Related Post

blog ini berisi ribuan artikel kesehatan, askep, askeb, KTI, silahkan pakai kolom pencarian berikut:

Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DEPRESI PADA LANSIA DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Depresi merupakan suatu gangguan keadaan tonus perasaan yang secara umum ditandai oleh rasa kesedihan, apatis, pesimisme, dan kesepian yang mengganggu aktivitas sosial dalam sehari-hari. Depresi biasanya terjadi pada saat stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda, sebagian besar diantara kita pernah merasa sedih atau jengkel, kehidupan yang penuh masalah, kekecewaan, kehilangan dan frustasi yang dengan mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan keputusasaan. Namun secara umum perasaan demikian itu cukup normal dan merupakan reaksi sehat yang berlangsung cukup singkat dan mudah dihalau (Gred Wilkinson, 1995).
Depresi dan Lanjut Usia sebagai tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa dimana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang. Pada kenyataanya tidak semua lanjut usia mendapatkannya. Berbagai persoalan hidup yang menimpa lanjut usia sepanjang hayatnya seperti : kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stress yang berkepanjangan, ataupun konflik dengan keluarga atau anak, atau kondisi lain seperti tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya dan lain sebagainya. Kondisi-kondisi hidup seperti ini dapat memicu terjadinya depresi. Tidak adanya media bagi lanjut usia untuk mencurahkan segala perasaan dan kegundahannya merupakan kondisi yang akan mempertahankan depresinya, karena dia akan terus menekan segala bentuk perasaan negatifnya ke alam bawah sadar (Rice philip I, 1994).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat depresi adalah gangguan mental yang umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan 121 juta manusia di muka bumi ini menderita depresi. Dari jumlah itu 5,8 persen laki-laki dan 9,5 persen perempuan, dan hanya sekitar 30 persen penderita depresi yang benar-benar mendapatkan pengobatan yang cukup, sekalipun telah tersedia teknologi pengobatan depresi yang efektif. Ironisnya, mereka yang menderita depresi berada dalam usia produktif, yakni cenderung terjadi pada usia kurang dari 45 tahun. Tidaklah mengherankan, bila diperkirakan 60 persen dari seluruh kejadian bunuh diri terkait dengan depresi (Ahmad Djojosugito, 2002).
Depresi dialami oleh 80 persen mereka yang berupaya atau melakukan bunuh diri pada penduduk yang didiagnosis mengalami gangguan jiwa. Bunuh diri adalah suatu pilihan untuk mengakhiri ketidakberdayaan, keputusasaan dan kemarahan diri akibat gangguan mood. Angka bunuh diri meningkat tiga kali lipat pada populasi remaja (usia 15 sampai 24) karena terdapat peningkatan insiden depresi pada populasi ini. Pria yang berusia lebih dari 64 tahun memiliki angka bunuh diri 38/100.000 dibandingkan dengan angka 17/100.000 untuk semua pria di Amerika Serikat (Roy, 2000).
Menurut sebuah penelitian di Amerika, hampir 10 juta orang Amerika menderita Depresi dari semua kelompok usia, kelas sosial ekonomi, ras dan budaya. Angka depresi meningkat secara drastis diantara lansia yang berada di institusi, dengan sekitar 50 persen sampai 75 persen penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi ringan sampai sedang. Dari jumlah itu, angka yang signifikan dari orang dewasa yang tidak terganggu secara kognitif (10 sampai 20 persen) mengalami gejala-gejala yang cukup parah untuk memenuhi kriteria diagnostik depresi klinis. Oleh karena itu, depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disignifikan merupakan gangguan psikiatri yang paling banyak terjadi pada lansia, tetapi untungnya dapat diobati dan kembali sehat (Hermana, 2006).
Selain itu prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar 8-15 persen dan hasil meta analisis dari laporan-laporan negara di dunia mendapatkan prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,5 persen dengan perbandingan wanita-pria 14,1 : 8,6. Adapun prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan panti perawatan sebesar 30-45 persen. Perempuan lebih banyak menderita depresi (Chaplin dan Prabova Royanti, 1998).
Depresi pada lansia seringkali lambat terdeteksi karena gambaran klinisnya tidak khas. Depresi pada lansia lebih banyak tampil dalam keluhan somatis, seperti: kelelahan kronis, gangguan tidur, penurunan berat badan dan sebagainya. Depresi pada lansia juga tampil dalam bentuk pikiran agitatif, ansietas, atau penurunan fungsi kognitif. Sejumlah faktor pencetus depresi pada lansia, antara lain faktor biologik, psikologik, stress kronis, penggunaan obat. Faktor biologik misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak, faktor resiko vaskuler, kelemahan fisik, sedangkan faktor psikologik pencetus depresi pada lansia, yaitu tipe kepribadian, relasi, interpersonal (Frank J. Bruno, 1997).
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di Desa ........ ..... Terdapat 80 KK yang mempunyai lansia yang tinggal bersama mereka.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa ........ ..... Kecamatan .........Tahun 2009”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ”Bagaimanakah Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa ........ ..... Kecamatan .........Tahun 2009?”.

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa ........ ..... Kecamatan .........Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ........ ..... Kecamatan .........Tahun 2009 berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ........ ..... Kecamatan .........Tahun 2009 berdasarkan pendidikan.
3. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ........ ..... Kecamatan .........Tahun 2009 berdasarkan pekerjaan.
4. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ........ ..... Kecamatan .........tahun 2009 berdasarkan informasi.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Peneliti
Sebagai penambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dalam mengaplikasikan mata kuliah riset keperawatan.
D.2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai penambah informasi untuk mahasiswa jurusan Keperawatan/Kebidanan dalam melakukan penelitian terutama yang berkaitan dengan Depresi pada Lansia.
D.3. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi keluarga untuk menambah pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia dan sebagai informasi bagi keluarganya tentang gambaran pengetahuan terhadap depresi pada lansia.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DEPRESI PADA LANSIA DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
lihat artikel selengkapnya - Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa
------------------------------

Pengetahuan Ibu Hamil tentang Antenatal Care di Puskesmas ............ Ditinjau dari Segi Umur, Pendidikan

KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS ............ DITINJAU DARI SEGI UMUR, PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kebidanan dapat dikembangkan sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu (AKI) 390/100.000 dan angka kematian perinatal (AKP) 56/100.000 persalinan hidup yang merupakan angka tertinggi di Asean.
Angka kematian perinatal (AKP) dengan cepat dapat diturunkan karena sebagian besar dirawat di rumah sakit, tetapi angka kematian ibu (AKI) memerlukan perjalanan panjang untuk dapat mencapai sasaran yang berarti.
Sebagai negara dengan keadaan geografis yang beraneka dan luas, angka kematian ibu bervariasi antara: 5.800/100.000 sedangkan angka kematian perinatal berkisar antara 25-750/100.000 persalinan hidup.
Untuk dapat mempercepat tercapainya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal disetiap rumah sakit baik pemerintah maupun rumah sakit swasta telah dicanangkan gagasan untuk meningkatkan pelayanan terhadap ibu dan bayinya melalui RS sayang bayi dan RS sayang ibu.
Kalau dikaji lebih mendalam bahwa proses kematian ibu mempunyai perjalanan yang panjang sehingga pencegahan dapat dilakukan sejak melakukan “Antenatal Care” (pemeriksaan kehamilan) melalui pendidikan berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, menyusui dan kembalinya kesehatan alat reproduksi, serta menyampaikan betapa pentingnya interval kehamilan berikutnya sehingga dapat tercapai sumber daya manusia yang diharapkan (Mannabe IBG, 2001:88 – 93).
Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksakan kehamilan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan. Tujuannya adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh dokter umum, bidan, perawat bidan dan dukun terlatih (Mochtar, 1998:47).
Secara nasional cakupan K1 (kunjungan pertama kali) ke fasilitas kesehatan adalah 84,54% sedang cakupan K4 adalah 64,06% ini berarti masih terdapat 15,46% ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan ulang ke fasilitas kesehatan (DEPKES RI, 1997).
Khusus untuk di puskesmas Tipo Palu, cakupan K1 untuk tahun 2004 jumlah kunjungan 200 orang (52%) sedang untuk cakupan K4 adalah 182 orang (48%) jumlah kunjungan. Dan untuk tahun 2005 dari bulan Januari sampai dengan bulan September jumlah kunjungan ibu hamil 268 orang. Cakupan K1 adalah 152 orang dan cakupan K4 adalah 116 orang (43%) (Profil Puskesmas Tipo Palu dan Laporan KIA 2004 – 2005).
Pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care (pemeriksaan kehamilan) sangat penting karena akan dapat membantu mengurangi angka kematian ibu dan bayi.
Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care (pemeriksaan kehamilan) pada bulan Januari 2006 sehingga nantinya petugas kesehatan bisa menetapkan suatu strategi pelayanan yang memadai guna meningkatkan kunjungan secara menyeluruh bagi ibu hamil di Puskesmas Tipo Palu.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care di Puskesmas Tipo Palu ditinjau dari segi umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil dan karakteristiknya tentang Antenatal Care.
2. Tujuan khusus
a. Diperolehnya informasi tentang gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care.
b. Untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care ditinjau dari segi umur.
c. Untuk memperoleh informasi tentang pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care ditinjau dari segi pendidikan
d. Untuk memperoleh informasi pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care ditinjau dari segi pekerjaan
e. Untuk memperoleh informasi pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care ditinjau dari segi paritas.

D. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan masukan bagi pengelola KIA untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil yang datang ke Puskesmas Tipo Palu tentang Antenatal Care.
2. Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya.
3. Bagi peneliti merupakan pengalaman berharga dalam rangka menambah wawasan pengetahuan serta pengembangan diri, khususnya dalam bidang penelitian lapangan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Tipo Palu pada bulan Januari 2006.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS TIPO PALU DITINJAU DARI SEGI UMUR, PENDIDIKAN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
lihat artikel selengkapnya - Pengetahuan Ibu Hamil tentang Antenatal Care di Puskesmas ............ Ditinjau dari Segi Umur, Pendidikan
------------------------------

Karakteristik Pelaksanaan Senam Lansia pada Posyandu ..... Desa

KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK PELAKSANAAN SENAM LANSIA PADA POSYANDU ..... DESA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Salah satu isu kependudukan yang mulai menghangat pada dekade terakhir ini adalah peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di beberapa negara di dunia dan khususnya di Indonesia. Turunnya tingkat fertilitas dan tingkat kematian akan menghasilkan perubahan fundamental terhadap struktur umur sebagian besar masyarakat dan dapat menambah proporsi dan jumlah penduduk usia tua, termasuk meningkatnya jumlah penduduk usia sangat tua (old-old). Pada tahun 1950, di Asia terdapat 55 juta laki-laki dan perempuan yang berusia 65 tahun ke atas. Sedangkan pada tahun 2000, jumlahnya meningkat menjadi 207 juta, dan menurut proyeksi jumlah tersebut akan meningkat lagi pada tahun 2050 menjadi 865 juta orang atau sekitar 20 persen dari penduduk dewasa (Cicih cit BKKBN, 2000).
Indonesia sebagai salah satu negara di Asia mengalami peningkatan penduduk lansia (60 tahun ke atas) yang cukup pesat. Dalam kurun waktu sekitar 50 tahun peningkatannya sudah mencapai tiga kali lipat. Menurut data BPS (1998), jumlah lansia (60 tahun ke atas) di Indonesia pada tahun 1971 sekitar 4,9 persen dari jumlah penduduk, sedangkan pada tahun 1990 sekitar 6,7 persen, kemudian meningkat menjadi 7,6 persen pada tahun 2000. pada tahun 2020 diperkirakan lansia mencapai 11,4 persen dari total penduduk atau sekitar 32 juta jiwa.
Lansia merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia. Kemampuan untuk beraktifitas, baik sosial maupun ekonomi akan mengalami penurunan. Dengan demikian, definisi penduduk lanisia ditentukan oleh 3 (tiga) aspek, yaitu aspek biologi, ekonomi, dan sosial. Secara biologi penduduk lansia adalah penduduk yang telah mengalami proses penuaan dan menurunnya daya tahan fisik sehingga rentan terhadap penyakit. Secara ekonomi, penduduk lansia dipandang sebagai beban terhadap perekonomian. Sedangkan secara sosial, penduduk lansia sebagai satu kelompok sosial tersendiri (BKKBN, 2000).
Pada usia lanjut telah terjadi kemunduran fisik pada organ tubuh. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tetap sehat di usia lanjut yaitu dengan memperhatikan faktor gizi dan olahraga. Dengan semakin meningkatnya usia maka sudah jelas kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat usia lanjut kemampuan akan turun antara 30-50%. Oleh karena itu, bila para usia lanjut ingin beolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dan kemungkinan adanya penyakit. Olahraga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif/bertanding (www.bkkbn.co.id., 2006).
Dari beberapa uraian di atas maka telah dijelaskan bahwa program pembinaan kesehatan lanjut usia sangat dibutuhkan. Posyandu atau pos pelayanan terpadu yang merupakan program Puskesmas melalui kegiatan peran serta masyarakat telah berupaya untuk melaksanakan program pembinaan kesehatan lanjut usia. Adapun data Posyandu Lansia di Kabupaten Lampung tengah tahun 2005 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1. Data Posyandu Lansia
No Nama Wilayah Jumlah posyandu Jumlah lansia
1. Kabupaten Lampung Tengah 187 75.966
2. Kecamatan Kalirejo 14 4.783
3. Desa Kalirejo 8 2.764
Sumber : Data Dinkes Kabupaten Lampung Tengah dan Puskesmas Kalirejo Tahun 2005
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah Posyandu di Kabupaten Lampung Tengah berjumlah 187 dengan jumlah lansia 75.966 orang. Untuk Kecamatan Kalirejo sendiri berjumlah 14 posyandu dengan jumlah lansia sebanyak 4.783 orang. Sedangkan di desa Kalirejo jumlah Posyandu ada 8 unit dan jumlah lansia ada 2.764 orang.
Dari 8 posyandu yang ada di desa Kalirejo, hanya 1 posyandu yang telah melaksanakan program senam lansia. Kegiatan senam lansia tersebut telah dilaksanakan sejak tahun 1997 hingga sekarang. Adapun jumlah lansia dari tahun 2001 sampai dengan 2005 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.2. Data Jumlah Lansia Dari Tahun 2001 – 2005
No Tahun Jumlah Lansia %
1 2001 514 Orang 5,28
2 2002 510 Orang 5,24
3 2003 3761 Orang 38,63
4 2004 2764 Orang 28,39
5 2005 2186 Orang 22,46
Sumber: Data Puskesmas Kalirejo tahun 2001-2005
Dilihat dari tabel 1.2 jumlah senam lansia mengalami penurunan dan peningkatan dari tahun ke tahun (2001-2005).
Gambar 1.1. Grafik Peningkatan (%) Dari Tahun Ke Tahun
Pada tabel dan diagram di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2001 jumlah lansia di desa Kalirejo adalah 5,28% sedangkan pada tahun 2003 mengalami peningkatan yaitu 38,63% dari tahun sebelumnya yaitu 5,24%. Pada tahun 2004 mengalami penurunan (28,39%), kemudian di tahun 2005 juga mengalami penurunan (22,46%).
Pada studi pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Lestari dari bulan Januari sampai Mei tahun 2006, diketahui bahwa pelaksanaan senam lansia dilakukan 1 minggu sekali dengan anggota 35 orang lansia. Berdasarkan fenomena pelaksanaan senam lansia di desa Kalirejo yang masih belum terlaksana dengan baik maka penulis tertarik untuk mengetahui “Karakteristik Pelaksanaan Senam Lansia pada Posyandu Lestari desa Kalirejo Lampung Tengah tahun 2006”.

1.2 Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang, maka diidentifikasi masalah yang ada di Posyandu Lestari, yaitu :
1.2.1 Secara alami kelompok usia lanjut mengalami kemunduran fisik, biologik, mental, maupun sosialnya.
1.2.2 Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan fisik yang memberikan pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan fisik manusia bila dilaksanakan dengan tepat dan terarah.
1.2.3 Bentuk olahraga untuk usia lanjut dapat bermacam-macam dengan syarat tidak membahayakan atau memperburuk keadaan, yang salah satunya adalah senam lansia.
1.2.4 Pada studi pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Lestari dari bulan Januari sampai Mei tahun 2006, diketahui bahwa dari 8 posyandu yang ada baru 1 posyandu yang menjalankan program senam lansia. Program senam lansia tersebut dilakukan 1 minggu sekali dengan anggota 35 orang lansia hal tersebut belum menunjukkan karakteristik senam lansia.

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka penulis membuat rumusan masalah,”Bagaimana karakteristik pelaksanaan senam lansia pada Posyandu Lestari Desa Kalirejo Lampung Tengah tahun 2006?”

1.4 Pertanyaan Peneliti
1.4.1 Bagaimana pelaksanaan senam lansia ditinjau dari jenis kelamin?
1.4.2 Bagaimana pelaksanaan senam lansia ditinjau dari jenis pendidikan?
1.4.3 Bagaimana pelaksanaan senam lansia ditinjau dari jenis pekerjaan?
1.4.4 Bagaimana pelaksanaan senam lansia ditinjau dari tingkat pengetahuan?

1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui karakteristik pelaksanaan senam lansia pada Posyandu Lestari Desa Kalirejo Lampung Tengah tahun 2006.
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan senam lansia ditinjau dari jenis kelamin pada Posyandu Lestari Desa Kalirejo Lampung Tengah tahun 2006
2. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan senam lansia ditinjau dari jenis pendidikan pada Posyandu Lestari Desa Kalirejo Lampung Tengah tahun 2006
3. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan senam lansia ditinjau dari jenis pekerjaan pada Posyandu Lestari Desa Kalirejo Lampung Tengah tahun 2006
4. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan senam lansia ditinjau dari tingkat pengetahuan pada Posyandu Lestari Desa Kalirejo Lampung Tengah tahun 2006

1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat :
1.6.1 Untuk lansia
Untuk menambah pengetahuan bagi lansia tentang pentingnya pelaksanaan senam lansia.
1.6.2 Bagi Petugas Posyandu Lestari
Untuk Meningkatkan program yang sudah berjalan pada Posyandu Lestari Desa Kalirejo Lampung Tengah.
1.6.3 Bagi Institusi Pendidikan Program Studi Kebidanan Metro
Sebagai sumber pustaka peneliti selanjutnya di institusi pendidikan.
1.6.4 Bagi Peneliti lain
Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang meneliti tentang lansia.
1.7 Ruang Lingkup
Di dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai berikut :
1. Sifat Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Para lansia di Posyandu Lestari desa Kalirejo Lampung Tengah
3. Objek Penelitian : Pelaksana Senam lansia pada Posyandu Lestari Desa Kalirejo Lampung Tengah
4. Tempat Penelitain : Posyandu Lestari desa Kalirejo Lampung Tengah.
5. Waktu Penelitian : Pada bulan April s.d Juni 2006
6. Alasan : Karena dari 8 Posyandu yang ada di desa Kalirejo Lampung Tengah baru satu Posyandu yang menjalani program senam lansia dan hal tersebut belum menunjukkan karakteristik senam lansia.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK PELAKSANAAN SENAM LANSIA PADA POSYANDU ..... DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
lihat artikel selengkapnya - Karakteristik Pelaksanaan Senam Lansia pada Posyandu ..... Desa
------------------------------

Hubungan Usia Terhadap Perdarahan Post Partum Di RSUD

KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan wanita merupakan hal yang sangat penting bagi bangsa. Kenyataan menunjukan bahwa umur harapan hidup bangsa Indonesia semakin meningkat sejalan dengan peningkatannya kualitas kesehatan yang berarti termasuk pula wanita. Khususnya untuk kesehatan reproduksi kesehatan wanita memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan generasi yang berkualitas dalam segi fisiknya. Maka tak berlebihan bahwa kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus (Univeristas Diponegoro 1992; 8).
Angka kematian Ibu dan perinatal merupakan ukuran penting dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan ibu dan anak di Indonesia (Manuaba, 1998; 8).
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi. Sebenarnya kematian tersebut masih dapat dihindari karena sebagian besar terjadi pada saat pertolngan pertama sangat diperlukan, tetapi penyelenggara kesehatan tidak sanggup untuk memberikan pelayanan. Penyebab kematian ibu masih tetap merupakan “ trias klasik “ yang terdiri dari perdarahan, sepsis dan eklamsia (Manuaba, 1998; 15).
Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya dan paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil akibat disebabkan oleh perdarahan postpartum.
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) AKI di Indonesia mengalami penurunan yang cukup tinggi, dari 390 pada tahun 2000, angka ini masih termasuk yang tinggi diantara negara-negara ASEAN. Tingginya AKI ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan di Indonesia masih belum baik. Pada tahun 2002/2003, AKI di Indonesia adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Tingginya AKI dipengaruhi oleh penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung berkaitan dengan kondisi saat melahirkan seperti perdarahan, hipertensi atau tekanan darah tinggi saat kehamilan (eklamsia), Infeksi, partus lama, dan komplikasi keguguran. Penyebab langsung tersebut diperburuk oleh status kesehatan dan gizi ibu yang kurang baik. Sementara itu penyebab tidak langsung antara lain adalah rendahnya taraf pendidikan perempuan, kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi, rendahnya status sosial ekonomi, serta kurangnya ketersediaan pelayanan kesehatan dan keluaga berencana (KB).
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2004-2009 menerapkan sasaran pencapaian AKI sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2009. Sementara itu Millenium Development Goals (MDGs), menetapkan AKI pada tahun 2015 menjadi 2/3 dari keadaan tahun 2000, yaitu menjadi 102 per kelahiran hidup.
Perdarahan Postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 2 jam setelah anak lahir (Sinopsis Obstetri Jilid 1, Edisi 2, 1998;298). Biasanya perdarahan itu tidak banyak, sebab kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menekan pembuluh darah yang terbuka sehingga lumennya tertutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah. Seorang wanita sehat dapat kehilangan 500 ml darah tanpa akibat buruk. Istilah perdarahan postpartum digunakan apabila perdarahan setelah anak lahir melebihi 500 ml (Ilmu Kebidanan Edisi 3, 2005; 653).
Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan setelah melahirkan harus dicari penyebab yang spesifik. Atonia uteri, retensio plansenta, sisa plasenta, dan laserasi traktus ginetalia merupakan penyebab sebagian besar perdarahan postpartum (Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 29 September 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Medical Record RSUD. Prof. DR. H. ..... ....... di ruang bersalin. Bulan Januari sampai Desember 2007 ibu dengan kasus perdarahan posttuparm berjumlah 63 kasus dan 1 orang diantaranya meninggal dunia.
Atas dasar permasalahan tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Usia Terhadap Perdarahan Postpartum di RSUD. Prof. DR. H. ..... ....... Tahun 2007.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan usia terhadap perdarahan Postpartum di RSUD. Prof. DR. H. ..... ....... Tahun 2007?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia terhadap perdarahan Postpartum di RSUD. Prof. DR. H. ..... ....... Tahun 2007.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Bidan
a. Sebagai bahan masukan untuk pertimbangan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam hal memberikan perawatan.
b. Sebagai bahan untuk meningkatkan manajemen asuhan kebidanan pada ibu dengan perdarahan.
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai dorongan untuk lebih memperhatikan kualitas tenaga kebidanan dalam menciptakan SDM yang berkualitas sehingga dapat diandalkan.
3. Bagi Peneliti
Sebagai referensi dan bahan perbadingan bagi peneliti selanjutnya

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Usia Terhadap Perdarahan Post Partum Di RSUD
------------------------------

Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi Usia 0 – 12

KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 0 – 12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
“............. Kabupaten Agribisnis termaju di Jawa Barat Tahun 2010 berbasis masyarakat agamis dan partisipatif” itulah visi Kabupaten .............. untuk menunjang visi Kabupaten ............. tersebut dibutuhkan masyarakat yang sehat dan memiliki kemampuan serta akses terhadap semua program pembangunan termasuk pembangunan kesehatan yang diformulasikan dalam visi “............. Sehat 2008”.
Pembangunan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian yang lebih baik agar mampu membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Salah satu bagian penting dari pembangunan Sumber Daya Manusia adalah bidang kesehatan. Kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan salah satu sumber daya manusia yang berkualitas tersebut adalah ASI eksklusif. Banyak penelitian sudah membuktikan, ASI membuat bayi jauh lebih sehat, kekebalan tubuh yang tinggi, kecerdasan emosional dan spiritual yang baik.
Periode awal merupakan saat-saat terpenting dalam perkembangan anak dan menjadi pondasi bagi periode berikutnya. Kabupaten ............. baru ada 18% ibu yang memberikan ASI eksklusif dari target 65% yang ditetapkan. Sedangkan di wilayah kerja Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. baru 2,27% ibu yang memberikan ASI ekslusif dari target 65% yang ditetapkan.
Dengan demikian hampir 62,73% bayi telah mendapatkan makanan pendamping ASI di bawah usia 6 bulan. Hal ini merupakan masalah karena pemberian makanan pendamping ASI dibawah usia 6 bulan akan menyebabkan buruknya pertumbuhan anak, dapat menimbulkan diare, juga dapat menimbulkan kelebihan atau kekurangan gizi (Sunita, 2003 : 103).
Pakar kesehatan anak memperkirakan bahwa sebagian besar kematian bayi dan anak di seluruh dunia adalah akibat tidak baiknya mutu makanan mereka. Sehingga pertumbuhan anak-anak terhambat dan daya tahan tubuh mereka terhadap serangan penyakit infeksi menjadi sangat lemah (Sjahmin, 2000 : 97).
Oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian makanan pendamping ASI baik melalui penyuluhan maupun media lain yang bisa dimanfaatkan untuk merubah sikap dan perilaku yang lebih positif dalam hal pemberian makanan pendamping ASI.
Dengan memperhatikan betapa pentingnya pemberian makanan pendamping ASI, maka penulis tertarik untuk mengetahui karakteristik ibu menyusui terhadap pemberian makanan pendamping ASI di Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ..............

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka penulis ingin mengetahui sejauh mana Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada karakteristik ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan yang mencakup umur, pendidikan, paritas, pekerjaan dan pengetahuan ibu di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara karakteristik ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya distribusi frekuensi ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.2 Diketahuinya distribusi frekuensi umur ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.3 Diketahuinya distribusi frekuensi pendidikan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.4 Diketahuinya distribusi frekuensi paritas ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.5 Diketahuinya distribusi frekuensi pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.6 Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.7 Diketahuinya hubungan antara umur ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.8 Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.9 Diketahuinya hubungan antara paritas ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.10 Diketahuinya hubungan antara pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.11 Diketahuinya hubungan antara pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-12 bulan di UPTD di Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan media pembelajaran untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang kebidanan yang didapat di bangku kuliah serta bisa menambah wawasan dan kepekaan penelitaian terhadap kondisi-kondisi nyata di masyarakat berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan yang sedang ditekuni, khususnya dalam hal pemberian makanan pendamping ASI.
1.5.2 Bagi Lembaga Pendidikan
Penelitian ini dijadikan bahan referensi untuk pengembangan lembaga baik secara keilmuan (Akademis) dimana hasil penelitan ini bisa dijadikan bahan penelitian lebih lanjut dalam hal pemberian makanan pendamping ASI.
1.5.3 Bagi Instansi Terkait
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi yang bisa dijadikan referensi bagi instansi terkait (Dinas Kesehatan Kabupaten ............., Puskesmas, BPS) dalam pengembangan program-program kesehatan masyarakat, khususnya dalam hal pemberian makanan pendamping ASI.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 0 – 12
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi Usia 0 – 12
------------------------------

Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia dengan Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Zat Besi di Desa

KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEPATUHAN IBU HAMIL MEMINUM TABLET ZAT BESI DI DESA

Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Zat Besi
xiii + 51 halaman + 7 tabel + 2 gambar +10 lampiran

ABSTRAK

Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang umum karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat bes di BPS Alamanda ............ ............. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional
Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah ibu hamil di Desa ............ dengan jumlah 30 orang. Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah kuisioner. Analisis data menggunakan uji korelasi Kendal Tau.
Hasil penelitian didapatkan responden yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi tentang anemia sebesar 16 orang (53,3%), tingkat pengetahuan sedang sebesar 10 orang (33,3%) dan tingkat pengetahuan rendah sebesar 4 orang (13,3%). Responden yang patuh meminum tablet zat besi ada 21 orang (70,0%) dan tidak patuh meminum tablet zat besi ada 9 orang (30,0%). Adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan ibu hamil dalam meminum tablet zat besi (p value = 0,014  0,05).
Disarankan kepada ibu hamil hendaknya memperhatikan kesehatan dirinya dengan makan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi suplemen zat besi untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam tubuh serta ibu hamil diharapkan tidak mengkonsumsi kopi dan teh setelah dan atau bersamaan dengan minum tablet zat besi karena akan menghambat zat besi dalam tubuh.

Kata kunci : pengetahuan, kepatuhan meminum tablet zat besi
Daftar pustaka : 19 referensi (1998 – 2008)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang umum karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia hamil disebut ”Potensial danger of mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkaIt dalam pelayanan kesehatan pada hari terdepan (Manuaba, 1998). Menurut WHO 4% kematian para ibu di negara yang sedang berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia disebabkan oleh definisi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi (Sarwono, 2000).
Dari hasil pemeriksaan 640 ibu hamil terdapat 500 ibu hamil yang mengatakan tidak rutin meminum tablet zat besi, anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh yang kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun dalam nifas. Berbagai penyakit dapat timbul akibat anemia seperti abortus, partus prematur, partus lama, akibat insersi uteri, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi baik intra partum maupun post partum (Manuaba, 2001).
Dalam mengatasi masalah anemia pada ibu hamil dinas kesehatan propinsi Jawa Tengah mempunyai program suplementasi tablet tambah darah yang bisa didapatkan di Puskesmas daerah. Tablet tambah darah dapat menghindari anemia besi dan anemia asam folat. Pada ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi tablet zat besi minimal 90 tablet selama hamil. Pada beberapa ibu hamil, zat besi yang terkandung dalam vitamin kehamilan bisa menyebabkan sembelit atau diare.
Diseluruh dunia frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20% karena defisiensi makanan memegang peranan yang sangat penting dalam timbulnya anemia maka dapat difahami bahwa frekuensi itu lebih tinggi lagi di negara-negara yang sedang maju.
Di BPS Alamanda Ny. Heni parjiman, ibu hamil selalu diberikan tablet Fe setiap ANC namun sebagian besar dari mereka belum mengetahui pentingnya mengkonsumsi tablet Fe sehingga terjadi ketidakpatuhan ibu hamil untuk meminum tablet Fe.
Kebutuhan zat besi ibu selama kehamilan adalah 800 mg besi diantaranya 300 mg untuk janin plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu, untuk itulah ibu hamil membutuhkan 2-3 mg zat besi tiap hari (Manuaba, 2001).
Secara umum, ketidak patuhan dapat menyebabkan meningkatnya resiko berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk kesakitan yang sedang diderita. Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20% opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidakpatuhan pasien terhadap aturan pengobatan. Ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi dapat mencerminkan seberapa besar peluang untuk terkena anemia. Pemberian informasi tentang anemia akan bertambah. Pengetahuan mereka tentang anemia, karena pengetahuan memegang peranan yang sangat penting sehingga ibu hamil patuh meminum zat besi.
Menurut BKKBN (2001) pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan khususnya anemia akan berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil pada pelaksanaan program pencegahan anemia, sikap tersebut dapat berupa tanggapan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dibuat suatu rumusan permasalahan sebagai berikut ”Adakah hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi di BPS Alamanda langensasri .............
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil di BPS Alamanda.
b. Mengetahui kepatuhan ibu hamil dalam meminum tablet zat besi di BPS Alamanda .............
c. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan meminum tablet zat besi di BPS Alamanda .............
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi
Sebagai pedoman bagi mahasiswa dalam meningkatkan pembelajaran tentang anemia.
2. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan tentang metode penelitian yang telah diperoleh selama perkuliahan.
3. Bagi Bidan
a. Menambah infromasi tentang pentingnya pemberian tablet besi pada Ibu hamil.
b. Menambah informasi dan pengetahuan tentang cara mencegah terjadinya anemia.
c. Menambah pengetahuan tentang penyebab terjadinya ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi.
4. Bagi Ibu Hamil
Menambah informasi dan pengetahuan kepada para ibu hamil tentang resiko anemia sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet zat besi sesuai anjuran tenaga kesehatan, yaitu minimal dapat mencegah terjadinya kekurangan zat besi.
silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEPATUHAN IBU HAMIL MEMINUM TABLET ZAT BESI DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia dengan Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Zat Besi di Desa
------------------------------

Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan Manfaat Tablet Zat Besi di Wilayah UPT Puskesmas

KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN MANFAAT TABLET ZAT BESI DI WILAYAH UPTD PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 Bab III Pasal 3 :66).
Visi Indonesia sehat 2010 adalah bahwa masyarakat bangsa dan negara ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, salah satu indikator derajat kesehatan tersebut adalah angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Kondisi derajat kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini masih memprihatinkan, antara lain ditandai dengan masih tingginya AKI dan AKB. Berdasarkan SDKI Tahun 2002, AKI di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara-negara maju yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup, demikian dengan AKB menunjukkan angka yang masih tinggi yaitu 35 per 1.000 kelahiran hidup, angka tersebut masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Depertemen Kesehatan RI, 2004).
Menurut hasil perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat Tahun 2005, Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Barat masih tinggi yaitu sebesar 321,15 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka kematian Bayi (AKB) sebesar 43,83 per 1000 kelahiran hidup (Depertemen Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2004). Di Kabupaten ............ jumlah kematian ibu tahun 2006 sebesar 28 orang dan kematian bayi sebesar 470 orang, salah satu penyebab atau faktor tidak langsung kematian ibu tersebut adalah karena anemia pada ibu hamil.
Menurut WHO kejadian anemia dalam kehamilan berkisar antara 20% sampai 89%, bila mengacu pada definisi WHO (1972) dengan menetapkan Hb 11 gr% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan sebagaian besar karena kekurangan zat besi.
Pengaruh anemia pada kehamilan bisa mengakibatkan terjadinya abortus, partus prematurus dan jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 6 gram% bisa terjadi dekompensasi kordis, dalam persalinan bisa terjadi partus lama karena inersia uteri, dalam nifas bisa terjadi perdarahan post partum karena atonia uteri, syok dan infeksi (Manuaba, 2001).
Kebutuhan zat besi ibu selama kehamilan adalah 800 mg, diantaranya 300 mg untuk janin, plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu, dengan demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg zat besi per hari (Prawirohardjo, 2002). Melihat besarnya manfaat zat besi untuk mencegah anemia pada kehamilan dimana bila terjadi anemia bisa berdampak buruk bagi ibu serta janin yang dikandungnya, maka semua ibu hamil perlu pengetahuan yang memadai tentang manfaat zat besi ini.
Menurut laporan kesehatan ibu dan anak pada bulan Januari-April Tahun 2007 di UPTD Puskesmas .......... jumlah ibu hamil 202, sedangkan ibu hamil yang anemia berjumlah 26 orang. Dari 10 ibu hamil yang anemia yang dilakukan wawancara terdapat 3 ibu hamil yang mengatakan tidak rutin meminum tablet zat besi dan belum mengetahui manfaat dari tablet zat besi.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam penelitian tentang “Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan Manfaat Tablet Zat Besi di Wilayah UPTD Puskesmas .......... Tahun 2007.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah “Belum diketahuinya hubungan karakteristik ibu dengan pengetahuan manfaat tablet zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007”.
Dalam rumusan masalah tersebut maka pertanyaan penelitian adalah “Apakah ada hubungan karakteristik ibu dengan pengetahuan manfaat zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007”.

1.3 Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada hubungan karakteristik ibu dengan pengetahuan manfaat zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian adalah untuk diketahuinya hubungan karakteristik ibu dengan pengetahuan manfaat tablet zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007.

1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang manfaat tablet zat besi bagi kehamilan berdasarkan umur, pekerjaan,dan pendidikan.
1.4.2.2 Diketahuinya hubungan umur dengan pengetahuan manfaat tablet zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007.
1.4.2.3 Diketahuinya hubungan pendidikan dengan pengetahuan manfaat tablet zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007.
1.4.2.4 Diketahuinya hubungan pekerjaan dengan pengetahuan manfaat tablet zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan sejauh mana ibu hamil memanfaatkan tablet zat besi dan memberikan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat ke dalam kondisi nyata di lapangan.
1.5.2 Bagi Institusi
Dapat meningkatkan pelayanan penyuluhan dan motivasi pada ibu hamil tentang pentingnya mengkonsumsi tablet zat besi dan sebagai dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian sejenis.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Meningkatkan pemahaman masyarakat khususnya ibu hamil dalam pentingnya mengkonsumsi tablet zat besi selama kehamilan.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN MANFAAT TABLET ZAT BESI DI WILAYAH UPTD PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan Manfaat Tablet Zat Besi di Wilayah UPT Puskesmas
------------------------------

Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI di UPT Puskesmas

KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI TERHADAP
PEMBERIAN ASI DI UPT PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
“............. Kabupaten Agribisnis termaju di Jawa Barat Tahun 2010 berbasis masyarakat agamis dan partisipatif” itulah visi Kabupaten .............. untuk menunjang visi Kabupaten ............. tersebut dibutuhkan masyarakat yang sehat dan memiliki kemampuan serta akses terhadap semua program pembangunan termasuk pembangunan kesehatan yang diformulasikan dalam visi “............. Sehat 2008”.
Pembangunan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian yang lebih baik agar mampu membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Salah satu bagian penting dari pembangunan Sumber Daya Manusia adalah bidang kesehatan. Kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan salah satu sumber daya manusia yang berkualitas tersebut adalah ASI eksklusif. Banyak penelitian sudah membuktikan, ASI membuat bayi jauh lebih sehat, kekebalan tubuh yang tinggi, kecerdasan emosional dan spiritual yang baik.
Periode awal merupakan saat-saat terpenting dalam perkembangan anak dan menjadi pondasi bagi periode berikutnya. Kabupaten ............. baru ada 18% ibu yang memberikan ASI eksklusif dari target 65% yang ditetapkan. Sedangkan di wilayah kerja Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. baru 2,27% ibu yang memberikan ASI ekslusif dari target 65% yang ditetapkan.
Dengan demikian hampir 62,73% bayi telah mendapatkan makanan pendamping ASI di bawah usia 6 bulan. Hal ini merupakan masalah karena pemberian makanan pendamping ASI dibawah usia 6 bulan akan menyebabkan buruknya pertumbuhan anak, dapat menimbulkan diare, juga dapat menimbulkan kelebihan atau kekurangan gizi (Sunita, 2003 : 103).
Pakar kesehatan anak memperkirakan bahwa sebagian besar kematian bayi dan anak di seluruh dunia adalah akibat tidak baiknya mutu makanan mereka. Sehingga pertumbuhan anak-anak terhambat dan daya tahan tubuh mereka terhadap serangan penyakit infeksi menjadi sangat lemah (Sjahmin, 2000 : 97).
Oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian makanan pendamping ASI baik melalui penyuluhan maupun media lain yang bisa dimanfaatkan untuk merubah sikap dan perilaku yang lebih positif dalam hal pemberian makanan pendamping ASI.
Dengan memperhatikan betapa pentingnya pemberian makanan pendamping ASI, maka penulis tertarik untuk mengetahui karakteristik ibu menyusui terhadap pemberian makanan pendamping ASI di Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ..............

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka penulis ingin mengetahui sejauh mana Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada karakteristik ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan yang mencakup umur, pendidikan, paritas, pekerjaan dan pengetahuan ibu di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara karakteristik ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya distribusi frekuensi ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.2 Diketahuinya distribusi frekuensi umur ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.3 Diketahuinya distribusi frekuensi pendidikan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.4 Diketahuinya distribusi frekuensi paritas ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.5 Diketahuinya distribusi frekuensi pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.6 Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.7 Diketahuinya hubungan antara umur ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.8 Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.9 Diketahuinya hubungan antara paritas ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.10 Diketahuinya hubungan antara pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.11 Diketahuinya hubungan antara pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-12 bulan di UPTD di Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan media pembelajaran untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang kebidanan yang didapat di bangku kuliah serta bisa menambah wawasan dan kepekaan penelitaian terhadap kondisi-kondisi nyata di masyarakat berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan yang sedang ditekuni, khususnya dalam hal pemberian makanan pendamping ASI.
1.5.2 Bagi Lembaga Pendidikan
Penelitian ini dijadikan bahan referensi untuk pengembangan lembaga baik secara keilmuan (Akademis) dimana hasil penelitan ini bisa dijadikan bahan penelitian lebih lanjut dalam hal pemberian makanan pendamping ASI.
1.5.3 Bagi Instansi Terkait
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi yang bisa dijadikan referensi bagi instansi terkait (Dinas Kesehatan Kabupaten ............., Puskesmas, BPS) dalam pengembangan program-program kesehatan masyarakat, khususnya dalam hal pemberian makanan pendamping ASI.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI UPT PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI di UPT Puskesmas
------------------------------

Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan Asupan Makanan Bergizi di Desa

KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN
ASUPAN MAKANAN BERGIZI DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perbaikan gizi diselenggarakan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan gizi. Perbaikan gizi meliputi upaya peningkatan status dan mutu gizi, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan akibat gizi salah. (Undang-undang RI No. 29 Tahun 2004).
Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi sekarang kata gizi mempunyai pengertian lebih luas disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja (Almatsier, 2001).
Sejak zaman purba manusia telah menyadari pentingnya makanan untuk kelangsungan hidupnya. Pada tahun 400 sebelum Masehi, Hipocrates Bapak Ilmu Kedokteran mengibaratkan makanan sebagai panas yang dibutuhkan oleh setiap manusia. (Almatsier, 2001).
Antonie Lavoisier (1743-1794) seorang ahli kimia dari Prancis yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Gizi merupakan orang pertama yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan energi makanan yang meliputi proses pernapasan, oksidasi dan kalorimetri.Magandie seorang ahli kimia Prancis pada awal abad ke-19 untuk pertama kali dapat membedakan antara berbagai macam zat gizi dalam bahan makanan, yaitu karbohidrat, lemak, dan protein. Pada awal abad ke-19 dikembangkan cara-cara penentuan karbon, hidrogen, dan nitrogen di dalam ikatan-ikatan organik. Liebig (1803-1873) seorang ahli kimia dari Jerman menemukan bahwa karbohidrat, lemak dan protein dioksidasi dalam tubuh dan menghasilkan panas atau energi. Ia menghitung nilai energi beberapa bahan makanan dan menyimpulkan bahwa makanan seimbang harus mengandung protein, karbohidrat dan lemak. Pada abad ke-20 banyaknya penelitian yang dilakukan tentang pertukaran energi dan sifat-sifat bahan makanan pokok, komposisi karbohidrat, lemak, protein serat, air dan abu. (Almatsier, 2001).
Banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil maka WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 kkal sehari pada trimester 1, 35 kkal sehari pada trimester 2 dan 3, sedangkan di Kanada penambahan trimester 1 sebesar 100 kkal dan 300 kkal untuk trimester 2 dan 3. Sementara di Indonesia berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 ditentukan angka 2.300 kkal/hari selama kehamilan angka ini tentunya tidak termasuk penambahan akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik dan pertumbuhan, patokan ini berlaku bagi mereka yang tidak menambah kegiatan fisik selama hamil. Sejak abad ke-16 telah diketahui bahwa janin dalam kandungan membutuhkan zat-zat gizi dan hanya ibu yang dapat memberikannya oleh sebab itu makanan ibu hamil harus cukup untuk berdua, yaitu untuk ibu dan anak yang dalam kandungannya. Makanan yang cukup mengandung zat-zat gizi selama hamil sangat penting artinya. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila jumlah makanannya dikurangi maka berat bayi yang akan dilahirkan menjadi lebih kecil. Gizi yang adequat selama hamil akan mengurangi resiko dan komplikasi pada ibu menjamin pertumbuhan jaringan sehingga bayi baru lahir memiliki berat badan optimal. (Departemen Kesehatan RI, 1992).
Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh Kurang Energi Protein (KEP), Anemia, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), kurang vitamin A dan obesitas.
Menurut Soetjiningsih (1998) status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan dalam kandungan, apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), disamping itu akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak janin pada BBLR. Bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus,dan sebagainya. (Suparyasa dkk, 2001).
Untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, yaitu dengan meningkatkan pendidikan gizi, meningkatkan surveilens gizi, penanggulangan gizi lebih, menanggulangi KEP, anemia, GAKY, kurang vitamin A dan pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi. (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Zat-zat gizi terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, air, mineral, vitamin, dan serat.(Oenzil, 1995). Ibu hamil status gizinya pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandungnya. Seorang ibu yang sedang hamil mengalami kenaikan Berat Badan (BB) sebanyak 10-12 kg. Pada trimester 1 kenaikan itu hanya kurang dari 1 kg, trimester 2 +3 kg, sedangkan trimester 3 kira-kira 6 kg. Kenaikan tersebut meliputi kenaikan komponen janin yaitu pertumbuhan janin, plasenta, dan cairan amnion. (Paath dkk, 2004).
Berdasarkan data yang didapat dari profil kesehatan Kabupaten ............ tahun 2006 jumlah ibu hamil di Kabupaten ............ sebanyak 23.478 orang dengan ibu hamil beresiko sebanyak 1.678 orang (7,15%). Desa ......... merupakan salah satu desa yang ada di wilayah kecamatan ............ dengan jumlah ibu hamil sebanyak 32 orang dengan ibu hamil beresiko sebanyak 4 orang (12,5%), sedangkan di Kecamatan ............ sendiri jumlah ibu hamil sebanyak 844 orang dengan resiko kekurangan gizi sebanyak 168 orang ( 19,91%).
Ukuran lingkar lengan atas (LILA) <>
silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN ASUPAN MAKANAN BERGIZI DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)

lihat artikel selengkapnya - Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan Asupan Makanan Bergizi di Desa
------------------------------

Hubungan Karakteristik Ibu Balita dengan Tumbuh Kembang Balita Di Rw.02

KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BALITA DENGAN
TUMBUH KEMBANG BALITA DI RW.02 DESA ......

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 Bab III Pasal 3).
Visi Indonesia sehat 2010 adalah bahwa masyarakat bangsa dan negara ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Salah satu indikator derajat kesehatan tersebut adalah angka kematian ibu dan angka kematian bayi (Profil Kesehatan Indonesia Sehat, 2010).
Visi kabupaten ............. adalah “............. Kabupaten Agribisnis Termaju di Jawa Barat Tahun 2010 Berbasis Masyarakat Agamis dan Partisipatif”. Untuk menunjang pencapaian visi daerah tersebut dibutuhkan masyarakat yang sehat dan memiliki kemampuan serta akses terhadap semua program pembangunan termasuk pembangunan dalam visi “............. SEHAT TAHUN 2008” (Profil Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2006 Kabupaten .............).
Proses tumbuh kembang dapat berlangsung normal atau tidak, artinya perubahan fisik dan mental yang dapat membentuk anak menjadi individu yang sempurna atau sebaliknya. Sempurna tidaknya tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh peranan orang tua dalam hal ini perhatian dan kasih sayang merupakan kondisi yang mendukung dan diperlukan anak. (Denis, 2002 : 8).
Asupan gizi adalah indikator utama dalam tumbuh kembang anak, ditinjau dari sudut tumbuh kembang anak masa bayi merupakan kurun waktu pertumbuhan paling pesat khususnya pertumbuhan dan perkembangan otak, oleh karena itu pemberian nutrisi yang adekuat yang diberikan ibu memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kebutuhan gizi sangat terkait dengan tumbuh kembang anak, karena gizi dibutuhkan sejak di dalam kandungan. “Kebutuhan gizi sudah dimulai dari janin dan sudah ada pembuktian bahwa gizi yang baik akan menjadi modal besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut sampai masa dewasanya kelak” (Latief, 2006).
Anak Indonesia berusia 2 tahun berat badannya 2 kilogram lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak di negara lain, demikian pula dengan tinggi badannya lebih pendek 5 cm (UNICEF : 2000).
Sekitar 40% dari total anak Indonesia, kira-kira 10 juta anak dinyatakan kekurangan baik dalam fisik maupun mental, proses tumbuh kembang anak akan menjadi terhambat karena proses tumbuh kembang juga ditentukan oleh pemenuhan gizi yang optimal. (UNICEF : 2000).
Dari total kabupaten yang ada di Indonesia terdapat 75 % Kabupaten yang mempunyai masalah gizi kurang dengan indikator berat badan dan tinggi badan kurang dari 70%-80% pada anak balita. Indikator ini mencapai 20% (SUSENAS, 2000).
Jumlah penduduk di Kabupaten ............. pada tahun 2006 sebanyak 1.176.136 jiwa, terdiri atas laki-laki brejumlah 582.474 jiwa dan perempuan sebanyak 596.662 jiwa atau meningkat sebesar 7.114 jiwa atau 0,84% (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten ............., 2006).
Kecamatan ............ terdiri dari 13 desa dengan jumlah penduduk di Desa ........... sebanyak 3.733 jiwa dengan jumlah balita sebanyak 367 balita di RW.01 Desa ........... sebanyak 115 balita. Di RW.02 Desa ........... sebanyak 124 balita. Di RW.03 Desa ........... sebanyak 35 balita. Di RW.04 Desa ........... sebanyak 93 balita. Dengan perincian balita usia 0-5 bulan sebanyak 32 balita, usia 6-11 bulan sebanyak 42 balita, usia 12-59 bulan sebanyak 293 balita. Dengan jumlah posyandu di Desa ........... sebanyak 4 posyandu.
Posyandu merupakan sarana yang tepat untuk ibu balita agar mengetahui tumbuh kembang balitanya tetapi di RW.02 Desa ........... ibu balita tidak banyak yang mengetahui bahwa tumbuh kembang balita penting untuk diperhatikan. Ini terbukti pada saat pelaksanan posyandu ibu balita yang datang membawa balitanya untuk mengetahui tumbuh kembang balitanya hanya 30 orang atau sekitar 24,1 % dari yang ditargetkan 100%.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dikemukakan perumusan masalahnya adalah “Belum diketahuinya hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007”.
Dari rumusan masalah tersebut maka pertanyaan penelitiannya adalah “Apakah ada hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007”.

1.3 Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya distribusi frekuensi tumbuh kembang balita di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.2 Diketahuinya distribusi frekuensi pekerjaan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.3 Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.4 Diketahuinya distribusi frekuensi perilaku responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.5 Diketahuinya distribusi frekuensi pendidikan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007
1.4.2.6 Diketahuinya hubungan pekerjaan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.7 Diketahuinya hubungan pengetahuan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.8 Diketahuinya hubungan perilaku responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.9 Diketahuinya hubungan pendidikan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Institusi
Sebagai tambahan kepustakaan dan sebagai bahan perbandingan mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita.
1.5.2 Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan tentang hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat memperoleh tambahan pengetahuan kesehatan tentang tumbuh kembang balita untuk meningkatkan status kesehatan.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BALITA DENGAN TUMBUH KEMBANG BALITA DI RW.02 DESA ......
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Karakteristik Ibu Balita dengan Tumbuh Kembang Balita Di Rw.02
------------------------------

175 contoh KTI Kebidanan

Berikut ini hanya contoh BAB I KTI d3 Kebidanan yang bisa anda jadikan referensi dalam penyusunan IT anda, silahkan free download gratis. Beberapa KTI Kebidanan 2009, KTI Kebidanan Terbaru bukan dalam bentuk pdf tapi sudah dalam bentuk word (.doc file). Berbagai macam Karya Tulis Ilmiah Kebidanan seperti KTI Kebidanan tentang KB; KTI Kebidanan tentang Imunisasi; KTI Kebidanan tentang Reproduksi; KTI Kebidanan tentang Keputihan. Untuk mendapatkan KTI Kebidanan Lengkap dengan judul yang lain Silahkan KLIK DISINI.
lihat artikel selengkapnya - 175 contoh KTI Kebidanan
------------------------------

KOTAK PENCARIAN:

blog ini berisi ribuan artikel kesehatan, askep, askeb, KTI, silahkan pakai kolom pencarian berikut: