAM KESEHATAN
DUKUNGAN SUMBER DAYA ;SSI KEAD., MASALAH DAN POTENSI YG ADA
http://askep-askeb.cz.cc/
lihat artikel selengkapnya - ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
------------------------------

PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT


PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT
LATAR BELAKANG
Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini cukup kompleks, karena upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 diketahui penyebab kematian di Indonesia untuk semua umur, telah terjadi pergeseran dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, yaitu penyebab kematian pada untuk usia > 5 tahun, penyebab kematian yang terbanyak adalah stroke, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Hasil Riskesdas 2007 juga menggambarkan hubungan penyakit degeneratif seperti sindroma metabolik, stroke, hipertensi, obesitas dan penyakit jantung dengan status sosial ekonomi masyarakat (pendidikan, kemiskinan, dan lain-lain). Prevalensi gizi buruk yang berada di atas rata-rata nasional (5,4%) ditemukan pada 21 provinsi dan 216 kabupaten/kota. Sedangkan berdasarkan gabungan hasil pengukuran gizi buruk dan gizi kurang Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa sebanyak 19 provinsi mempunyai prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di atas prevalensi nasional sebesar 18,4%. Namun demikian, target rencana pembangunan jangka menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi yang diproyeksikan sebesar 20%, dan target Millenium Development Goals sebesar 18,5% pada 2015, telah dapat dicapai pada 2007.1
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu terus ditingkatkan upaya-upaya untuk memperluas jangkauan dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu pelayanan yang baik, berkelanjutan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama keluarga miskin rawan kesehatan/risiko tinggi. Upaya pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat melalui upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Salah satu upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan oleh Puskesmas Harapan Raya adalah program Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas). Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 128/Menkes/SK/II/Tahun 2004 tentang kebijakan dasar Puskesmas, upaya perawatan kesehatan masyarakat merupakan upaya program pengembangan yang kegiatannya terintegrasi dalam upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan.2,3
Perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh Puskesmas. Perkesmas dilakukan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan dasar. Pelaksanaan Perkesmas bertujuan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi, sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal. Untuk mengupayakan terbinanya kesehatan masyarakat, maka diharapkan 40 % keluarga rawan kesehatan memperoleh kunjungan rumah dan pembinaan kesehatan oleh tenaga kesehatan melalui kegiatan perkesmas.2
Sasaran perawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan akibat faktor ketidaktahuan, ketidakmauan maupun ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. Prioritas sasaran adalah yang mempunyai masalah kesehatan terkait dengan masalah kesehatan prioritas daerah yaitu belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan atau sudah memanfaatkan tetapi memerlukan tindak lanjut. Fokus utama pada keluarga rawan kesehatan yaitu keluarga miskin yang rentan dan keluarga yang termasuk resiko tinggi.4 Keluarga yang tidak mendapat pelayanan perkesmas merupakan beban sosial dan ekonomi serta dapat berdampak buruk terhadap masyarakat lainnya. Pemerintah memiliki tanggung jawab melindungi kesehatan masyarakat dan memberikan akses ke pelayanan kesehatan terutama bagi keluarga yang memiliki hambatan untuk mencapai pusat-pusat pelayanan kesehatan. Penduduk rawan ini telah menjadi salah satu bagian sasaran program Perkesmas di Puskesmas.5
Berdasarkan penelitian Septino (2007) diketahui beberapa masalah Perkesmas yang dihadapi pada Puskesmas-Puskesmas di Indonesia antara lain laporan yang tidak sesuai dari Puskesmas, Puskesmas yang tidak membuat rencana tahunan dan jumlah sasaran tidak dilakukan pendataan. Tentang masalah dana, Dinas Kesehatan memberikan dana secara block grand ke Puskesmas berdasarkan usulan kegiatan yang mereka buat. Selanjutnya, tentang sarana dan prasarana seperti Public Health Nursing (PHN) kit, obat, buku pedoman dan formulir laporan sudah tersedia, tetapi pencapaiannya masih rendah.4
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan program Perkesmas dan upaya peningkatan kinerja Perkesmas yang dilaksanakan di Puskesmas Mantrijeron kota Yogyakarta didapatkan bahwa (1) 18,2% petugas memiliki kemampuan kurang, (2) 27,3 % petugas memiliki motivasi kurang, (3) tidak ada petugas yang tidak patuh, (4) 27,3 % petugas tidak melakukan perencanaan dengan baik, (5) 36,4 % petugas kurang baik dalam penggerakan pelaksanaan Perkesmas, (6) 18,2 % petugas kurang baik dalam pengawasan, pengendalian dan penilaian Perkesmas.6

2.1 Definisi Perkesmas

Perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) adalah perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyuluh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya masyarakat.6
Menurut WHO Perkesmas merupakan lapangan perawatan khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyrakat secara keseluruhan.7
2.2 Tujuan Perkesmas
Dalam pelaksanaan kegiatan Perkesmas tujuan yang diharapkan adalah meningkatnya kemandirian individu, keluarga, kelompok/masyarakat (rawan kesehatan) untuk mengatasi masalah kesehatan/keperawatannya sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal.6

2.3 Dasar Hukum Perkesmas
Adapun dasar hukum pelaksanaan Perkesmas yaitu:6
1. UU no 23 th 1992 tentang kesehatan
2. UU no 32/2004 tentang pemerintahan daerah
3. Kepmenkes no 1575 /menkes/sk/xi/2005 tentang organisasi dan tata kerja Departemen Kesehatan Republik Indonesia
4. Kepmenkes no 1239/2001 tentang registrasi dan praktik perawat
5. Kepmenkes no 1457/menkes/sk/ x/ 2003 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota
6. Kepmenkes no 128/menkes/sk/ii/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat
7. Kepmenkes 836/2005 tentang pengembangan manajemen kinerja perawatan/bidan
8. Kepmenkes no 279/2006 tentang pedoman upaya penyelenggaraan Perkesmas di Puskesmas

2.4 Sasaran Perkesmas
Adapun yang menjadi sasaran program Perkesmas ini adalah seluruh masyarakat yang dapat terbagi menjadi:1,6
1. Individu khususnya individu risiko tinggi (risti): menderita penyakit, balita, lanjut usia (lansia), masalah mental/jiwa.
2. Keluarga khususnya ibu hamil (bumil), lansia, menderita penyakit, masalah mental/jiwa.
3. Kelompok/masyarakat berisiko tinggi, termasuk daerah kumuh, terisolasi, konflik, tidak terjangkau pelayanan kesehatan.
Fokus sasaran Perkesmas adalah keluarga rawan kesehatan dengan prioritasnya adalah keluarga rentan terhadap masalah kesehatan (Gakin), keluarga risiko tinggi (anggota keluarga bumil, balita, lansia, menderita penyakit).

2.5 Bentuk Kegiatan Perkesmas
Adapun bentuk kegiatan Perkesmas antara lain:6
1. Asuhan keperawatan pasien (prioritas) kontak Puskesmas yang berada di poliklinik Puskesmas, Puskesmas pembantu (pustu), Puskesmas keliling (pusling), posyandu, pos kes desa.
a. Pengkajian keperawatan pasien sebagai deteksi dini (sasaran prioritas)
b. Penyuluhan kesehatan
c. Tindakan Keperawatan (direct care)
d. Konseling keperawatan
e. Pengobatan (sesuai kewenangan)
f. Rujukan pasien/masalah kesehatan
g. Dokumentasi keperawatan
2. Kunjugan rumah oleh perawat (home visit/home care) terencana, bertujuan untuk pembinaan keluarga rawan kesehatan.
Home visit adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif bertujuan memandirikan pasien dan keluarganya, pelayanan kesehatan diberikan di tempat tinggal pasien dengan melibatkan pasien dan keluarganya sebagai subyek yang ikut berpartisipasi merencanakan kegiatan pelayanan, pelayanan dikelola oleh suatu unit/sarana/institusi baik aspek administrasi maupun aspek pelayanan dengan mengkoordinir berbagai kategori tenaga profesional dibantu tenaga non profesional, di bidang kesehatan maupun non kesehatan.7
Ruang Lingkup home visit yaitu memberi asuhan keperawatan secara komprehensif, melakukan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarganya, mengembangkan pemberdayaan pasien dan keluarga.7
Mekanisme pelayanan home visit:7
a. Proses penerimaan kasus.
- Home visit menerima pasien dari tiap poliklinik di Puskesmas
- Koordinator program Perkesmas menunjuk perawat pelaksana Perkesmas untuk mengelola kasus
- Perawat pelaksana Perkesmas membuat surat perjanjian dan proses pengelolaan kasus
b. Proses pelayanan home visit:
- Persiapan terdiri dari memastikan identitas pasien, bawa denah/petunjuk tempat tinggal pasien, lengkap kartu identitas unit tempat kerja, memastikan perlengkapan pasien untuk di rumah, menyiapkan file asuhan keperawatan, menyiapkan alat bantu media untuk pendidikan
- Pelaksanaan terdiri dari perkenalan diri dan jelaskan tujuan, observasi lingkungan yang berkaitan dengan keamanan perawat, lengkapi data hasil pengkajian dasar pasien, membuat rencana pelayanan, lakukan perawatan langsung, diskusikan kebutuhan rujukan, kolaborasi, konsultasi dll, diskusikan rencana kunjungan selanjutnya dan aktifitas yang akan dilakukan, dokumentasikan kegiatan.
- Monitoring dan evaluasi antara lain keakuratan dan kelengkapan pengkajian awal, kesesuaian perencanaan dan ketepatan tindakan, efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tindakan oleh pelaksana.
- Proses penghentian pelayanan home visit, dengan kriteria : tercapai sesuai tujuan, kondisi pasien stabil, program rehabilitasi tercapai secara maksimal, keluarga sudah mampu melakukan perawatan pasien, pasien di rujuk, pasien menolak pelayanan lanjutan, pasien meninggal dunia.
- Pembiayaan home visit terdiri dari
a. Prinsip penentuan tarip antara lain pemerintah/masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara kesehatan, disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan keadaan sosial ekonomi, mempertimbangkan masyarakat bepenghasilan rendah/asas gotong royong, pembayaran dengan asuransi ditetapkan atas dasar saling membantu, mencakup seluruh unsur pelayanan secara proporsional
b. Jenis pelayanan yang kena tarip antara lain jasa pelayanan tenaga kesehatan, imbalan atas pemakaian sarana kesehatan yang digunakan langsung oleh pasien, dana transportasi untuk kunjungan pasien
3. Kunjungan perawat ke kelompok prioritas terencana (posyandu usila, posyandu balita, panti asuhan dan lain-lain)
a. Pengkajian keperawatan individu di kelompok
b. Pendidikan/penyuluhan kesehatan di kelompok
c. Pengobatan (sesuai kewenangan)
d. Rujukan pasien/masalah kesehatan
e. Dokumentasi keperawatan
4. Asuhan keperawatan pasien di ruang rawat inap Puskesmas
a. Pengkajian keperawatan individu
b. Tindakan keperawatan langsung (direct care) dan tidak langsung (lingkungan)
c. Pendidikan/penyuluhan kesehatan
d. Pencegahan infeksi di ruangan
e. Pengobatan (sesuai kewenangan)
f. Penanggulangan kasus gawat darurat
g. Rujukan pasien/masalah kesehatan
h. Dokumentasi keperawatan
i.
2.6 Pelaksana Kegiatan Perkesmas
Perawat koordinator Perkesmas di Puskesmas harus mempunyai kualifikasi yaitu minimal D3 Keperawatan dan pernah mengikuti pelatihan/sertifikasi Perkesmas serta memiliki pengalaman kerja di Puskesmas yang mempunyai tugas sebagai berikut:6,8
a. Pertemuan dengan perawat pelaksana Perkesmas/penanggung jawab daerah binaan (darbin) untuk mengidentifikasi masalah prioritas dengan data epidemiologi, merencanakan kegiatan Perkesmas, memfasilitasi pembahasan masalah dalam Refleksi Diskusi Kasus (RDK), membahas masalah keuangan.
b. Kunjungan lapangan untuk melakukan bimbingan pada perawat pelaksana
c. Penyusunan laporan yang disusun berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan Perkesmas yang merupakan bahan pertanggung jawaban kepada Kepala Puskesmas



Sertifikasi bagi perawat Perkesmas yaitu:
a. Pelatihan Perkesmas
b. Pelatihan Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis (PMKK) untuk perawat koordinator
c. Pelatihan gadar (basic)
d. Pelatihan HIV/AIDS
e. Pelatihan Keperawatan Kesehatan jiwa Masyarakat (basic)
f. Pelatihan-pelatihan lainnya (program ISPA, PHBS, gizi, flu burung,dll)

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perkesmas di wilayah kerja Puskesmas6

2.7 Indikator keberhasilan Perkesmas
Indikator keberhasilan kinerja Perkesmas terdiri dari:6
a. Indikator kinerja klinik
Ada 4 indikator dalam menilai keberhasilan kinerja klinik Perkesmas yaitu:
1. Indikator input
- Persentasi perawat koordinator (D3 Keperawatan)
- Persentasi perawat terlatih keperawatan kesehatan komunitas
- Persentasi Penanggung jawab daerah binaan/desa punya PHN kit
- Persentasi Puskesmas memiliki pedoman/standar
- Tersedia dana operasional untuk pembinaan
- Tersedia standar/pedoman/SOP pelaksanaan kegiatan
- Tersedia dukungan administrasi (buku register, family folder, formulir laporan, dll)
2. Indikator proses
- Persentasi keluarga rawan mempunyai family folder
- Maping (peta) sasaran Perkemas
- Rencana kegiatan Perkesmas (POA)
- Bukti Pembagian tugas perawat
- Ada kegiatan koordinasi dengan petugas kesehatan lain
- Catatan keperawatan
- Kegiatan Refleksi Diskusi Kasus
- Hasil pemantauan dan evaluasi
3. Indikator output (key indicator)
- Persentasi keluarga rawan dibina
- Persentasi keluarga selesai dibina
- Persentasi penderita (prioritas SPM) dilakukan tindak lanjut keperawatan (follow up care)
- Persentasi kelompok dibina
- Persentasi daerah binaan di suatu wilayah
4. Indikator hasil (Outcome) yang ingin dicapai adalah terbentuknya keluarga mandiri dalam memenuhi kesehatannya/mengatasi masalah kesehatannya yang terdiri dari 4 tingkatan keluarga mandiri (KM), masing-masingnya mempunyai kriteria-kriteria sebagai berikut:



Tabel 2.1 Kriteria Keluarga Mandiri
Perilaku KM 1 KM II KM III KM IV

No
Perilaku
KM 1
KM 2
KM3
KM 4
1
Menerima petugas Puskesmas + + + +

+
+
+
+
2
Menerima yankes sesuai rencana + + + +

+
+
+
+
3
Menyatakan masalah secara benar + + +

+
+
+

4
Memanfaatkan sarana kesehatan sesuai anjuran + + +

+
+
+

5
Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran + + +

+
+
+

6
Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif + +

+
+


7
Melaksanakan tindakan promotif secara aktif +
+





b. Indikator kinerja fungsional
Indikator kinerja fungsional yaitu indikator kinerja perawat Puskesmas untuk mengukur pencapaian angka kredit jabatan fungsionalnya yaitu jumlah angka kredit yang dicapai sama dengan jumlah kegiatan perawat dalam mencapai indikator klinik (output) nya.

2.8 Pemantauan dan Penilaian Perkesmas
Pemantauan dilaksanakan secara periodik setiap bulan oleh kepala Puskesmas dan Perawat koordinator Perkesmas. Hasil pemantauan terhadap pencapaian indikator kinerja menjadi masukan untuk perbaikan dan peningkatan kinerja perawat berikutnya, peningkatan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan. Sedangkan penilaian dilaksanakan minimal setiap akhir tahun dan hasilnya digunakan untuk masukan dalam penyusunan perencanaan kegiatan Perkesmas pada tahun berikutnya. Untuk memudahkan pemantauan dan penilaian kinerja Perkesmas maka dilakukan penyajian hasil dengan menggunakan tabel, grafik balok/garis atau grafik Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Penilaian dilakukan setahun sekali meliputi semua aspek baik input, output, outcome sebagai masukan penyusunan rencana kegiatan Perkesmas tahun berikutnya. Untuk memudahkan pemantauan dan penilaian kinerja Perkesmas maka dilakukan penyajian hasil dengan menggunakan tabel, grafik balok/garis atau grafik Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Penilaian dilakukan setahun sekali meliputi semua aspek baik input, output, outcome sebagai masukan penyusunan rencana kegiatan Perkesmas tahun berikutnya.
A. Identifikasi Masalah.
Menurunya derajat kesehatan masyarakat dalam rangka kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas} diakibatkan oleh meningkatnya angka kesakitan pada keluarga sasaran khususnya keluarga rawan, keluarga yang rentan terhadap masalah kesehatan. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor, antara lain :
1. Meningkatnya suatu penyakit di masyarakat.
2. Kurangnya kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat oleh petugas.
3. Kurang akuratnya data yang tersedia
4. Lingkungan yang tidak sehat dan bersih.
Selanjutnya dapat diidentifikasi masalah yang berhubungan langsung dengan masalah utama tersebut di atas adalah kurangnya kegiatan Perawatan Kesehatan Masyarakat oleh petugas yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Kurangnya kerjasama lintas program terkait.
2. Kurangnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
3. Kurangnya kemampuan/keterampilan petugas (bidan dan pada perawat)
4. Kurangnya motivasi petugas.
B. Sasaran.
Dengan adanya identifikasi masalah diatas, maka penulis dapat mengemukakan sasaran yang ingin dicapai dalam rangka menuju pemecahan masalah . Adapun sasaran yang dimaksud adalah seperti di bawah ini.
Terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dalam rangka kegiatan Perkesmas diakibatkan dari tercapainya penurunan angka kesakitan pada keluarga rawan yang rentan terhadap masalah kesehatan. Penurunan angka kesakitan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Tertanggulanginya suatu penyakit di masyarakat
2. Terwujudnya peningkayan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat oleh petugas (bidan dan perawat).
3. Tersedianya keakuratan data.
4. Terwujudnya lingkungan yang sehat dan bersih
Sedangkan yang menyebabkan terwujudnya peningkatan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat oleh petugas adalah :
1. Terwujudnya peningkatan kerjasama lintas program terkait.
Dengan sudah dilaksanakannya pelatihan petugas perawatan kesehatan masyarakat. Petugas dari perogram terkait sudah memahami dan mengerti tentang pelaksanaan dari Program Puskesmas. Bahwa program Puskesmas sangat mendukung untuk program puskesmas lainnya tertutama dalam pencapaian cakupan program Kesehatan Ibu dan Anak dan program Pemberantasan Penyakit menular temasuk Imunisasi.Program KIA dan Imunsasi adalah program primadona. Untuk program KIA dalam hal pencapaian cakupan K.1 dan K.4, sedangkan untuk pelayanan program Imunisasi petugas Puskesmas melakukan pembinaan pada keluarga DO (Drop Out).Dari program Gizi petugas Puskesmas membantu dalam hal pembinaan kelarga yang mempunyai bayi, anak balita, yang berat badannya berada dibawah garis merah (Balita BGM) dan ibu hamil /ibu nifas yang kekuranan enegi sera membantu dalam hal pelaksanaan pemberian makanan tambahan (PMT). Untuk program pemberantasan Penyakit Menular (P2M) petugas Puskesmas membantu memberikan bimbingan serta tindak lanjut untuk kasus-kasus penyakit menular maupun tidak menular.
2. Tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
Dengan terpenuhinya sarana dan prasarana khususnya peralatan medis dan ruangan yang memadai dalam melaksanakan kegiatan akan menimbulkan suasana yang nyaman dan leluasa sehingga dapat membuat jiwa kita menjadi tenang. Adanya peralatan medis khusus untuk kegiatan program Puskesmas yang dipunyai oleh masing-masing petugas (bidan dan perawat) akam memudahkan kegiatan Puskesmas di masyarakat. Dan program perawatan kesehatan masyarakat bisa berjalan dengan lancar.
3. Terwujudnya peningkatan kemampuan/keterampilan petugas (bidan dan perawat).
Seperti sudah diuraikan pada bab terdahulu bahwa kendala/hambatan yang ditemui dalam upaya peningkatan pelaksanaan kegiatan Perkesmas adalah faktor manusia sebagai pelaksana yang mempunyai kelemahan, yaitu kurangnya kemampuan/keterampilan petugas untuk melaksanakan tugas keperawatan.
Sebagai pendukung kelancaran dan kemudahan dalam melaksanakan kegiatan Perkesmas bagi petugas bagi petugas khususnya perawat, bidan dan bidan-bidan didesa perlu adanya pelatihan, pembinaan yang terus menerus oleh atasan langsung atau dari pihak yang berkepentingan, melaksanakan petunjuk teknis pelajaran.
Dengan adanya usaha tersebut diatas diharapkan akan meningkatkan kemampuan/keterampilan bagi petugas Perkesmas, sehingga kegiatan perkesmas dapat dilaksanakan secara optimal dan pada akhirnya akan terjadi peningkatan, baik disegi pelayanan terhadap masyarakat maupun disegi pelayanan terhadap masyarakat maupun disegi pencapaian cakupan/hasil kegiatan.
4. Terwujudnya motivasi kerja petugas.
Terwujudnya motivasi kerja dalam melaksanakan kegiatan Perkesmas tidak lepas dari kemampuan/keterampilan petugas serta tersedianya sarana dan prasarana pendukung. Hal ini secara tidak langsung membantu memotivasi petugas untuk melaksanakan tugas dengan baik. Motivasi kerja petugas dilihat dari keaktifan petugas dalam membina desa binaan.
C. Alternatif Pemecahan.
Selanjutnya guna mengidentifikasi pemecahan masalah dan penetuan sasaran yang ingin dicapai, maka perlu dibuat beberapa alternatif sebagai acuan untuk menuju rangkaian pemecahan masalah sehingga terwujudnya peningkatan kemampuan /keterampilan petugas Perkesmas khususnya perawat, bidan, dan bidan-bidan desa melalui kegiatan-kegiatan seperti :
1. Melaksanakan study banding ke Puskesmas teladan.
2. Melaksanakan pelatihan petugas perkesmas.
3. Melaksanakan pembinaan.
4. Melaksanakan pembuatan petunjuk teknis pelajaran.
Dari beberapa kegiatan tersebut diatas kegiatan yang bisa dilaksanakan dan berpengaruh langsung terhadap peningkatan kemampuan/keterampilan petugas Perkesmas yaitu kegiaatan pelatihan bagi perawat, bidan dan bidan-bidan desa selaku pelaksana kegiatan Perkesmas.
Dengan adanya peningkatan kemampuan/keterampilan petugas Perkesmas oleh petugas yang selanjutnya akan memungkinkan tercapainya penurunan angka kesakitan pada keluarga rawan yang rentan terhadap maslah kesehatan dan pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Dengan adanya strategi pemecahan masalah dari sasaran yang diharapkan, dapatlah ditentukan sasaran umum dan sasaran khusus dari rencana kerja yang ingin dicapai. Adapun sasaran umum dan saran khusus yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Sasaran Umum :
Terwujudnya peningkatan kemampuan /keterampilan petugas Perkesmas melalui pelaksanaan pelatihan petugas Perkesmas.
2. Sasaran Khusus :
Terwujudnya peningkatan kemampuan /keterampilan petugas Perawatan Kesehatan Masyarakat (bidan dan perawat) melalui pelaksanaan pelatihan petugas Perkesmas
D. Langkah-Langkah Kegiatan.
Kegiatan yang kiranya diselenggarakan guna mencapai sasaran adalah dengan melaksanakan pelatihan petugas perawatan Kesehatan Masyarakat untuk mewujudkan peningkatan kemampuan/keterampilan bidan perawat.
Kegiatan tersebut diatas pelaksanaannya dapat dibagi menjadi beberapa tahapan kegiatan antara lain :
1. Persiapan yang terdiri dari pembentukan panitia, pencairan dana, pembuatan jadwal, penyiapan perlengkapan serta pemberitahuan peserta pelatihan.
2. Pelaksanaan terdiri dari pembukaan pelatihan, penyajian materi serta penutup.
3. Pengendalian meliputi pemantauan, penilaian serta pelaporan dari semua kegiatan yang dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1993, Jakarta, Petunjuk Pengelolaan Perawatan Kesehatan Masyarakat
Depkes RI, 1996, Jakarta, Pedoman Pemantauan Penilaian Program Perawatan Kesehatan Masyarakat.
lihat artikel selengkapnya - PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT
------------------------------

ASKEP KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

TINJAUAN TEORI TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
PADA AREA LINGKUNGAN KERJA

Pengertian
Pemberian pelayanan kesehatan di bawah pengawasan medis pada orang sakit atau kecelakaan kerja atau orang yang menjadi sakit atau tiba-tiba mengalami kecelakaan kerja ( Departemen Tenaga Kerja AS )

Praktik keperawatan spesialis yang memberi pelayanan kesehatan kepada pekerja atau populasi pekerja yang berfokus pada promosi, proteksi dan perbaikan kesehatan pekerja dalam konteks kesehatan lingkungan kerja ( Asosiasi Perawatan Kesehatan Kerja Amerika )

Spesialisasi ilmu kesehatan beserta praktiknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental ataupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit, gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta faktor-faktor umum. ( Nasrul Effendi )

Tingkat Pencegahan Gangguan Kesehatan dan Kecelakaan Akibat Kerja
1.Peningkatan Kesehatan
Pendidikan kesehatan kepada pekerja
Peningkatan dan perbaikan gizi
Penyediaan perumahan dan lingkungan kerja yang sehat bagi pekerja
Rekreasi bagi pekerja
Pemeriksaan sebelum kerja
2.Perlindungan khusus
Imunisasi
Higiene dan sanitasi lingkungan kerja yang sehat
Pengenalan dan perlindungan diri terhadap bahaya akibat kerja
Perlindungan terhadap faktor karsinogen dan alergi
3.Diagnosa dini dan pengobatan yang tepat
Mencari tenaga kerja terhadap gangguan penyakut tertentu
General ceck up secara teratur
Penyaringan

4.Pencegahan kecacatan
Pengobatan yang adekuat untuk mencegah dan menghentikan proses penyakit
Perawatan yang baik
5.Pemulihan
Latihan dan pendidikan untuk melatih ketrampilan yang ada
Penempatan tenaga cacat secara selektif
Menyediakan tempat kerja yang dilindungi
Terapi kerja di rumah sakit

Upaya-upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
1.Substitusi
2.Ventilasi umum
3.Ventilasi keluar setempat
4.Isolasi
5.Pakaian atau alat pelindung
6.Pemeriksaan sebelum kerja
7.Pemeriksaan kesehatan secara berkala
8.Penerangan yang cukup
9.Pendidikan kesehatan
10.Lingkungan kerja yang sehat

ASUHAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian
Pengkajian status kesehatan pekerja dan kebutuhan pelayanan kesehatan berdasarkan perspektif epidemiologi meliputi berbagai dimensi antara lain :
1.Dimensi Biofisikal
2.Dimensi Psikologi
3.Dimensi Fisik
4.Dimensi Sosial
5.Dimensi Tingkah Laku
6.Dimensi Sistem Kesehatan
Perawat komunitas harus memperhatikan kelima dimensi tersebut karena akan sangat mempengaruhi derajat kesehatan masing-masing individu
1.Dimensi Biofisikal
Faktor biologi manusia yang perlu dikaji pada status kesehatan pekerja termasuk di dalamnya adalah kematangan dan usia, warisan genetik dan fungsi fisiologis
2.Dimensi Psikologis
Pada pengkajian dimensi psikologis perawat komunitas mengidentifikasi masalah psikologi pada lingkungan kerja dan mengkaji faktor yang berkontribusi terhadap masalah psikologinya. Masalah psikologi dapat dimanifestasikan dengan adanya penyalahgunaan obat, kekerasan, gangguan kejiwaan, neurosis, dan kelemahan.
Beberapa indikasi adanya masalah psikologi yang perlu dikaji :
Sering tidak masuk kerja
Perubahan mood, perubahan dalam berhubungan dengan orang lain
Peningkatan insidensi kecelakaan
Kelemahan, kelelahan, penurunan energi
Penurunan atau peningkatan berat badan
Peningkatan tekanan darah
Penyakit yang berhubungan dengan stress (gastritis, ulkus peptikum)
3.Dimensi Fisik
Lingkungan fisik merupakan faktor yang turut mempengaruhi derajat kesehatan dalam lingkungan kerja. Kategori lingkungan fisik yang berisiko menyebabkan gangguan kesehatan seperti :
Bahan kimia
Radiasi, suara, getaran, terpapar panas dan dingin
Aliran listrik, api dan lantai
4.Dimensi Sosial
Lingkungan sosial dalam lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi status kesehatan dapat bersifat positif dan negatif. Yang termasuk lingkungan sosial diantaranya : kualitas interaksi sosial diantara pekerja, nilai terhadap pekerjaan dan kesehatan, ada tidaknya diskriminasi, jenis kelamin atau tekanan lain yang dapat mempengaruhi produktifitas pekerja.
5.Dimensi Tingkah Laku
Faktor gaya hidup yang dipertimbangkan di sini termasuk :
Jenis pekerjaan
Istirahat dan latihan
Penggunaan alat pengaman

Pedoman Pengkajian Kesehatan Lingkungan Kerja
1. Dimensi Biopsikal meliputi :
Umur, jenis kelamin, suku bangsa pekerja
Apakah ada kondisi kecacatan pada populasi pekerja
Berapa angka insidensi dan prevalensi penyakit
Apakah ada faktor predisposisi terjadinya penyakit
Bagaimana tingkat ketidakhadiran
Apa jenis pekerjaannya
Bagaimana status imunisasinya
Bagaimana hasil skrining testnya

2.Dimensi Psikologi
Bagaimana organisasi hari kerjanya
Bagaimana kualitas keindahan lingkungannya
Bagaimana hubungan antar pekerja
Bagaimana hubungan pekerja dengan atasan
Bagaimana nilai dan sikap pekerja
Bagaimana gaya supervisi pimpinan
Bagaimana evaluasi pekerjaan
Bagaimana pembagian kerjanya
Bagaimana kontrol kerjanya
Apakah ada sumber stress dalam lingkungan kerja
Bagaimana tingkat konflik keluarga
Apakah ada program manajemen stress di lingkungan kerja
3.Dimensi Fisik
Bagaimana sistem transportasi pekerja
Bagaimana keamanan area parkir
Bagaimana penggunaan pestisida dan racun dalam lingkungan kerja
Apakah ada polusi dalam lingkungan kerja
Bagaimana sistem pemadam kebakaran
Apakah ada potensi terpapar substansi beracun
Bagaimana tingkat keterpaparan terhadap cuaca
Apakah ada potensi terjadinya jatuh
Apakah ada binatang atau serangga di lingkungan kerja
Apakah ada alargen tumbuhan dan racun di lingkungan kerja
Bagaimana kondisi suhu, penerangan, ventilasi
Bagaimana tingkat kebisingan
Bagaimana pengolahan makanan dan penyimpanannya
Bagaimana fasilitas toiletnya
Bagaimana fasilitas pembuangan limbah dan pengolahan sampah

4.Dimensi Sosial
Bagaimana kondisi ekonomi pekerja
Bagaimana sistem penggajian pekerja
Bagaimana sistem pelayanan kesehatan yang ada
Bagaimana pengorganisasian antar pekerja
Apakah ada potensi terjadi kekerasan di lingkungan kerja
Apakah ada konflik dalam organisasi
Bagaimana latar belakang budaya pekerja
Apakah bahasa yang digunakan
Bagaimana tingkat pendidikan pekerja
5.Dimensi Tingkah laku
Bagaimana pola komunikasi antar pekerja
Bagaimana kualitas pemberian nutrisi
Bagaimana status nutrisi pekerja
Bagaimana pengetahuan tentang nutrisi
Apakah ada kebiasaan konsumsi alkohol, merokok, penggunaan obat
Bagaimana pola aktivitas pekerja
Bagaimana istirahat pekerja
6.Dimensi Sistem Kesehatan
Bagaimana pelayanan kesehatan di lingkungan kerja
Bagaimana kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan
Bagaimana penggunaan fasilitas kesehatan oleh pekerja
Bagaimana tingkah laku pekerja dalam mencari pelayanan kesehatan
Bagaimana kemudahan mendapatkan informasi kesehatan
Bagaimana kontrol dan monitoring terhadap pelayanan kesehatan



Pedoman Pengkajian Kesehatan Lingkungan Kerja

1. Dimensi Biopsikal meliputi :
Umur, jenis kelamin, suku bangsa pekerja
Apakah ada kondisi kecacatan pada populasi pekerja
Berapa angka insidensi dan prevalensi penyakit
Apakah ada faktor predisposisi terjadinya penyakit
Bagaimana tingkat ketidakhadiran
Apa jenis pekerjaannya
Bagaimana status imunisasinya
Bagaimana hasil skrining testnya

2. Dimensi Psikologi
Bagaimana organisasi hari kerjanya
Bagaimana kualitas keindahan lingkungannya
Bagaimana hubungan antar pekerja
Bagaimana hubungan pekerja dengan atasan
Bagaimana nilai dan sikap pekerja
Bagaimana gaya supervisi pimpinan
Bagaimana evaluasi pekerjaan
Bagaimana pembagian kerjanya
Bagaimana kontrol kerjanya
Apakah ada sumber stress dalam lingkungan kerja
Bagaimana tingkat konflik keluarga
Apakah ada program manajemen stress di lingkungan kerja
3.Dimensi Fisik
Bagaimana sistem transportasi pekerja
Bagaimana keamanan area parkir
Bagaimana penggunaan pestisida dan racun dalam lingkungan kerja
Apakah ada polusi dalam lingkungan kerja
Bagaimana sistem pemadam kebakaran
Apakah ada potensi terpapar substansi beracun
Bagaimana tingkat keterpaparan terhadap cuaca
Apakah ada potensi terjadinya jatuh
Apakah ada binatang atau serangga di lingkungan kerja
Apakah ada alargen tumbuhan dan racun di lingkungan kerja
Bagaimana kondisi suhu, penerangan, ventilasi
Bagaimana tingkat kebisingan
Bagaimana pengolahan makanan dan penyimpanannya
Bagaimana fasilitas toiletnya
Bagaimana fasilitas pembuangan limbah dan pengolahan sampah

4.Dimensi Sosial
Bagaimana kondisi ekonomi pekerja
Bagaimana sistem penggajian pekerja
Bagaimana sistem pelayanan kesehatan yang ada
Bagaimana pengorganisasian antar pekerja
Apakah ada potensi terjadi kekerasan di lingkungan kerja
Apakah ada konflik dalam organisasi
Bagaimana latar belakang budaya pekerja
Apakah bahasa yang digunakan
Bagaimana tingkat pendidikan pekerja
5.Dimensi Tingkah laku
Bagaimana pola komunikasi antar pekerja
Bagaimana kualitas pemberian nutrisi
Bagaimana status nutrisi pekerja
Bagaimana pengetahuan tentang nutrisi
Apakah ada kebiasaan konsumsi alkohol, merokok, penggunaan obat
Bagaimana pola aktivitas pekerja
Bagaimana istirahat pekerja

6.Dimensi Sistem Kesehatan
Bagaimana pelayanan kesehatan di lingkungan kerja
Bagaimana kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan
Bagaimana penggunaan fasilitas kesehatan oleh pekerja
Bagaimana tingkah laku pekerja dalam mencari pelayanan kesehatan
Bagaimana kemudahan mendapatkan informasi kesehatan
Bagaimana kontrol dan monitoring terhadap pelayanan kesehatan
lihat artikel selengkapnya - ASKEP KOMUNITAS
------------------------------

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT
COMMUNITY HEALTH NURSING

A. DefenisiWorld Health Organisation (WHO 1959)
Perkesmas : mencakup perawatan kes.klg.meliputi kes.& kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah kes. sendiri serta memecahkan masalah kesehatan sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan kepada orang lain.

- Rapat kerja kep. Kes. Masyarakat (1990)
Perkesmas : su/ bidang kep. yang merupakan perpaduan antara kep. dengan kes. masyarakat, dengan dukungan dan peran serta aktif masyarakat, serta mengutamakan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan pel.kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan pada individu, klg,klp,masyarakat. sebagai satu kesatuan yang utuh melalui proses kep. untuk ikut f.kehidupan man.sec.optimal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya.
- Departemen Kesehatan RI (1986)
Perkesmas : upaya kep. yang merupakan bagian integral dari pel.kes. yang dilaksanakan oleh perawat, dengan mengikut sertakan team kes. lainnya dan masy untuk memperoleh tink.kes. yang dari indiv,klg dan masyarakat
- Ruth B.Freeman (1981)
Perkesmas : kesatuan yang unik dari praktek kep dan kes.masy. yang ditujukan pada pengembangannya maupun secara kolektif sbg klg, klp khusus / masy.pel.ini mencakup pel.kes u/ masy.

B. Tujuan.
1. Tujuan Umum
Dalam kemandirian masy.dalam mengatasi masalah kep.kes masy.u/ mencapai derajat kesehatan yang optimal
2. Tujuan Khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat
b. Dalam kemampuan indiv.klg, klp khusus dan masy. untuk melaksanakan kep.dasar dalam rangka mengatasi mas.kes.
c. Tertanganinya klg rawan yang memerlukan pembinaan dan pel. kep.
d. Terlayaninya klp khusus / panti yang memerlukan pembinaan dan pel.kep
e. Terlayaninya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut dan pel.kep.
f. Terlayaninya kasus-kasus resiko tinggi yang memerlukan pel.kep di puskesmas dan rumah

C. Sasaran perkesmas.
1. Individu
individu : bagian dari anggota klg,apabila indiv tsb memp.masalah kes/kep.krn ketidak mampuan merawat dirinya sendiri oleh sesuatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota klg lainnya, baik secara fisik, mental / sosial.
2. Keluarga.
Keluarga rawan : klg yang rawan terhadap kemungkinan timbulnya mas.kes. dan klg yang memiliki indiv.bermasalah
prioritas pel.perkesmas : klg rawan yang belum memanfaatkan pel .kes.
3. Kelompok Khusus
a. Klp khusus dengan keb.kes. khusus sbg.akibat perkembangan dan pertumbuhannya.ex: bayi baru lahir, anak balita, anak usia sekolah dan usila
b. Klp dengan kes.khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta askep.ex:
- Penderita peny.menular : tbc, lepra, aids dan peny.kelamin
- Penderita peny.menular : dm, jantung coroner, cacat fisik dan g3 mental.
c. Klp yang memp.resiko terserang penyk.ex:wanita tuna susila, klp menyalahgunaan obat dan narkotika
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi
4. Masyarakat.
Masyarakat : Sklp man.yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas.
Prioritas pel.perkesmas pada :
- Masy.didaerah endemis su/peny.ex : endemis malaria, filariasis, dhf, diare dll
- Masy.didaerah dengan keadaan link.kehidupan buruk,ex: didaerah kumuh perkotaan
- Masy.didaerah yang mempunyai masalah kesehatan menonjol dibandingkan dengan daerah sekitarnya, ex : daerah dengan akb.
- Masy.didaerah yang mempunyai kesenjangan pel.kes.lebih tinggi dari daerah sekitarnya ex: anc menurun,imunisasi menurun dll

D. Pelaksanaan Perkesmas.
1. Seluruh tenaga p di puskesmas merupakan pelaksana perawatan kesehatan masyarakat
2. Tenaga kesehatan non kep.terlibat secara aktif dalam bentuk kerjasama tim

E. Ruang Lingkup
Kegiatan yang ditekankan : promotif dan prepentif dan mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif
- Upaya promotif (peningkatan kesehatan)
• penyuluhan kes.masy dan tingkat gizi.
• pemeliharaannya kesehatan perseorangannya dan link
• olahraga secara teratur dan rekreasi
• pend.seks.

- Upaya Preventif (pencegahan)
• imunisasi massal pada anak balita dan ibu hamil
• pemeriksaan kesehatan secara berkala di posyandu, puskesmas, maupun dirumah
• pemberian vit.a dan yodium
• pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
- Upaya Kuratif (merawat dan mengobati)
• home nursing
• perawatan orang sakit
• perawatan ibu hamil, bersalin dan nifas
• perawatan buah dada dan tali pusat bayi
- Upaya Rehabilitatif.(pemulihan kesehatan)
• latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik : penderita kusta, patah tulang dan kelainan bawaan.
• latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu ex:tbc, dengan latihan nafas dan batuk, strok mel.fisioterapi manual.

Resosiatif
Upaya untuk mengembalikan individu, klg dan klp khusus di dalam pergaulan masyarakat, klp yang diasingkan oleh masyarakat.ex : kusta, aids, wts dan wanita tuna wisma.

F. Kegiatan
Memberikan askep langsungØ pada individu, klg,klp khusus baik dirumah, disekolah, posyandu dll.
Ø he. untuk merubah perilaku
Konsultasi dan pemecahan masalah yangØ dihadapi
Bimbingan dan pembinaanØ
Sebagai penghubung antaraØ masyarakat dengan unit pel.kes lainnya
Melaksanakan askep komunitasØ
Ø Melaksanakan koordinasi
Kerjasama lintas program dan lintasØ sektoral dengan instansi terkait
Memberikan ketauladananØ
IkutØ serta dalam penelitian untuk pengembangan perkesmas

Kegiatan perkesmas di puskesmas dpt digolongkan:
1. Keg.didalam gedung puskesmas. seperti rawat jalan, rawat inap
2. Kegiatan diluar gedung puskesmas
a. Pembinaan kesehatan. terhadap sasaran perkesmas dalam wil.kerja puskesmas mel.daerah binaan kep.
b. Pembinaan kesehatan klp.khusus
c. Pembinaan kesehatan pada klg rawan
d. Pel. kep.tindak lanjut dirumah termasuk pembinaan terhadap klg.
e. Pel.kep.terhadap kasus resiko tinggi
lihat artikel selengkapnya - KONSEP PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT
------------------------------

PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS

PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS

Pengertian
- Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatan seoptimal mungkin.
- Proses keperawatan adalah suatu metode ilmiah dalam keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai cara terbaik dalam memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan.
- Proses keperawatan komunitas adalah metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinu, dan berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga serta kelompok atau masyarakat.
Dalam penerapan proses keperawatan terjadi proses alih peran dari tenaga keperawatan kepada klien (sasaran) secara bertahap dan berkelanjutan untuk mencapai kemandirian sasaran dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Proses alih peran tersebut digambarkan sebagai lingkaran dinamis seperti berikut:

Berdasarkan uraian diatas, pelayan keperawatan kesehatan komunitas mempunyai cirri sebagai berikut:
Ø Merupakan perpaduan antara pelayanan keperawatan dengan kesehatan komunitas.
Ø Adanya kesinambungan pelayanan kesehatan (continuity of care)
Ø Focus pelayanan pada upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif).
Ø Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan komunitas kepada klien (individu, keluarga, kelompok, masyarakat) sehingga terjadi kemandirian.
Ø Ada kemitraan perawat kesehatan komunitas dengan masyarakat dalam upaya kemandirian klien.
Ø Memerlukan kerja sama dengan tenaga kesehatan lain dan masyarakat.

Tujuan proses keperawatan
- Agar diperoleh asuhan keperawatan komunitas yang bermutu, efektif dan efisien sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada masyarakat.
- Agar pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas dapat dilakukan secara sistematis, dinamis, berkelanjutan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Sedangkan tujuan dari asuhan keperawatan adalah:
@ Memberi bantuan yang paripurna dan efektif kepada semua orang yang memerlukan pelayanan kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional.
@ Menjami semua bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan klien.
@ Melibatkan klien dalam perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan.
@ Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan.
- Meningkatkan status kesehatan masyarakat. Perawat kesehatan komunitas harus memiliki ketrampilan dasar tentang epidemiologi penelitian, pengajaran, organisasi masyarakat dan hubungan interpersonal yang baik.

Fungsi proses keperawatan komunitas.
- Memberikan pedoman yangsistematis dan ilmiah bagi tenaga kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
- Agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya.
- Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
- Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan permasalahan atau kebutuhannya, sehngga mendapat pelayanan yang cepat agar memepercepat proses penyembuhan.

Langkah – langkah proses keperawatan
1. Pengkajian.
2. Diagnosa keperawatan.
3. Perencanaan.
4. Pelaksanaan.
5. Evaluasi atau penilaian.

Pengkajian
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk mengenal komunitas. Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah mengidentifikasi factor positis dan negative yang berbenturan dengan masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan tujuan merancang strategi promosi kesehatan.
Pada tahap pengkajian ini perlu didahului dengan sosialisasi program perawatan kesehatan komunitas serta program apa saja yang akan dikerjakan bersama – sama dalam komunitas tersebut. Sasaran dari sosialisasi ini adalah tokoh masyarakat baik formal maupun non formal, kader masyarakat, serta perwakilan dari tiap elemen dimasyarakat (PKK, karang taruna, dan lainnya). Pada tahap pengkajian ini terdapat beberapa kegiatan yaitu mulai dari pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah prioritas.

Beberapa teori yang membahas tentang pengkajian komunitas:
a. Sanders Interactional Framework
Model ini menekankan pada proses interaksi komunitas
Model ini juga dikenal sebagai model tiga dimensi dengan komponen pengkajian:
(1) Komunitas sebagai system sosial (dimensi system)
(2) Masyarakat sebagai tempat ( dimensi tempat)
(3) Masyarakat sebagai kumpulan/kelompok manusia (dimensi populasi)

b. Kliens interactional framework
a. Masyarakat sebagai system sosial
(1) Pola komunikasi
(2) Pengambilan keputusan
(3) Hubungan dengan system lain
(4) Batas wilayah
b. Penduduk dan lingkungannya
(1) Karakter penduduk (demografi)
(2) Faktor lingkungan, biologi dan sosial
(3) Lingkungan psikis (nilai-2, agama, kepercayaan)

c. Community assessment wheel (community as client model)
Pada model ini terdapat 8 komponen yang harus dikaji, ditambah dengan data inti dari masyarakat itu sendiri (community core)
(1) Community core (data inti)
Aspek yang dikaji:
a. Historis dari komunitas, kaji sejarah perkembangan komunitas
b. Demografi : umur, jenis kelamin, ras, type keluarga, status perkawinan
c. Vital statistik : angka kelahiran, angka kematian, angka kesakitan
d. Sistem nilai/norma/kepercayaan dan agama
(2) Phisical environment pada komunitas
Sebagaimana mengkaji fisik pada individu
Pengkajian lingkungan dilakukan dengan metode winshield survey atau survey dgn mengelilingi wilayah komunitas
(3) Pelayanan kesehatan dan sosial
Pelayanan kesehatan :
- Hospital
- Praktik swasta
- Puskesmas
- Rumah perawatan
- Pelayanan kesehatan khusus
- Perawatan di rumah
- Counseling support services
- Pelayanan khusus (social worker)
Dari tempat pelayanan tsb aspek yg didata:
- Pelayanannya (waktu, ongkos, rencana kerja)
- Sumber daya (tenaga, tempat, dana & perencanaan)
- Karakteristik pemakai (penyebaran geografi, gaya hidup, sarana transportasi)
- statistik, jumlah pengunjung perhari/ minggu/bulan
- Kecukupan dan keterjangkauan oleh pemakai dan pemberian pelayanan
(4) Ekonomi
Aspek/komponen yang perlu dikaji:
a. Karakteristik pendapatan keluarga/RT
@ rata-2 pendapatan keluarga/rumah tangga
% pendapatan kelas bawah
% keluarga mendapat bantuan sosial
% keluarga dengan kepala keluarga wanita
@rata-2 pendapatan perorangan
b. Karakteristik pekerjaan
@ status ketergantungan
JUmlah populasi secara umum (umur > 18 th)
% yg menganggur
% yg bekerja
% yg menganggur terselubung
Jumlah kelompok khusus
@ kategori yang bekerja, jml dan %

(5) Keamanan transportasi
a) Keamanan
- Protection service
- Kwalitas udara, air bersih
b) Transportasi (milik pribadi/umum)
(6) Politik & Government
- Jenjang pemerintahan
- Kebijakan Dep.Kes
(7) Komunikasi
- Formal
- In formal

(8) Pendidikan
a. Status pendidikan (lama sekolah, jenis sekolah, bahasa)
b. Fasilitas pendidikan (SD, SMP dll) baik di dalam maupun di luar komunitas

(9) Recreation
Menyangkut tempat rekreasi

d. Kerangka pengkajian profile masyarakat (modifikasi)
Pengkajian ini merupakan hasil modifikasi dari beberapa teori sebelumnya tentang pengkajian komunitas

1. Pengumpulan data
Cara pengumpulan data:
- Wawancara atau anamesis.
- Pengamatan.
- Pemeriksaan fisik.
Pengolahan data:
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara sebagai berikut:
- Klasifikasi data atau kategorisasi data.
- Perhitungan prosentase.
- Tabulasi data.
- Intepretasi data.
2. Analisa data
Tujuan analisa data:
- Menetapkan kebutuhan komunitas.
- Menetapkan kekuatan.
- Mengidentifikasi pola respon komunitas.
- Mengidentfikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
Data focus yang biasanya muncul:
- Keluhan yang paling banyak dirasakan
- Pola/perilaku yang tidak sehat
- Lingkungan yang tidak sehat
- Pemanfaatan layanan kesehatan yg kurang efektif
- Peran serta masyarakat yg kurang mendukung
- Cakupan target kesh. kurang

Beberapa pilihan untuk menentukan etiologi dari masalah:
Faktor budaya masyarakat
Pengetahuan yang kurang
Sikap masyarakat yang kurang mendukung
Dukungan yang kurang dari pemimpin formal maupun informal
Kurangnya kader kesh. Di masy.
Kurangnya fasilitas pendukung di masyarakat
Kurang efektifnya pengorganisasian
Kondisi lingkungan dan geografis yg kurang kondusif
Pelayanan kesehatan yang kurang memadai
Kurangnya ketrampilan thd prosedur pencegahan penyakit
Kurangnya ketrampilan thd prosedur perawatan kesehatan
Faktor finansial
Komunikasi/koordinasi dengan sumber pelayanan kesehatan kurang efektif

http://askep-askeb.cz.cc/
lihat artikel selengkapnya - PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS
------------------------------

KOTAK PENCARIAN:

blog ini berisi ribuan artikel kesehatan, askep, askeb, KTI, silahkan pakai kolom pencarian berikut: